Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kawin

5 November 2020   12:25 Diperbarui: 6 Desember 2020   12:37 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berjalan ke arahmu, mendekatimu yang sudah menunggu di pelaminan. Hari ini kamu cantik sekali Darsinah, sumpah aku tidak bohong. Memang rambutmu yang disanggul dan melati merumbai membuat kepalamu tampak besar tapi aku suka itu. dulu kamu bilang padaku jika menikah nanti kamu sangat ingin sekali mengenakan kebaya putih dan hari ini mimpimu terpenuhi. Benar apa katamu, kamu memang anggun mengenakan itu.

            Aku berjalan semakin dekat ke arahmu, kau melihatku lalu tersenyum. Ah sial senyum itu selalu bisa membuat jantungku berdetak kencang meskipun aku sudah sering melihatnya tapi senyummu itu seperti  kudapan lezat yang setiap kali kunikmati selalu membuatku ingin lagi dan lagi, tak pernah bosan.

            Aku ingat senyum kamu yang pertama kali. Dulu kita bertemu di Pasar Ampera, saat kamu membeli serabi yang ku jajakan di depan toko buku milik orang arab yang sudah bangkrut. Kamu memesan tiga porsi serabi, satu original dan dua lagi serabi isi oncom. Tak seperti pembeli lainnya yang datang, membayar lalu pulang. Kamu justru berbincang-bincang denganku, kamu tanyakan kapan aku mulai berjualan?  darimana resep serabi yang kubuat? berapa keuntungan yang kudapat? Sampai kamu pun sempat melemparkan canda kalau aku tampan. Sejujurnya aku merasa canggung karena sebelumnya tak pernah ada gadis yang berbicara seperti itu, aku senang. Bukan Cuma rupiah yang kudapat di hari itu, tapi juga kenangan manis tentang senyummu yang selalu terbayang-bayang di kepala.

            Darsinah, boleh aku jujur? Meskipun kamu cantik hari ini tapi aku tidak suka dengan warna gincumu yang menyala. Kamu jangan salah paham Darsinah, aku hanya ingin berkata jujur. Meskipun sejak dulu kamu tahu aku sangat tidak suka kepada siapapun yang memakai gincu tapi untuk sekarang aku buat pengecualian. Karena hari ini hari istimewa jadi ku biarkan kamu memakai itu.

            Darsinah, apa kamu masih ingat pertama kali kita berkencan? Waktu itu di Pasar Rakyat yang digelar setahun sekali kita bertemu. mungkin itu bukan malam yang indah tapi itu malam pertama kita  berikrar sebagai sepasang kekasih. Tidak terbayang, aku yang hanya penjual serabi bisa berpacaran denganmu yang cantik rupanya. Dan untuk malam itu aku meminta maaf. Aku akui aku salah. Seharusnya dulu aku tak bertingkah lebih. Aku mengerti tujuanmu baik, kamu ingin tampil menawan didepanku jadi kamu berdandan, memakai bedak dan gincu. Aku memintamu membersihkan bibir, awalnya kamu menolak namun akhirnya meng-iya-kan.

            Sekarang aku tepat dihadapanmu, wajahmu yang tadi indah dengan senyum kini berubah perlahan seperti menahan kesedihan. Aku tatap kamu lama-lamat dan kamu menatapku balik dengan tajam. Aku terkejut saat air matamu mengalir, kamu menyergapku, memelukku erat sambal menangis sejadi-jadinya. Aku terbawa suasana, tak terasa aku pun menangis, membalas pelukmu erat.

 Semua mata memandang kita Darsinah, apa kamu tak malu? Darsinah tak peduli, tidak berkata hanya menangis. Sejenak pelukanmu membawaku pada kenangan-kenangan lama yang sudah ku upayakan menghilang. Tujuh tahun kita berpacaran, suka, duka, tangis, tawa, rasa ingin pergi dan takut kehilangan pernah memberi warna kisah kita. Kisah cinta antara penjual serabi dan gadis pujaannya. Hari ini adalah hari pernikahanmu, hari yang spesial untuk kamu Darsinah, kamu sudah menunggu lama untuk ini. Sudah berhentilah menangis! Kamu pasti sudah tahu, tak ada yang membuatku lebih menderita selain melihatmu bersedih. Tegarlah! Meskipun hari ini bukan aku lelaki yang bersanding denganmu tapi percayalah cintaku tetap ada untuk kamu. Aku tidak pergi darimu, kamu tetap memilikiku dan aku tetap memilikimu meski bukan berupa tubuh yang seutuhnya. Aku tahu ini bukan pilihanmu, ini hanya kepatuhan yang tak bisa kamu bantah.

***

Darsinah, di acara penikahanmu tadi aku sangat senang bisa melihatmu, jangan kamu tanya apakah aku sakit hati atau tidak? tentu kamu pasti sudah tahu jawabannya. Darsinah, lanjutkan hidup, beranaklah yang banyak, buatlah bayi-bayi lucu.

Darsinah, kedudukan tertinggi sebuah cinta bukan tentang memiliki tubuh dan hidup bersama melainkan keikhlasan untuk menerima segala bentuk cinta, kadang dia serupa bahagia dan kadang dia serupa derita. 

"Darsinah, aku mencintaimu" itu kata terakhir yang ingin aku ucapkan sebelum aku mati menggelantung di jembatan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun