Mohon tunggu...
Briliant A. Prabowo
Briliant A. Prabowo Mohon Tunggu... Ilmuwan - Postdoctoral fellow - INL - International Iberian Nanotechnology Laboratory, Portugal

Ph.D.., Department of Electronics Engineering, Chang Gung University, Taiwan. Master of Engineering, Semiconductor Technology Program, Asia University, Taiwan. Bachelor of Engineering, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Indonesia. Working Experiences: 2019 – Present, Nanodevices group, Department of Nanoelectronics Engineering, INL – International Iberian Nanotechnology Laboratory. 2018, Post-Doctoral Fellow, Chang Gung University, Taiwan. 2017 – 2019, Research Center for Electronics and Telecommunications, Indonesian Institute of Sciences. 2008-2017, Research Center for Informatics, Indonesian Institute of Sciences. 2006-2008, Trans TV, Transmission Department.

Selanjutnya

Tutup

Nature

[Analisa HOAX] Gempa di Indonesia disebabkan oleh HAARP

13 April 2012   08:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:40 2841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemberitaan yang cenderung tanpa bukti, kemudian di forward/share banyak orang melalui media social cenderung meresahkan, apalagi dikemas seolah ilmiah untuk menggiring opini publik. Apalagi yang nge-share adalah pemuda-pemudi masa depan bangsa yang perpendidikan tinggi :D dan tidak dengan pengetahuan yang cukup, langsung mempercayainya begitu saja. Salah satu isu lama dan heboh kembali adalah tentang HAARP (High Frequency Active Auroral Research Program) yang menjadi pemicu gempa di Indonesia dan beberapa daerah lainnya di dunia. Karena penulis pernah belajar di bidang telekomunikasi, dan pernah bekerja di bidang komunikasi satelit dengan bermain di frekuensi sampai sekitar 8 GHz yang ditembakkan ke angkasa (satelit), maka ijinkan penulis memberikan analisa pemberitaan tersebut yang cenderung HOAX dan tidak berdasar. Seperti isu yang dishare banyak yang dari "sumber isu" baik, mari kita kupas satu-satu.

Pada pukul 15.15 WIB 11 April lokasi pantai barat daya aceh terlihat gambar bentuk aneh di awan,gambar hampir mirip seperti ini:

Karena bukan ahli gempa, maka penulis akan merujuk pada analisa awan gempa yg dikupas tuntas oleh ahlinya, yaitu Pakdhe Rovicky, pakar Geologi asal Jogja, di blognya: "blognya pakdhe ahli geologi buat dongeng bacaan" mitos-awan-gempa awan-lagi-kalau-memang-ada-semestinya-serba-mendukung awas-awan-gempa Pada intinya, mitos awan gempa ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, karena sampai saat ini dari analisa atrofisika - meteorologi (tentang awannya), dan geologi - geofisika  (tentang gempanya),  tidak ditemukan korelasinya. Dijelaskan secara sederhana oleh Pakdhe Rovicky, tentang awan kobe di Jepang sbb: Kalau memang benar di Kobe ada awan sebelum gempa, sangat mungkin itu hanyalah kebetulan saja. Kebetulan ada awan, kebetulan setelah itu ada gempa. Tetapi bahwa awan itu pertanda gempa sama sekali tidak berdasar. Sama halnya ketika saya sedang duduk menghadap ketimur kemudian ada hujan deres setelah itu, tetapi saya yg sedang duduk santai jelas tidak ada hubungan dengan hujan deres disitu kan ? Walopun aku mengalaminya sudah 37 kali ! Penulis  setuju dengan logika yang dijelaskan Pakdhe. Sama halnya kepercayaan orang dulu, kalau dalam perjalanan ada ular melintas maka akan sial kalau perjalanan dilanjutkan entah nabrak atau apa. tapi apakah akhirnya sialnya orang yg melanjutkan perjalanan ada korelasinya sama ular yang lewat? :D tentu tidak akan bisa dibuktikan secara ilmiah bukan? Mari dilanjut.

Di waktu bersamaan seluruh aliran listrik mati padahal generator turbin pln hidup, barang elektronik lain nya pun mati seperti handphone, radio dan  jam digital.

Karena Penulis tidak ada di lokasi gempa, berikut komentar dari orang yang ada di sana pada saat gempa terjadi.

Dan perlu diketahui, untuk sistem emergency seperti pada Pembangkit listrik, pemancar dan lift gedung misalnya, wajar diterapkan otomasi power shutdown, demi menghindari hal yang tidak diinginkan. Selain itu, banyak berita liputan dari kontributor TV di lokasi maupun para wartawan yang merekam saat kejadian gempa. artinya alat elektronik yang mati saat gempa patut disangsikan kebenarannya, karena video dan foto dapat merekam/memfoto kejadian dengan baik pada saat gempa terjadi. Mari dilanjut ke paragraph selanjutnya..

Pukul 16.00 wib gempa mulai terasa dengan kekuatan 8,9 skala rester

Ini versi yang tercatat: 8.9 SR (USGS) dan 8.1 SR (BMKG), sangat wajar terjadi kemungkinan bisa karena perbedaan metode pengukuran. OK lah gak ada yang aneh dari informasi ini.

Semua itu adalah ciri ciri penggunaan senjata  terbaru yang berteknologi tinggi milik amerika serikat yang bernama “HAARP”.hal yang paling menguatkan adalah adanya efeck gelombang elektromagnetik yang terjadi didaerah kawasan sebelum gempa.itu semua disinyalir karena efeck energi harrp yang mampu membuat cuaca buatan itu termasuk membuat bencana alam buatan.

Ini yang mulai agak lucu. HAARP untuk penelitian ionosfer oleh Amerika bisa jadi benar adanya, namun korelasi antara cuaca dengan Gempa bumi itu masih sangat jauuuuuhhhh dari bukti ilmiah. Kalau benar seandainya HAARP bisa mengendalikan cuaca, lha wong terjadinya gempa bumi terjadi pada saat cuaca cerah terang benderang. apakah benar ada kaitannya cuaca sama gempa. bahkan seperti awan gempa saja tidak dapat dibuktikan korelasinya dengan gempa bumi. mari dibahas lebih dalam tentang energi gelombang elektromagnetik. Jika Gempa bumi dengan skala 8,1 SR terjadi, energi yang diperlukan untuk membangkitkannya adalah sekitar 89 E15 Joule (89 kali sepuluh pangkat 15 Joule) atau kalau mau disetarakan dengan TNT diperlukan 21 juta tons TNT.referensi Lha.. lalu kalau dari gelombang elektromagnetik, yang dipancarkan dari HAARP dipantulkan dari ionospfer yang jaraknya 60-90 km diangkasa, Power untuk mentransmisikan gelombangnya segede apa? padahal yang namanya transmisi pasti ada loss di udara, dan loss pada pantulan dari lapisan ionosfer. Teman-teman yang belajar telekomunikasi mungkin pernah tahu, bahwa free space signal propagation memiliki loss atau redaman yang dikenal dengan Free Space Loss (FSL), dimana:

FSL =  27.6(dB) – 20*LOG[Frequency(MHz)] – 20*LOG[Distance(m)] referensi

selain itu, loss yang bisa terjadi adalah "Atmospheric absorption" diamana lapisan ionosfer (yang katanya jadi sasaran riset HAARP) memang memang memiliki sifat absorbtion terhadap gelombang dengan frekuensi tertentu. atau istilahnya lebih dikenal dengan Atmospheric Attenuation (AAL). [caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Atmospheric absorption"]

[/caption] referensi Frekuensi HAARP yang diperkirakan adalah 3.6 MHz = 0.0036 GHz, jadi dalam perhitungan kasar ini Atmospheric absorption dapat diabaikan supaya mudah ngitungnya. mau coba diitung? :D yukk mari... Anggap aja jarak permukaan bumi ke ionosfer paling dekat 60 km (jarak PP jadinya dikali 2 anggap saja 120 km = 120000 m). Frekuensi HAARP yang diperkirakan sumber isu = 3.6 MHz

FSL= -65.14 dB (boleh dikoreksi kalau salah itung :D)

dari loss sebesar itu, maka jika energy yg diperlukan untuk gempa tsb adalah 89E15 Joule (asumsi energy dilepaskan selama dalam 1 detik => 1 Joule=1 Watt) maka Daya yang diperlukan untuk mentransmisikan sinyal = 1.6E20 Watt. sedangkan rate rata-rata kebutuhan daya listrik didunia saja diperkirakan pada tahun 2008 "hanya" 1.5E13 Watt. referensi

Apa benar Power sebesar itu bisa dipancarkan dalam gelombang elektromagnet? kok jadi ingat jurus kameha-mehanya Super Saiya SunGoku di Dragon Ball ya? Dari sumber isu yg lain, dikatakan HAARP di alaska memiliki 360 antena dengan daya antena masing2 10000 Watt, kalau benar maka total daya transmisinya pun hanya 3,6 Juta Watt. Lha kok kecil sekali perbandingannya? jadi masih diperlukan setidaknya lebih dari 44 Triliun (nolnya 12) HAARP lagi sebesar yang di Alaska.  Sampai di sini hipotesa HAARP ditembakkan ke angkasa untuk membuat gempa sudah jauh banget logika pembuktian kebenarannya. Kalau ada hipotesa lain, misal ditembakkan langsung ke sumber gempa, mungkinkah? tetep aja jauh, 89E15 Watt : 3.6E6 Watt = 24.7 milyar (nol nya 9) HAARP seukuran alaska masih diperlukan. *) perhitungan dengan syarat dan ketentuan berlaku hitungan diatas masih kasar banget, asumsi dipancarkan saat udara cerah, ga ada hujan, ga ada badai, dan ingat perhitungan jarak hanya masih dipermukaan bumi. sedangkan kedalaman gempa bisa 10 km bahkan ratusan km dibawah permukaan laut, artinya loss transmisi yg terjadi (dari air laut dan lempeng tektonik) jauh lebih besar daripada perhitungan sederhana di atas. :D Hipotesa lain tentang, ELF yang dapat menggetarkan lempeng tektonik pada resonance frekuensi suara, saya bahas di sini. bosen ah.. itung-itung terus :D mari lanjut..
Masalah prediksi gempa di forum ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun