Menurut World Bank, Indonesia menghasilkan lebih dari 7,8 juta ton sampah plastik per tahun, tapi hanya sekitar 10-15% yang benar-benar berhasil didaur ulang. Sisanya menjadi warisan jangka panjang yang tidak diinginkan.
Plastik yang Balik Menyerang
Sampah plastik itu seperti karma yang datang perlahan. Kita buang hari ini, besok bisa kembali dalam bentuk lain.
Nelayan di banyak daerah sudah sering mengeluh: jaring mereka lebih sering menangkap plastik daripada ikan. Penelitian juga menunjukkan ikan-ikan kita mengandung mikroplastik. Artinya, plastik yang kita buang ke laut bisa kembali ke meja makan dalam bentuk lauk.
Dan bukan cuma lewat makanan. Peneliti memperkirakan manusia rata-rata menelan sekitar 5 gram mikroplastik per minggu - setara satu kartu ATM.
Mikroplastik itu sudah ditemukan di air minum, garam, bahkan udara. Saya sempat berpikir ini hanya isu besar di kota, tapi ternyata di desa pun, sungai yang dulu jernih sekarang juga membawa serpihan plastik.
Lalu, Harus Mulai dari Mana?
Saya tahu, masalah ini terasa besar sekali. Tapi kalau semua orang berpikir "toh saya cuma satu orang," ya masalah ini gak akan pernah selesai. Saya mulai dari hal paling kecil: membawa tas belanja sendiri. Awalnya ribet. Tapi lama-lama jadi kebiasaan.Â
Sekarang saya juga bawa botol minum isi ulang, menolak kantong plastik sekali pakai, pelan-pelan membiasakan menolak sedotan plastik, dan lebih memilih beli produk isi ulang daripada sachet kecil. Bukan karena saya paling hijau - tapi karena saya gak mau jadi bagian dari masalah yang bisa dicegah.
Kita semua bisa mulai dari hal sederhana:
- Bawa tas belanja sendiri.
- Gunakan botol air minum isi ulang.
- Pilih kemasan yang bisa dipakai ulang.
- Pisahkan sampah di rumah dan kirim plastik ke bank sampah di daerah kamu.
- Kurangi budaya "sekali pakai."
Tapi jangan salah, tanggung jawab bukan cuma di tangan kita. Pemerintah harus memperketat aturan, memperbanyak fasilitas daur ulang, dan mendorong industri supaya gak terus memproduksi plastik sekali pakai. Dan perusahaan juga harus berhenti menjual citra "hijau" palsu hanya karena kemasannya warna hijau.