Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bela Negara Generasi Milenial

17 Desember 2018   08:00 Diperbarui: 17 Desember 2018   08:03 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bela Negara - tribunnews.com

Kata bela negara mungkin begitu berat terdengar di era milenial ini. Bela negara tidak hanya sekedar mempertahankan kemerdekaan dari penjajah, tapi juga mengisi kemerdekaan dengan berbagai tindakan yang positif juga merupakan bagian dari bela negara. Membela negara pada dasarnya mempertahankan negara dari kehancuran. 

Membela negara adalah mengantarkan NKRI agar bisa tetap menjadi negara yang toleran dan menyenangkan bagi penduduknya. Bela negara tidak hanya pekerjaan tentara, menteri, ataupun pejabat tinggi lainnya. Bela negara juga menjadi tanggung jawab kita sebagai generasi milenial.

Lalu, apa pentingnya bela negara bagi generasi milenial? Di era milenial ini, perkembangan teknologi informasi begitu pesat. Informasi dari belahan negeri manapun bisa berpindah begitu cepat. Kita bisa mengakses informasi dari Amerika Serikat, dari Kanada, dari Arab Saudi atau dari manapun, hanya dalam waktu hitungan detik. Itulah kecanggihan internet sekarang ini. Internet juga melahirkan media sosial yang saat ini begitu digandrungi generasi muda dari mana saja. 

Belakangan, medsos juga banyak digunakan oleh lembaga, kementerian, dan pemerintahan untuk mensosialisasikan  berbagai kebijakannya. Namun, medsos nyatanya juga digunakan oleh pihak tertentu untuk menyebar kebencian. Pada titik inilah, pentingnya melindungi negara dalam dari penyebaran bibit kebencian.

Melindungi negara dari bibit kebencian, harus menjadi tanggungjawab bersama. Berawal dari kebencian, segala bentuk tindakan jahat bisa terjadi. Berawal dari kebencian, perilaku intoleran dan tindakan radikal lainnya bisa terjadi. Kebencian terhadap seseorang atau kelompok, saat ini terus digulirkan. 

Ketika memasuki tahun politik, kebencian dialamatkan kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berseberangan beserta partai-partai pendukungnya. Kebencian ini dikemas dengan berbagai cara, sampai akhirnya melahirkan informasi bohong alias hoax. Tak hanya itu, sentiment kebencian ini juga dikemas dengan pendekatan SARA. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang menjadi korban provokasi kebencian ini.

Banyak contoh di dunia ini, kehancuran terjadi karena hoax atau kebohongan yang disebarkan luaskan. Perang Dunia II terjadi juga karena dipicu oleh kabar bohong yang disebarkan oleh Hitler. Pada awal September 1939, Adolf Hitler mengabarkan bahwa militer Polandia telah melakukan penambakan tentara Jerman. Provokasi Hitler itulah yang kemudian memicu terjadinya PD II. Dan yang terjadi sebenarnya adalah, tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan Polandia di perbatasan.

Yugoslavia hancur karena konflik SARA di negaranya. Rwanda begitu juga. Suriah nyaris diambang kehancuran setelah sentimen SARA muncul dan menguatnya kelompok teroris ISIS. Indonesia, juga bisa menjadi diambang kehancuran, jika terus membiarkan kabar hoax bermunculan di media sosial. Hoax telah memicu terjadinya pembakaran 9 tempat ibadah di Tanjungbalai, Sumatera Utara tahun lalu. 

Hoax juga telah memprovokasi ratusan bahkan ribuan warga negara Indonesia berbondong-bondong ke Suriah, untuk bergabung dengan ISIS. Hoax juga telah memunculkan berbagai aksi persekusi yang akhir-akhir ini terjadi. Lalu, masihkah kita sebagai generasi milenial mendiamkan semua ini? Terbarkanlah pesan damai. Sebarkanlah nilai-nilai kearifan lokal negeri ini. Jagalah setiap ucapan dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan melakukan itu semua, maka kita sudah membela negeri ini dan menjaganya agar tetap tenang, damai, dan toleran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun