Menulis buku kehidupan
Sebuah inspirasi dari bread for friends*
Sejatinya semua manusia adalah penulis.
Kita (anda dan saya) sedang menulis buku kehidupan kita masing-masing. Di sampul depan buku kosong yang Tuhan berikan akan kita tuliskan judul kehidupan kita, lalu di halaman awal akan kita tuliskan kerangka hidup berupa rangkaian secara umum kegiatan kehidupan yang akan kita lakukan dari masa kecil, remaja, dewasa dan masa tua kita. Dalam hal ini saya asumsikan kita diberikan Tuhan sebuah waktu yang penuh melewati keempat fase usia/masa itu.
Setiap lembaran buku kosong (bayangkan anda sedang melakukan tugas mengarang di saat SD atau SMP) anda menuliskan apa yang anda pikirkan. Kata demi kata terangkai dan akhirnya lembar demi lembar terlampaui dengan tulisan anda. Ada kalanya anda ingin mengubah kisah yang tertulis di lembar yang sudah terlampau. Untuk hal ini sama dengan keinginan anda menghapus masa lalu dan menggantinya dengan kata ‘seandainya’.
Hal yang luar biasa dalam hal ‘menulis’ ini adalah: Apapun dan bagaimanapun buruknya kualitas cerita masa lalu anda, namun selalu ada kertas kosong putih yang selalu bersedia anda tuliskan dengan kisah manis yang baru. Hal ini mengibaratkan bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi manusia untuk berubah seiring dengan pembaharuan budinya.
Sahabat saya dari Arab mengatakan, “Proses hidup ini harus istiqomah.”, sedangkan atasan saya di kantor mengatakan, “Kita tidak boleh berhenti melakukan ‘continual improvement.” Dalam setiap proses. Lalu ada sahabat lain yang saya kagumi mengatakan, “Metanoia”.
Istiqomah, Continual improvement, Metanoia adalah terminologi yang membawa pesan yang sama, yaitu perubahan. Hanya satu keadaan yang selalu abadi, yaitu perubahan.Dalam menulis lembaran baru buku kehidupan kita, memang tokoh di dalamnya harus berubah.
Lembaran-lembaran lama yang telah terlanjur kita tulis tetaplah menjadi cerita yang harus kita syukuri dan kita lanjutkan dengan lembaran baru yang berisi perubahan untuk menyelesaikan buku yang dipercayakan untuk kita tulis. Apa yang akan kita tulis dalam lembaran baru yang masih kosong adalah pilihan. Semua kita bebas memilih tanpa paksaan dan tanpa ajuran topik tertentu dalam kehidupan kita. Untuk itulah selalu dibutuhkan komunikasi dengan Tuhan dan alam semesta.
Selamat menulis buku kehidupan anda dan saya.
*Lintong Simaremare | inspirator | pemerhati nilai-nilai sosial