Mohon tunggu...
Abdurahman Kotala
Abdurahman Kotala Mohon Tunggu... Penulis

Belajar keras

Selanjutnya

Tutup

Seni

kisah Mba Nunung di tinggalkan keluarga saat sakit jadi hikma

14 Maret 2025   14:12 Diperbarui: 14 Maret 2025   15:33 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hikmah di Balik Kebaikan: Pelajaran dari Kisah Nunung"

Kehidupan adalah perjalanan penuh dinamika. Ada saat di mana kita berada di puncak kejayaan, dikelilingi oleh banyak orang yang tampak peduli, dan ada pula saat kita jatuh dalam kesulitan, hanya untuk menyadari bahwa sebagian besar dari mereka telah pergi. Inilah kisah yang dialami oleh Nunung, seorang komedian legendaris yang dikenal tidak hanya karena bakatnya, tetapi juga karena kedermawanannya kepada keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

Di masa suksesnya, Nunung banyak membantu keluarga dan kerabatnya, memberikan dukungan finansial, dan memastikan kebahagiaan mereka. Namun, ketika dirinya jatuh sakit dan menghadapi kesulitan ekonomi, banyak dari mereka yang dulu dibantu justru tidak hadir untuknya. Kekecewaan pun muncul, sebagaimana diungkapkannya dalam berbagai wawancara dan talk show. Nunung merasa menyesal dan terkadang menganggap dirinya "bodoh" karena terlalu percaya dan baik hati.

Namun, apakah benar kebaikan yang dilakukan tanpa pamrih bisa dikatakan sebagai kebodohan? Atau justru ini adalah bagian dari ujian kehidupan yang lebih besar?

Pelajaran dari Pemikiran Sufi

Dalam pemikiran sufi, kehidupan adalah perjalanan spiritual menuju Tuhan, dan setiap ujian yang datang adalah cara Allah mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya. Jalaluddin Rumi mengatakan:

"Luka adalah tempat cahaya masuk ke dalam dirimu."

Rumi ingin mengajarkan bahwa penderitaan bukanlah akhir, melainkan titik balik menuju kebijaksanaan yang lebih dalam. Kekecewaan yang dialami Nunung adalah bentuk pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari manusia, tetapi dari Tuhan. Imam Al-Ghazali juga mengingatkan bahwa memberi tanpa mengharapkan balasan dari manusia adalah bentuk kebaikan yang paling tinggi.

Pandangan Stois terhadap Kekecewaan

Dalam filsafat Stoisisme, terutama dalam pemikiran Marcus Aurelius dan Epictetus, kehidupan dianalisis dalam dua hal: hal yang bisa kita kendalikan dan hal yang tidak bisa kita kendalikan.

  1. Yang bisa kita kendalikan: Niat dan tindakan kita. Nunung memilih untuk berbuat baik, dan itu adalah sesuatu yang ada dalam kendalinya.
  2. Yang tidak bisa kita kendalikan: Bagaimana orang lain merespons kebaikan kita. Apakah mereka berterima kasih atau melupakan kita, itu bukan sesuatu yang bisa dipaksakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun