Mohon tunggu...
buanergis muryono
buanergis muryono Mohon Tunggu... lainnya -

buanergis muryono adalah seniman. guru besar sanggar mariska oka agency; konsultan seni & budaya; wali budaya nusantara Istana Wong Sintinx KUNJUNGI: www.sanggarmariska.webs.com, Sanggar Mariska, SANGGAR MARISKA GRUP, SANDIWARA RADIO COMMUNITY

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lembah Manah = Rendah Hati = Menerima = Mengalah

15 April 2010   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:47 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

LEMBAH MANAH

Kata ibuku, “dadi wong kuwi sing lembah manah”, sabar, rendah hati, ‘ojo sombong’ wong yen ndase gedhe, gampang pecah. Ora eling kulite.

Entah ngomongin dan tidak suka sama siapa, ibuku selalu berbicara panjang lebar tanpa kuminta. Maklum, jarang bertemu, langka bersama, sebab dari kecil aku selalu mengembara dan berkelana seperti yang kutulis di ranselku, “Mr. Kelana” bahkan pernah sok jadi penyair, menulis puisi dengan nama top Mr. Kelana, tapi tulisan yang kuanggap syair dan puisi itu selalu ditolak. Dikembalikan penerbit maupun redaksi surat kabar dan majalah.

Untungnya aku sudah merekam sikap ‘ lembah manah’ tadi, sehingga dengan tulisan yang jumlahnya lupa kuhitung tidak menghentikan niatku menulis. Bahkan sampai suatu ketika seluruh media massa pernah memuat tulisanku, walaupun di sudut lembaran kolom yang tidak pernah dilihat, dilirik, apalagi dibaca orang.

‘Sikap lembah manah’ ini terus saja subur dalam hidupku, sampai aku menangis setiap karyaku ditayangkan, dimuat, dipublishing aneka media. Senang, terharu, bahkan menangis ketika meratapi kepergian Mbah Surip. Kenapa? Kuanggap Mbah Surip bisa mewakili jutaan orang yang punya cita-cita sama, berkarya dan dikenal orang. Ekstrimnya Mbah Surip ingin jadi artis. Tidak jauh beda benar, ketika aku berhasil menyusun tulisan dan menjadi buku MENJADI ARTIS NGETOP DENGAN WAKTU UANG DAN TEKAD diterbitkan penerbit besar ternama di negeri tempat aku numpang.

Aku bicara, mengangkat sedikit soal ‘lembah manah’ ini agak telat karena negeri, bangsa, rakyat, serta penghuni negeri ini sudah kehilangan rasa ‘lembah manah’. Lawong Reog diumumkan sebagai salah satu kesenian dan budaya Malayasia saja langsung pada ngamuk dan latah. Tari-tarian dipublishing menjadi bagian hidup orang Melayu di Negeri Jiran ini, juga kembali pada mencak-mencak. Betapa sombongnya aku dan seluruh rakyat negeriku ini. Tidak mau bercermin… kita ini apa dan siapa? Apa yang kita makan, pakai, nyanyikan (bukan tembangkan), dari ujung rambut sampai ujung kaki, bahkan seluruh fasilitas hidup, benar-benar tidak ada yang murni dari negeri bertanah air ini. Harusnya kita tetap ‘lembah manah’, bangga, bahwa salah satu kesenian kita, bagian dari citra seni kita, bisa merasuk, masuk, bahkan sampai diakui Malaysia sebagai miliknya. Artinya, betapa suksesnya citra kita merasuki khasanah hidup orang lain. Andai Malaysia punya Reog, kan Reognya Malaysia, kita juga lebih banyak memiliki berjenis Reog, dengan citra daerah masing-masing. Puluhan kali pindah tempat dan berkelana, pertunjukan Reog di tiap tempat akan berbeda-beda penampilan dan performancenya. Apa orang Ponorogo akan menantang orang Jepara yang memunculkan Reog plus barongan? Ngga to? Nah, itu karena penduduk Ponorogo legowo, lembah manah, sekaligus bangga hati karena keseniannya bisa ditiru, diteladani untuk dikembangkan di tempat lain.

Sikap sombong, tinggi hati, besar kepala… inilah yang membuat aku dan seluruh rakyat negeriku mandul. Kehilangan jiwa ‘lembah manah’.

Satu-satunya budaya adiluhung penduduk negeri bertanah air ini, menurutku hanya orkestra Jawa yang disebut gamelan dan sebelas tembang yang dilahirkan sebagai mazab, ajaran, pandangan, tuntunan hidup. Siapa yang mau menyamai, menandingi orkestra Jawa yang bernama gamelan plus sebelas tembangnya dari Mijil sampai Pucung? Walaupun seluruh orang dari aneka Negara belajar tentangnya, tetap saja sebagai budaya Jawa. Benar-benar Jawa. Diakui orang pun silahkan, akan tetap sebagai tembang Jawa dan gamelan Jawa. Lalu ada gamelan Bali, Mataram, serta daerah lainnya yang sikapnya, sifatnya melengkapi satu dengan lainnya.

Jika menurutku… siapa saja, silahkan akui unsur-unsur seni dari negeri ini menjadi bagian budayanya…. Tidak perlu ngotot. Siapa yang marah sama orang Jawa membunyikan String dan Celo dengan cara membetotnya, bukan menggeseknya seperti dari asal muasal jenis musik tersebut? Ngga ada kan yang protes? Cello dibetot sehingga suaranya menyerupai kendhang tapi akan jauh beda dengan seblakan kendhang.

Duh aduh! Latah bener ya aku ini? Hanya sedikit tahu saja. Sekedar ngerti. Tapi satu hal…. Lepaskanlah kelelahan hidup ini dengan nafsu lupa, murka, marah dan salah.

Sedulurku dari Malaysia, Singapura, Philipina, kurasa boleh-boleh saja mengangkat seni dan budaya kita menjadi bagian hidup kalian. Toh kalian juga dari ras Melayu, di mana kawan-kawan seangkatanku lari ke tempatmu untuk mengadu nasib berkesenian, bahkan sampai menjadi buruh pun dilakoni dan kalian terima dengan baik. Sedangkan berkesenian di negeri bertanah air yang menampungku ini… sejak dulu selalu mempersulit kami setiap ingin berpentas seni.

Ingat, aku pernah diburu, dikejar-kejar, diinterogasi, hanya karena ingin tampil pentas seni dengan lakon amat ditakuti… LAHIRNYA SUPERSEMAR. Goblognya, aku masih buta banget tentang politik. Nah… bener-bener ngga nyambung kegobologanku ini. Setelah ditampar baru tergagap!

Satu doaku sepanjang hidup, agar pesan ibuku menjadi hidup sepanjang kehidupanku, baik di bumi pertiwi yang terus menangis maupun di alam lain… agar aku tetap diberi hidayah… selalu ‘lembah manah’.

Kebon Pala, Jumat 28 Agustus 2009 3:09 AM

Buanergis Muryono

Seniman yang numpang hidup di Jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun