Salah satu harta yang saya miliki yang paling bersifat paradoks adalah waktu
Waktu merupakan esensi yang begitu nyata karena hidup hanya sepanjang waktu yang ada. Sedemikian abstraknya waktu itu, sampai-sampai sulit untuk memegangnya, mengerti, apalagi menjelaskannya.
Tulisan ini adalah apresiasi atas diriku yang telah berjuang, memelihara asa sampai hari ini.
Hari ini, genaplah saya berusia 30 tahun. 30 bukan hanya sebatas angka atau durasi. 30 adalah Anugerah yang tak ternilai!
Menyikapi penghujung satu fase usia memang tidak pernah mudah. Secara khusus, usia 30 tahun biasanya menjadi titik nadir yang paling menyulitkan bagi sebagian besar orang. Terutama karena pada usia tersebut, biasanya orang-orang mulai menyadari fakta bahwa masa muda mereka tidaklah abadi; hidup akan terus berjalan dan mereka akan terus menua.
Dan katanya sih, usia 30 tahun merupakan dekade terbaik dalam hidup. Asikkkk!!!
Sesaat saya merenung, berusaha untuk menjemput masa lalu, sedikit mengintip apa yang pernah terjadi di masa lalu. Yang ada disana adalah yang manis dan yang pahit. Seolah-olah tak mungkin bisa dipisahkan, bagaikan uang kertas yang berbeda pada kedua sisinya, namun menyatu.
Apakah saya belum berdamai dengan masa lalu? Tentu tidak begitu, Ferguso! Berdamai dengan masa lalu bukan berarti memory itu hilang. Kecuali saya Amnesia. Beda ceritanya. Berdamai adalah menerima hal itu sebagai bagian (seni) dari hidup (tapi bukan penentu), dijadikan pelajaran (batu loncatan) untuk hidup yang lebih baik. Karena yang manis dan yang pahit itulah yang telah menciptakan warna indah dalam perjalanan hidup saya. Yang pahit itu telah membentuk mental, karakter serta pola pikir saya. Tentu ada maksud Tuhan dibalik semua itu.
Seperti kalimat ini: “Yang manis jangan langsung ditelan, yang pahit jangan segera dimuntahkan.”
Bagaikan duri dalam daging, hampir separuh hidup saya jalani dengan rasa sakit. Bangun, duduk, berjalan, lalu tidur kembali dengan rasa sakit. Jangan tanyakan gimana rasanya. Saya tidak punya definisi yang tepat untuk menjelaskannya.