Mohon tunggu...
Bryan Pratama Wijaya
Bryan Pratama Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Akun untuk tugas sekolah

Selanjutnya

Tutup

Film

"Aum!" Semangat Reformasi yang Tak Dapat Dibungkam

26 Maret 2024   17:58 Diperbarui: 26 Maret 2024   18:00 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.wikipedia.org/wiki/Aum!

Judul Film: Aum!

Sutradara:                Bambang Kuntara Mukti
Produser:                  Damar Ardi

                                       Suryo Wiyogo

Rumah Produksi:   Lajar Tantjap Film

Pemeran:                   Jefri Nichol 


                                       Chicco Jerikho

                                       Aksara Dena 

                                       Agnes Natasya Tjie 

                                       Mr. Richard 

                                       Dhisga Amandatya

                                       Seteng Sadja

                                       Kukuh Riyadi 

                                       Muhammad Ibnu Shohib 

                                       Aryudha Fasha

                                       Djohan Ekspresi

Tanggal Rilis:          30 September 2021 (Bioskop Online)

Durasi:                        85 menit

Genre:                         Drama

Ketika masa orde baru dan pemerintah tidak sesuai dengan keinginan rakyat Indonesia, sejumlah aktivis diam-diam memperjuangkan hak rakyat dan reformasi Indonesia dengan cara mereka sendiri. Linda Salim (Agnes Natasya Tjie), bersama beberapa kawannya bekerja sama dengan Panca Kusuma Negara (Chicco Jerikho), seorang sutradara yang perfeksionis dan idealis, untuk membuat film "Pulang" yang bertujuan untuk  mengobarkan semangat reformasi rakyat Indonesia. Film ini, menceritakan karakter Satriya, seorang pejuang reformasi yang diam-diam memperjuangkan reformasi di Indonesia sementara diburu oleh pemerintah yang diperankan oleh Surya Jatitama (Jefri Nichol), dan kakaknya Adam, seorang anggota militer yang kabur dari militer demi menyelamatkan adiknya diperankan oleh Bram Sanjaya (Aksara Dena). 

Film ini dibuat dengan susah payah karena dilakukan dengan diam-diam agar tidak memicu kecurigaan dari warga sekitar, maupun pihak pemerintahan dan militer, yang kala itu berusaha membungkam para aktivis. Belum lagi ditambah dengan permintaan-permintaan yang tidak masuk akal Panca yang menyulitkan tim pembuat film dan Linda yang keras kepala dan ingin semuanya berjalan sesuai keinginannya sebagai seorang produser, sehingga menyulut konflik antara keduanya. Perbedaan pendapat dan prinsip antara keduanya membuat situasi terus memanas sepanjang pembuatan film yang berujung pada pertengkaran besar antara keduanya. Semua ini disaksikan melalui lens kamera seorang kameramen yang mendokumentasikan dan mengikuti seluruh perjalanan produksi film, dengan konflik antar kru dan kesulitan-kesulitan yang mereka alami selama syuting dan menghindari mata-mata pemerintah.


Penuh lika-liku dan Ironi

Film rancangan Bambang Kuntara Mukti yang kerap dipanggil Ipunk ini adalah film yang sangat unik dan jarang ditemui. Film ini mengangkat tema reformasi dengan latar waktu tahun 1988, yang merupakan tema yang cukup kontroversial untuk diangkat menjadi film. Film ini berani mengangkat isu-isu seperti penghilangan paksa, penembakan misterius, dan intimidasi. Film ini mampu membawakan latar belakang tersebut dengan baik, membuat penonton jadi ikut merasakan suasana pada era orde baru yang dipenuhi kecurigaan dan ketegangan. 

Ini dapat dilihat, terutama dengan awal film, yang bukan dimulai dengan adegan dari cerita film itu sendiri, melainkan cuplikan film pendek berjudul "Pulang" yang dibuat para karakter dalam film tersebut untuk mengkritik pemerintah dan menyebarkan semangat reformasi dan pemerintah. Terlihat terjadinya upaya penculikan dan penghilangan paksa oleh pihak militer terhadap aktivis dan banyak tindakan yang dilakukan dengan kekerasan. Pada adegan film pun, diperlihatkan betapa takutnya para tokoh pembuat film dan betapa hati-hatinya mereka agar tidak ketahuan pihak militer.

Cara penyampaian film ini dapat menjadi cukup membingungkan, terutama dengan perpindahan suasana yang penuh ketegangan dan drama dari film "pulang", ke suasana pembuatan film tersebut yang masing-masing memiliki konflik dan tokoh yang berbeda. Namun, justru hal ini membuat penonton tertarik dan penasaran. Sepanjang film ini, semua hal yang awalnya membingungkan dan masih menjadi misteri perlahan terungkap sendirinya. Contoh yang paling nyata dari ini adalah salah satu adegan pada awal, pada cuplikan film "Pulang" terdapat degan dimana dua pemeran utama film pendek tersebut melakukan koreografi yang indah, namun juga aneh dan tidak begitu jelas hubungan dengan ceritanya. Namun saat di bagian menceritakan proses produksi filmnya, ternyata sang sutradara, Panca, menambahkan adegan itu untuk memberi makna simbolis dua orang yang saling bertemu dan berinteraksi namun tidak dapat sepenuhnya bersatu. Penyampaian alur yang penuh lika-liku ini menjadi daya tariknya tersendiri, menggugah rasa penasaran penontonnya, dan mengajak untuk melihat kembali adegan-adegan sebelumnya yang terkesan menggantung atau tidak jelas, dan menyadari alasan di baliknya.

Film "Pulang" yang dibuat oleh para tokoh memang menceritakan perjuangan bersama demi reformasi, namun terdapat sebuah ironi tersendiri. Film yang dibuat oleh para tokoh film Aum! bertujuan melawan opresi pemerintah yang bersifat otoriter mempersatukan rakyat untuk memperjuangkan reformasi, sementara para kru sendiri perlahan terpecah belah karena Linda yang idealis, dan keras kepala, dan Panca yang mau sesukanya dan perfeksionis. Keduanya ingin semua sesuai keinginan mereka sendiri dan malah membuat pusing para pemain dan kru. Film ini dapat menyampaikan pula bagaimana konflik tersebut sudah muncul dari awal pembuatan, namun memanas dengan pelan tapi pasti sampai puncak konflik film, di mana terjadi pertengkaran besar antara Linda dn Panca, hampir menggagalkan pembuatan film tersebut. Meskipun mereka ingin memperjuangkan reformasi, suatu impian dan keinginan orang banyak, pada akhirnya Panca dan Linda hanya mementingkan diri sendiri.

Film ini menunjukkan realita bahwa masih banyak orang terlalu mementingkan ego mereka. Sesuatu yang mereka usahakan untuk kepentingan bersama, ujung-ujungnya menjadi untuk kepentingan sendiri, dan merugikan orang lain pula. Sesungguhnya, film ini menunjukkan pula mengapa Indonesia rakyatnya mudah sekali terpecah belah. Kru film saja mudah sekali untuk dipecahkan dengan sedikit konflik, apalagi suatu negara. 

Tak hanya suasana-suasana tegang, film ini juga dapat membawakan adegan-adegan santai dan lucu, dengan bercandaan yang mengajak penonton sedikit beristirahat dari konflik dan emosi berbobot yang terasa sepanjang film. Namun, adegan-adegan humoris tersebut tidak menarik penonton keluar dari suasana yang dibawakan film. Contohnya adegan di mana seorang anggota kru berjam-jam menunggu untuk auman harimau di kebun binatang untuk syuting, dan ia mulai mengoceh tidak jelas sambil bersiap mereka, meminta harimau untuk cepat-cepat mengaum supaya ia bisa pulang. 

Meskipun adegan-adegan dalam film ini dan pesan yang disampaikan cukup berbobot, cerita tidak terasa terlalu dramatis, dan malahan terasa santai dan realistis, seperti dinamika kru film yang sewajarnya. Ipunk, sang sutradara sendiri mengatakan bahwa ia ingin film ini bisa mengemas isu yang berat ini dengan ringan dan santai. "Bagaimana mengemas isu yang 'berat' dikemas dalam format ringan dan jenaka. Kalau isu berat disampaikan dengan berat itu mungkin filmmaker lain pernah bikin," kata Ipunk. Selain ringan film ini juga tidak berkesan terlalu dramatis dan terlihat seperti proses pembuatan film sebenarnya. Akting Chicco Jerikho dan Agnes Natasya Tjie yang natural sangat mendalami karakter yang mereka perankan dan watak mereka masing-masing. Selain itu, mereka benar-benar memperlakukan sudut pandang penonton sebagai sudut pandang si kameramen, Dodi, sehingga terkadang terjadi interaksi dengan kamera. Contohnya adalah adegan di mana Dodi merekam Panca sedang memarahi kru dan Panca berbalik melihat kamera dan menyuruh Dodi berhenti merekam sehingga berpindah ke adegan berikut dari film. Ini pula membuat para penonton merasa menonton dokumentasi sungguhan dan bukan hanya sekedar adegan film saja.

Secara keseluruhan film ini dapat membawa isu-isu kontroversial dan berat, namun mengemasnya ke dalam bentuk yang santai dan realistis, serta membawakan konflik yang sesuai realita dan alur dan progresi konflik yang menarik. Walaupun dapat menjadi membingungkan, film Aum! dapat menjadi tontonan yang menarik, dan film ini sangat baik untuk ditonton oleh remaja dan orang dewasa, terutama mereka yang menyukai plot twist dan film-film dengan genre drama.

DAFTAR PUSTAKA

Nurfadhilah. (2023). "Ada Jefri Nichol, Ini Review Film Aum Tentang

Kebebasan Berekspresi", Diakses 23 maret 2024, dari https://sulsel.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-2726683931/ada-jefri-nichol-ini-review-film-aum-tentang-kebebasan-berekspresi?page=all 

Aum! (2024). Wikipedia bahasa Indonesia. Diakses 24 Maret 2024, dari 

https://id.wikipedia.org/wiki/Aum! 

Diananto, W. (2021, September 28). Sineas Ipunk 14 Kali Revisi Naskah Film Aum!, Sebut Tema Reformasi 1998 Seksi Sekaligus Penting. Liputan 6. Retrieved Maret 24, 2024, from https://www.liputan6.com/showbiz/read/4669469/sineas-ipunk-14-kali-revisi-naskah-film-aum-sebut-tema-reformasi-1998-seksi-sekaligus-penting?page=2 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun