Mohon tunggu...
Brian Iskandar
Brian Iskandar Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah seorang pelajar SMA yang suka untuk mempelajari hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembahasan Harga Tiket Domestik Lebih Mahal dari Harga Tiket Internasional

28 April 2024   22:58 Diperbarui: 28 April 2024   23:14 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
facebook.com/djpu151

Namun, karena cakupan DJU dan INACA bersifat nasional, penerbangan komersil  internasional terjadwal masih dapat melakukan perang harga. Maka, ketika penerbangan internasional melakukan perang harga dan penerbangan domestik tidak, akan muncul sebuah situasi unik. Dimana harga tiket penerbangan komersil internasional terjadwal lebih murah jika dibandingkan dengan harga tiket penerbangan komersil domestik terjadwal.

Keadaan unik ini lah yang menjadi perhatian publik di media sosial belakangan ini. Menjelang libur lebaran yang panjang, media sosial diramaikan dengan kemunculan konten-konten seputar hal unik ini. Keadaan unik ini menjadi perhatian publik karena dinilai merugikan pariwisata lokal.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Nasional (BPS), Jumlah penumpang pesawat di Bandara Soekarno Hatta pada bulan Januari 2024 menurun sebesar 42,297 penumpang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dan penurunan sebesar 1,419,611 penumpang jika dibandingkan dengan tahun 2019 (precovid).

Jika kita lihat gambaran besarnya, sektor pariwisata memang memiliki potensi untuk dirugikan. Namun, disisi lain, adanya batas bawah ini meminimalisir kemungkinan adanya perang harga antar maskapai, menjaga kesehatan dan keseimbangan pasar. Kita tidak bisa berharap agar semua negara mengaplikasikan hal yang sama. 

Namun kita juga tidak bisa membiarkan sektor pariwisata dirugikan. Pada akhir diskusi, akan muncul sebuah pertanyaan. Untuk menjamin kesehatan sektor pariwisata atau sektor penerbangan domestik? Salah satu solusi yang paling mendekati adalah untuk mengembangkan sektor transportasi non-terbang. Seperti Hubdat dan DJKA. 

Dengan begitu, kesehatan sektor pariwisata Indonesia terjamin dan juga membantu mempromosikan daerah-daerah di Indonesia yang jarang terlihat oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Tentunya, perang harga antar maskapai akan terminimalisir. Karena dengan begitu, pengguna penerbangan komersil domestik terjadwal tidak berisi wisatawan. Pengembangan sektor Hubdat dan DJKA juga dapat membuahkan hasil yang sangat menarik bagi wisatawan lokal. Yaitu, harga yang dapat bersaing dengan tiket penerbangan komersil internasional terjadwal. Contohnya, dengan elektrifikasi jalur-jalur KAJJ. 


Sumber:

  • https://ppid.dephub.go.id/informasi-berkala/index

  • https://hubud.dephub.go.id/hubud/website/sistranas

  • https://inaca.or.id/wp-content/uploads/2022/08/KM-NO-142-TAHUN-2022_FS.pdf

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun