Mohon tunggu...
Cerpen

Taman Bunga Merah

16 Februari 2018   07:13 Diperbarui: 16 Februari 2018   07:40 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

"bukan, itu memang suara hujan, ayo cepet kamu berteduh" sahutnya kembali.

"nanggung buk, selesaikan satu deret ini saja deh"

Tidak lama setelah itu memang mulai ada hujan rintik dan disusul dengan hujan deras. "ayo cepet kamu berteduh" kata ibu.

"lah ibu??"

"ibu mau hujan-hujanan" sambil mengedipkan sebelah matanya.

Wahh kayaknya seru nih, batinku. Tanpa mendengarkan kata-kata ibu, aku tetap saja memetik buah disekitarku. "Aku mau hujan-hujanan juga." Sahutku. Itung-itungkan sudah lama juga aku tidak melakukannya.

Ternyata ketika panen dibawah hujan terasa menyenangkan, karena tidak gerah ataupun kedinginan. Aku mulai benar-benar menikmati panen ini. Karena asyik melamun lagi-lagi aku tiba-tiba menjerit. Kali ini duri dahan menusuk tulang jariku tepat di engselnya. Duhh rasanya linu sekali. Dari tadi aku sudah menahan tanganku yang tergores dan tertusuk, tapi baru kali ini merasakan ada yang menusuk tulang jari. 

Sambil kugerak-gerakkan jariku yang mulai memerah. Memang susahya memanen buah yang kelihatannya sepele. Dan parahnya selama ini aku hanya menikmati hasilnya yang sudah berupa uang. Tanpa tahu susahnya menanam, panen hingga ngeses (istilah memilih ukuran dan kualitas buah naga di daerah desa). Pastinya dulu waktu ayah dan ibu memanen pernah merasakan hal seperti aku, bahkan lebih parah dan lebih sering.

Tak terasa sudah waktu ashar, ibu mengajakku istirahat digubuk dan aku mulai kagum waktu melihat hasil jernih payahku yang tak seberapa itu, kira-kira ada-lah kalu 1 ton, tentunya sudah dicampur dengan hasil panen yang sudah ada waktu aku berangkat tadi. Setalah mulai merasa tak seberapa lelah, aku dan ibu memutuskan untuk pulang. 

Dengan keadaan basah kuyup aku dan ibu menerjang gerimis yang turun. Sama dengan waktu berangkat, sesekali aku harus turun dari motor namun kali ini ditambah terkadang aku harus mendorong motor dengan ibu karena rodanya masuk dalam lumpur.

Walaupun liburan kali ini aku tidak menuju wisata yang mewah, namun aku mulai menikmati dan belajar. Bahwa dibalik kesenangan yang aku lakukan entah itu bermain ditempat wisata, nonton, sampai ngafe. Semuaitu hasil dari ayah dan ibuku yang rela hampir setiap hari tertusuk oleh duri-duri lancip pohon buah naga yang berada di hutan hingga mirip dengan taman bunga merah tersebut. Hingga kau tersadar. Mampukah aku jika kelak harus berusaha entah itu pahit maupun manis untuk kebahagiaan seseorang yang disebut keluarga?. Entahlah, semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun