Mohon tunggu...
Brian Rivan Assa
Brian Rivan Assa Mohon Tunggu... Guru - Elementary School Teacher | Job 42:2

Menulis sebagai Katarsis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sensor yang Rusak

25 Oktober 2020   21:49 Diperbarui: 9 Desember 2020   12:04 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilusrasi/sumber: style.mla.org

Tubuh manusia diperlengkapi dengan sensor yang secara otomatis memicu respon untuk membantu kita bertahan hidup. Sensor terbesar dan paling menyeluruh adalah kulit kita. Apapun yang mencoba menyerang tubuh harus terlebih dahulu melewati sensor saraf dalam kulit. Saraf yang normal bisa merasakan panas, sakit, dan bahaya. Hal inilah yang menyebabkan kita segera mundur, lari, dan mencari tempat aman.

Hati dan pikiran kita juga memiliki sensor bawaan untuk merasakan dan menanggapi ancaman apapun terhadap kesehatan emosi dan rohani kita. Namun sayangnya, sistem keamanan yang dirancang dengan sempurna itu dirusak ketika dosa masuk ke dalam dunia. Dosa dan kegelapan telah menyebabkan sensor rohani kita rusak.

Sebagai orang yang pernah jauh dari Tuhan, tetapi kemudian sadar, bertobat lalu kembali kepada Tuhan, saya masih berada dalam perjalanan bersama Tuhan untuk memulihkan sensor saya yang rusak (peka akan suara Tuhan). hati saya teguh dalam hasratnya akan kebenaran dan damai sejahtera yang berasal dari perlindungan Tuhan yang Maha Tinggi.

Namun, karena sensor saya yang rusak, saya tidak selalu mengenali dan menanggapi bahaya yang mengancam dan menyerang  tempat perlindungan yang saya temukan dalam Tuhan. 

Matius 26:41, Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." 

 1 Petrus 5:8, Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 

Meskipun saraf emosional ini masih sedang disembuhkan, saya memilih untuk fokus agar menjadi lebih terbiasa pada suara Roh Kudus. 

Saya mengibaratkanNya (Roh Kudus) sebagai  "sistem peringatan" yang melindungi saya dari tipu muslihat iblis.

Saya pun belajar untuk mendengarkan dan menaggapi suaraNya. Saat saya berjalan dengan Allah dan mengandalkanNya, saya percaya Dia akan membenarkan sesuatu yang salah. Dia akan memulihkan sensor saya yang rusak dan menolong saya untuk melihat, memilih, dan berjalan dalam terangNya.

Yesus baik!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun