Mohon tunggu...
Abdurahman Kotala
Abdurahman Kotala Mohon Tunggu... Penulis

Belajar keras

Selanjutnya

Tutup

Seni

kisah Mba Nunung di tinggalkan keluarga saat sakit jadi hikma

14 Maret 2025   14:12 Diperbarui: 14 Maret 2025   15:33 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Epictetus pernah berkata:

"Jika kamu mengharapkan orang lain bersikap baik kepadamu karena kamu bersikap baik kepada mereka, itu seperti mengharapkan seekor singa tidak akan memangsa kamu karena kamu tidak memangsa mereka."

Dalam hal ini, pelajaran dari Stoisisme untuk Nunung (dan kita semua) adalah bahwa kekecewaan muncul ketika kita mengharapkan sesuatu di luar kendali kita. Jalan keluar dari penderitaan bukanlah menyesali kebaikan yang telah diberikan, tetapi menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan menghargainya.

Filsafat Klasik dan Makna Kebaikan

Aristoteles dalam konsep Eudaimonia (kebahagiaan sejati) menjelaskan bahwa kebahagiaan bukan sekadar perasaan senang, tetapi hasil dari menjalani hidup dengan kebajikan (virtue). Seseorang yang terus berbuat baik meskipun tidak mendapatkan balasan tetap akan mencapai kebahagiaan batin yang lebih tinggi.

Plato juga menekankan bahwa dalam masyarakat, ada mereka yang "melihat cahaya" dan ada yang masih "terperangkap dalam gua" (dalam alegori gua). Orang-orang yang belum memahami nilai sejati dari kebaikan mungkin akan bertindak egois, tetapi itu tidak berarti mereka yang berbuat baik salah.

Teori Psikoanalisis: Mengapa Kita Kecewa?

Dalam psikoanalisis, Sigmund Freud menjelaskan bahwa manusia memiliki dorongan bawah sadar untuk diterima dan dihargai oleh lingkungan sosialnya. Ketika seseorang berbuat baik, ada harapan (meskipun tidak disadari) bahwa kebaikan itu akan dikembalikan dalam bentuk penghargaan atau rasa terima kasih.

Carl Jung menambahkan bahwa manusia memiliki "bayangan" dalam dirinya, yaitu sisi gelap yang menyimpan ketakutan dan kekecewaan yang tidak diakui secara sadar. Dalam kasus Nunung, rasa menyesalnya bisa jadi muncul karena bayangan dari pengalaman hidupnya yang mengharapkan bahwa keluarga akan selalu ada untuknya sebagaimana ia pernah ada untuk mereka.

Namun, Jung juga menekankan konsep Individuasi, di mana seseorang mencapai pemahaman mendalam tentang dirinya sendiri dan menerima segala aspek kehidupannya dengan penuh kesadaran. Jika Nunung mampu melihat perjalanan hidupnya sebagai bagian dari pembelajaran, ia bisa menemukan ketenangan batin yang lebih dalam.

Kesimpulan: Kebaikan Tidak Pernah Sia-Sia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun