Mohon tunggu...
Sarita Buan Intana
Sarita Buan Intana Mohon Tunggu... -

🇮🇩

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rendahnya Minat Baca Membuat Indonesia Tertinggal dengan Negara Tetangga

23 April 2019   16:46 Diperbarui: 24 April 2019   05:34 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca pada era globalisasi ini merupakan suatu keharusan dimana hal ini bertujuan untuk membentuk perilaku seseorang. Dengan membaca kita dapat menambah informasi, memperluas ilmu pengetahuan serta dapat meningkatkan kemampuan otak yang berguna untuk menurunkan resiko terkena penyakit Alzheimer di usia lanjut. Selain itu, kebiasaan membaca buku fiksi bisa meningkatkan rasa empati karena seseorang cenderung menempatkan posisi pada cara pandang tokoh sehingga dapat merasakan perasaan tokoh dalam cerita tersebut. 

Namun, tanpa adanya minat seseorang tidak akan tertarik untuk membaca. Minat merupakan faktor penting yang terdapat dalam setiap diri manusia. Meskipun  motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu sangat kuat, tetapi jika tidak adanya minat maka seseorang tersebut tidak akan melakukan sesuatu yang dimotivasikan padanya. Sama halnya dengan membaca, minat harus berada pada posisi teratas karena tanpa  adanya minat seseorang sukar akan melakukan kegiatan membaca.

Membicarakan minat baca, masyarakat Indonesia terbilang rendah dalam hal ini. Jangan bandingkan Indonesia dengan negara-negara maju seperi Amerika, Australia maupun Inggris. Di antara negara-negara ASEAN saja Indonesia menempati urutan ketiga terbawah bersama Laos dan Kamboja. Penelitian UNESCO mengenai minat baca pada tahun 2014 menyebutkan bahwa anak-anak di Indonesia hanya membaca 27 halaman buku dalam satu tahun. 

Jangankan anak-anak, perbandingan konsumsi penduduk dewasa terhadap televisi, radio, koran maupun majalah dalam seminggu pun sangat rendah. Kebanyakan dari penduduk dewasa saat ini 90% lebih memilih menonton televisi, bahkan angka survei dari tahun 2009, 2012 sampai tahun 2015 terlihat kecenderungan meningkatkan penonton telivisi yang  berbanding terbalik dengan pembaca surat kabar.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Central Connecticut State University mengenai Most Literate Nations in the World pada tahun 2016 menempatkan Indonesia hanya di atas Botswana yaitu sebuah negara di Afrika bagian Selatan, kemudian dari  peringkat paling bawah Thailand hanya setingkat di atas Indonesia. Bisa dikatakan Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara, dengan kata lain minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen atau dari 1.000 penduduk hanya ada 1 orang yang mau membaca buku dengan serius. 

Chairil Abdini seorang Dosen di Universitas Indonesia mengatakan bahwa dulu sebelum kemerdekaan siswa AMS (untuk pribumi) diwajibkan  membaca 25 judul buku  dan  setelah kemerdekaan kewajiban membaca buku sudah tidak ada, hal ini berpengaruh terhadap rendahnya minat baca di Indonesia. Berdasarkan data CSM, terdapat perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara termasuk Indonesia. Beberapa di antaranya yaitu Jepang  sebanyak 22 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku  pertahunnya.

Yang menyebabkan rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia adalah mudahnya memperoleh informasi yang instan, hal ini biasanya dialami oleh siswa-siwa yang masih duduk di bangku sekolah. Kondisi yang serba instan tersebut bisa membangun pola pikir dalam diri siswa untuk mengandalkan keberadaan Google, Yahoo dan sebagainya sehingga minat untuk belajar menjadi menurun. Sosial media juga sangat mempengaruhi minat baca seseorang. 

Kebedaan facebook, twitter dan istagram telah banyak menyita waktu. Sebagian besar pelajar lebih antusias dengan penggunaan media sosial dibandingkan dengan membaca buku. Tak hanya sosial media, banyaknya tayangan-tayangan di televisi juga menjadi penyebab minat baca pelajar menjadi berkurang. Belum lagi kehadiran youtube yang membuat siswa bisa lebih leluasa menonton tayangan yang disukai. Jika seperti ini maka otomatis waktu untuk belajar dan membaca tergantikan oleh kehadiran teknologi informasi.

Faktor berikutnya yang menjadi penyebab dari berkurangnya minat baca masyarakat Indonesia adalah perngaruh pergaulan yang kurang positif. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar pelajar saat ini mulai terpengaruh pergaulan bebas, bahkan tak jarang pergaulan tersebut mengarah ke hal yang negatif sehingga sebagian generasi muda bangsa mulai mengalami disorientasi tujuan. 

Selain pergaulan yang negatif, keberadaan game juga mempengaruhi minat dalam membaca. Sebelum adanya game online sebagian orang mengisi waktu luang mereka dengan membaca buku, namun setelah kehadiran game online banyak orang lebih memilih bermain game yang hanya memberikan kesenangan sesaat dibandingkan membaca buku yang memberikan banyak manfaat.

Akses terhadap buku yang sulit juga membuat seseorang sulit untuk mengembangkan minatnya untuk membaca. Lukman Solihin seorang peneliti dari Kemendikbud menyebutkan ada beberapa hal yang membuat akses terhadap buku sulit di Indonesia. Pertama, jumlah perpustakaan di sekolah yang baru memenuhi sekitar 60% dari total sekolah di Indonesia, namun hanya 20% saja perpustakaan yang layak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun