Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Debat Capres-Cawapres Jangan Berujung Kebencian di Dunia Maya

21 Januari 2019   08:11 Diperbarui: 21 Januari 2019   09:55 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Kebencian di Dunia Maya - www.reopan.com

Pekan lalu baru saja dilakukan debat perdana, pasangan calon Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, serta pasangan calon Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. 

Debat yang berjalan lancar kemarin, mendapat respon yang beragam bagi warganet. Kenapa warganet? Karena di era milenial ini, platform media sosial mulai banyak digunakan para pasangan calon untuk mendapat dukungan generasi milenial. 

Tak hanya televisi, youtube, facebook, instagram, twitter juga rama menayangkan dan merespon berbagai hal tentang debat tersebut. 

Mulai visi misi, hingga tanggapan paslon terkait tema yang diusung, yaitu terorisme, hukum, hak asasi manusia dan terorisme.

Tak hanya respon positif, respon negative pun juga ramai bermunculan. Mari kita merespon debat presiden dan wakil presiden secara proporsional, tapi juga dilengkapi data, agar kita bisa menilai secara utuh. 

Ingat, informasi hoax dan ujaran kebencian masih terus dimunculkan oleh pihak-pihak tertentu untuk membuat kekacauaan di jagad maya. Lihat saja apa yang terjadi di dunia maya saat ini. Saling caci, saling hujat masih saja dilakukan oleh pendukung kedua belah pihak.

Ingat, siapapun presiden dan wakil presiden terpilih mendatang, ada di tangan kita semua. Pilihannya ada di tangan kita. Untuk itulah diperlukan pertimnbangan yang tepat, untuk mentukan siapa pemimpin yang paling tepat untuk membawa Indonesia kedepan. 

Jika diantara kita disibukkan untuk membahas kejelekan orang, disibukkan untuk menurunkan elektabilitas, dan disibukkan untuk memecah belah suara, bagaimana kita bisa yakin bahwa pasangan calon yang bertarung ini teruji? 

Kenapa kita tidak sibuk melakukan fit and proper, dengan mendiskusikan tentang kasus atau persoalan tertentu. 

Sehingga masyarakat juga bisa jelas menilai, bahwa si A atau si B memang cakap dalam menyelesaikan sebuah persoalan. Langsung kongkrit dan tidak sebatas wacana dan retorika.

Memang benar, debat merupakan panggung retorikan bagi pasangan calon. Namun retorika juga harus disertai logika, data, dan perhitungan yang jelas. 

Dengan demikian, pasangan calon secara tidak langsung juga memberikan contoh yang jelas ke publik. 

Begitu juga dengan masyarakat, boleh saja menentukan pilihan kepada si A atau si B, namun logika, etika dan data juga harus dijaga. Tanpa itu semua niscaya kita akan sulit bisa melakukan pertimbangan secara obyektif.

Kenapa kita perlu obyektif? Karena informasi yang berkembang di media sosial, cenderung subyektif. Sementara sadar atau tidak, kita cenderung mudah percaya terhadap informasi yang berkembang di media sosial. 

Kita masih malas mengkonfirmasi informasi yang beredar tersebut benar atau tidak. Setidaknya melakukan cek dan ricek di media yang terpercaya, bertanya kepada yang kompeten, dan menggunakan logika kita. 

Semuanya itu penting agar kita tidak terjebak dalam sengkarut kebohongan dan kebencian di dunia maya.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah, mari kita terus mengingatkan bahwa kita adalah bersaudara. Apapun pilihan politik kita, tidak boleh saling menebar kebencian dan berita bohong. 

Apapun pandangan politik kita, mari tetap kedepankan toleransi, rasa saling menghormati dan empati antar sesama. 

Hanya dengan persatuan dan gotong royong, negeri ini akan besar sesuai yang kita harapkan. Dan pasangan calon, partai politik dan elit politik, juga harus terus mengingatkan kepada timses dan pendukungnya, agar tidak saling menebar kebohongan dan kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun