Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Renjana Terabai

13 September 2019   09:16 Diperbarui: 13 September 2019   09:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

###

Seuntai gelang dan sepasang giwang milik istrinya digadaikan sebagai modal perburuan calon pencetak uang.

"Diajeng mesti memercayai apa yang akang yakini merupakan jalan lebih baik dalam rangka mengangkat harkat martabat kehidupan. Kelak akan tiba saatnya kita pindah ke kota besar, mendekatkan diri ke pekerjaan  Akang, tidak lagi di desa yang ujung seperti ini".

"Tapi nanti perginya lama, Asih rindu kepada Akang". istrinya merajuk manja seperti biasa.

Di balik kerudung, rona merah membayang pada raut halus tanpa polesan. Raka terpikat dengan gadis imut lembut mempesona tersebut. Berkulit bening, berwajah manis alami, hidung laksana kuntum seroja dan dada seperti mawar merekah membuatnya terampas hati untuk meminang segera setelah Asih lulus SMP.

"Akang juga merasakan rindu yang sama. Akang berjanji akan pulang seminggu sekali untuk bisa bersama-sama menumpahkan renjana menggelora".

Raka merangkul Asih, memeluk erat seakan enggan berpisah, melumat bibir merekah, menjelajahi setiap lekuk lembut dan memenuhi kewajiban seorang suami kepada istri nan selalu dikasihinya.

Berkat keuletannya, perjuangan membuahkan hasil. Sepeda motor yang telah berjasa mengantar hilir mudik, kini telah ditukar-tambah dengan minibus lawas supaya bisa mengangkat banyak calon tenaga kerja sekaligus. Kesibukan bertambah hingga menyempitkan waktu pulang ke kampung, akhir pekan pun masih giat. Kerinduan harusnya melebur dalam satu minggu, kemudian dua minggu sekali, tak lama berselang merenggang menjadi tak pasti.

Asih melamunkan tabah dalam kesepian. Wajahnya bagai pelita kehabisan minyak, sering bermuram durja merasa terabaikan.

###

Audisi diikuti sekitar seratus wanita muda "berpenampilan menarik"  kemudian dipilih sepuluh orang untuk dilatih bahasa Jepang dan kemampuan seni-budaya tradisional Indonesia demi memperoleh surat eligibility agar bisa berangkat ke negeri Sakura. Satu atau dua orang bermata sipit acapkali turut dalam proses seleksi. Mungkin saja mereka anggota Yakuza. Tidak begitu kentara adanya tattoo di sekujur badan, karena mereka selalu mengenakan baju berlengan panjang. Orang Jepang memang punya selera unik dalam memilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun