Mohon tunggu...
Brilliant JuliaRoselly
Brilliant JuliaRoselly Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

saya suka menggambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matahari Terbit

5 Februari 2024   22:44 Diperbarui: 5 Februari 2024   23:00 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Arunika gadis yang kala itu berusia 15 tahun dan duduk di kelas satu bangku SMA. Panggil saja dia Anika, Dia adalah gadis yang biasa saja di sekolah tidak ada sesuatu yang menonjol dalam dirinya tidak pintar dan tidak bodoh Dia hanya gadis SMA biasa yang periang namun memiliki masalah soal kepercayaan diri.
     Pagi itu di hari Jumat, yang biasa di sambut dengan mata pelajaran P5 satu hari penuh selama di sekolah, Anika berjalan di lorong melewati beberapa kelas, tampak dari jendela yang terbuka Anika melihat keramaian, Yaa.. Ku pikir itu memang kebisingan yang sering terjadi di pagi hari sebelum masuk jam pelajaran, namun tidak seperti yang Anika pikirkan sesampainya di kelas, beberapa temannya tampak sedang serius mendiskusikan sesuatu, dengan sedikit menghiraukan mereka Anika terus berjalan menuju bangkunya.


     "TRINGGG..." tampaknya bell masuk sekolah berbunyi terlihat bapak tua berambut hitam dengan sedikit uban dan senyum lebar di wajahnya  masuk sambil menggenggam pulpen di tangan kiri nya, panggil dia Pak Atma.


     "Ya... sekarang pelajaran P5 ya, Proyek P5 kita kali ini tentang pertunjukan gelar budaya dari berbagai daerah di Indonesia untuk pembagian nya nanti di umumkan saat berkumpul bersama-sama di pendop-",


     "Untuk seluruh siswa kelas 10 di mohon segera menuju ke pendopo di mohon untuk melepaskan sepatu di kelas." Ucapan itu terhenti saat terdengar suara dari speaker sekolah.


     "Anak-anak silahkan langsung menuju ke pendopo ya." Pak Atma pergi meninggalkan kelas.


     Kelas kembali gaduh semua membahas tentang proyek P5 yang sudah di jelaskan Pak Atma tadi, mungkin itu juga yang menjadi alasan beberapa teman sangat serius pagi ini seperti sedang mendiskusikan sesuatu, pasti karna mereka menebak-nebak proyek apa yang selanjutnya akan di jalankan, kami semua berjalan keluar kelas menuju pendopo setelah melepas sepatu, Anika dan teman-temannya keluar paling awal sehingga mendapat tempat duduk di paling depan, pembahasan tentang proyek P5 di mulai kami mendengar penjelasan dari para guru tentang proyek apa yang akan kami lakukan selanjutnya sampai tiba saat nya pengundian pertunjukan dari daerah mana yang akan di bawakan oleh masing-masing kelas, ada dari daerah Papua, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, dan Jawa-Bali.



     "Aduhh dapet daerah mana ya kita.." Risau Nala sambil menebak-nebak.


     Spin wheel pun di putar kelas A mendapat daerah Sumatra, kelas B mendapat daerah Jawa-Bali, kelas C mendapat daerah  Sulawesi, kelas D mendapat daerah Papua dan terakhir kelas E kelas Anika mendapat daerah Kalimantan. Samar terdengar percakapan di antara kami karna di kelas kami terdapat beberapa orang yang berasal dari daerah tersebut.


     "Wuih dapet Kalimantan.."


     "Pas banget banyak yang dari Kalimantan-"


     "Wah kita nanti harus mikir konsepnya mau kaya gimana-"


     Hampir semua membahas tentang daerah yang barusan didapatkan bagaimana konsep pertunjukannya, apa yang akan ditampilkan.

 "Semua tolong didengarkan setelah ini kalian akan kembali ke kelas dan memikirkan susunan kepanitiaan serta akan menampilkan pertunjukan seperti apa, silahkan boleh bubar dan kembali kekelas masing-masing" 

     Setelah kepala sekolah berbicara kami semua kembali ke kelas masing-masing membahas tentang susunan kepanitiaan  dan memilih siapa saja yang akan masuk ke dalam susunan kepanitiaan seperti sutradara, astrada, stage manager, dokumentasi, publikasi, perkap dan masih banyak lagi. Kami juga sibuk membicarakan tentang apa yang akan kita angkat untuk pertunjukan gelar seni P5 ini, dan kami semua sepakat untuk menampilkan tarian serta drama yang diangkat dari cerita rakyat kalimantan, Anika di tunjuk sebagai pemeran sampingan dan ikut dalam kepanitiaan bagian tim publikasi, yahh aku terima terima saja hingga waktu pun tak terasa sudah berlalu begitu cepat.


     "TRINGGG..." Bell pulang sekolah berbunyi suara sorak-sorai dan riuh terdengar semakin kencang, kami berhamburan pergi menata barang-barang kami memastikan tidak ada yang tertinggal dan menunggu doa pulang.


     Hari-hari telah berlalu tiba saatnya hari jumat, Pak Atma masuk kelas seperti biasa, kelas di awali dengan doa pagi dan menyanyikan lagu kebangsaan. Pak Atma menjelaskan kegiatan kita hari ini, kami semua latihan untuk pertunjukan semua meja dan kursi bersama sama kami pinggirkan ke paling belakang hingga terdapat ruang untuk berlatih menari dan melakukan drama, dan saat kami sedang beristirahat setelah latihan sutradara kami datang dari arah luar pintu kelas.


     "Untuk maskot kemarin udah di pilihkan, kemarin siapa ya??" semua orang dia termasuk aku namun tak lama setelah itu semua menatap ku dan menunjuk ku.


     "Anika kan kemarin yang di pilih buat gantii Rana jadi maskot, karna Rana kebagian nari." ucap salah satu teman ku, mulut dan tubuhku diam mematung bingung selama sesaat.


     "Oh iya.. Anika ya maskotnya, sekarang kamu ke cafetaria ya udah di tunggu panitia maskot." Ucap si sutradara tanpa aba-aba.


     "I-iya..." tanpa tau apa-apa Aku pergi keluar kelas berjalan menuju cafetaria dalam keadaan masih tidak mengerti dengan apa yang sudah terjadi, bagaimana bisa aku jadi maskot tanpa aku ketahui alasannya ini terlalu tiba-tiba. Tibalah Anika di cafetaria, mendengar penjelasan dari para panitia maskot tubuh Anika semakin diam mematung karna dia harus tampil bersama para 4 maskot lainnya di depan banyak orang dengan bermain peran, Anika sangat bingung dia harus bagaimana dia merasa tidak percaya diri, gugup, dia merasa tidak bisa ber-akting di depan banyak orang, kepalanya di penuhi dengan pikiran negatif dan tak terasa pertemuan itu selesai bersamaan dengan bell pulang sekolah.


     Di perjalanan pulang Anika terus memikirkan bagaimana nasib nya.


    "Bagaimana jika aku melakukan kesalahan, bagaimana jika aku di tertawakan, bagaimana jika aku tidak pandai berakting dan kaku saat memainkan peran sebagai petualang-" Anika terus berdebat di dalam batin nya bahkan sampai di rumah dia terus memikirkan hal itu tanpa berhenti hingga ibu melihat Anika yang tampak gelisah.


     "Anika... kamu sepertinya sedang gelisah, ada apa nak?" tanya ibu khawatir.


     "Gapapa bu, Anika cuma lagi kepikiran aja tentang pertunjukan gelar seni untuk lustrum sekolah..." ucap Anika sedikit menenangkan ibu.


     "Nakk... kamu bisa cerita ke ibu kalau memang sedang banyak pikiran, biar ibu juga tau dan bantu Anika." Kata ibu.


     Akhirnya Anika bercerita tentang semua nya ke ibu, mulai dari dia yang tiba-tiba terpilih menjadi maskot dan keresahan apa yang sedang dia pikirkan. Ibu meendengarkan dengan seksama apa yang di ceritakan Anika dengan sabar hingga  Anika lega dan selesai bercerita tentang keresahan nya.


     "Anika... ibu tau apa yang kamu rasakan. Tapi nak, mengeluh sebelum mencoba itu tidak bagus kamu harus berani mencoba hal baru supaya kamu juga dapat pengalaman yang baru jauh dari kata bagus tidak nya nanti kamu saat tampil yang penting kamu bekerja keras untuk melakukan yang terbaik." Kata kata ibu bagaikan air yang menyejukan pikiran Anika, sekarang Anika tampak lebih tenang dan bisa berpikir.
     Hari terus berlalu Anika mulai latihan dengan keras tanpa mengeluh dia menikmati latihan nya bersama 4 maskot lainnya walau berkali-kali mengalami kesulitan dia terus berusaha untuk melakukan yang terbaik dia mencoba untuk lebih percaya diri.


     "Nah... gitu dong kalian aktingnya kalo gini kan bagus." pujian dari para panitia maskot, rasanya membuat Anika lebih bersemangat dan lebih percaya diri.


     Hari- hari telah berlalu tiba waktu nya di hari acara pentas seni untuk kami semua tampil, kami semua mendapat hasil yang baik dengan waktu latihan yang termasuk singkat. Rasanya kerja keras kami semua telah terbayar kan. Lelah  dan bahagia bercampur aduk setelah pentas seni Dan kami mengabadikan momen ini dengan berfoto bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun