Mohon tunggu...
Bryan Jati Pratama
Bryan Jati Pratama Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Author of Rakunulis.com

Qu'on s'apprête et qu'on part, sans savoir où on va

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jakarta Kota Bunga

25 Maret 2019   01:08 Diperbarui: 25 Maret 2019   01:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : maubelajarapa.com

Kalau kau sempat main ke rumah. Akan kuajak kau jalan jalan keliling kota. Kita akan berkunjung ke bangunan paling angker di Jakarta. Sebuah gedung yang sangat luas dan tinggi. Mungkin berpuluh puluh lantai. Yang dihuni oleh ribuan lintah. Berpuluh puluh tahun.

Orang orang tidak berani masuk kecuali terpaksa. Dulu ketika mereka keluar mereka membawa kertas. Biasanya setumpuk. Akhir akhir ini mereka hanya membawa angka angka dalam layar. Nominal tanpa nilai. Bukan lagi lembaran kertas.

Aku dengar gedung itu dimiliki oleh lintah tua yang suka meminjamkan apapun. Kadang kertas, angka, kuda, sering juga buku dan tempat tinggal. Ditambah titipan satu biji. Di suatu saat benda benda tersebut akan dikembalikan. Dengan tambahan seikat bunga. Hasil dari biji yang dititipkan tadi.

Bunganya aneh. Tak punya kelopak. Tidak wangi juga. Berwarna hitam pekat dan tidak indah. Hanya kumpulan duri beracun. Yang membuat demam ketika digenggam. Setangkai saja mematikan.

Anehnya lagi. Bunganya lebih besar dari kuda maupun rumah. Kalau sudah begitu mau tak mau harus dipikul. Dan pasti bahu dan tangan lecet karena tajamnya. Racun menjalar ke mana mana.

Setelah sampai di bangunan angker itu. Segera saja para lintah keluar. Membawa bunga raksasanya masuk kedalam. Untuk diubah. Menjadi biji bijian lagi. Yang nanti akan dititipkan. Kepada yang meminjam.

Kalau sempat nanti kita jalan jalan kesana. Kita bawakan mawar merah terbaik yang kita punya. Biar lintah tua itu mengerti. Ada bunga yang lebih indah dari bunga miliknya. Walau dengan sedikit duri.

Jakarta, 01.00
25 Maret 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun