Mohon tunggu...
Boris Pasanda
Boris Pasanda Mohon Tunggu... Dukun jadi-jadian

suka kamu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Secarik sajak dari masyarakat surga kecil yang jatuh ke bumi.

18 Mei 2025   19:44 Diperbarui: 18 Mei 2025   19:44 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sa lihat kaki kiriku, lobang, akibat kena peluru
Pada siapa sa harus mengadu?
Sa tetap butuh uang untuk istri anakku.
Karna orang-orangmu
Ambil semua hartaku
Sa cuma datang dan menuntut apa yang sudah menjadi milikku.
Dan sa melakukan semua ini dengan caraku.

Lalu sa ingat bertahun tahun lalu pada masa kecilku.

Di suatu rumah kayu kecil sa dibesarkan.
Oleh kasih orang tua yang memberi makan.
Sa pu hati senang ketika Bapa pulang bawa ikan.
Dan Mama pun sudah menanti di dapur, makanan pun disajikan.

Berkumpul bersama dorang semua, hingga malam datang
Katong pun duduk makan bersama hingga kenyang.
Mama deng Bapa pesan bahwa sa harus sekolah agar besar nanti sa bangun sa pu rumah.

Namun sa ingat, sa belajar dengan sistem pendidikan yang terbelakang. Bahkan sa cuman bisa diterangi pelita api redup sedangkan dorang diluar sana diterangi lampu cahaya terang saat belajar tulis dan baca.

Juga sa lihat diluar sana banyak orang yang menuntut keadilan didataran negara yang sudah punya "segalanya".
Namun tahun berganti tahun, sungguh sayang tak kunjung terlihat keseimbangan.

Hanya ada perampasan, untuk memperkaya dorang pu rumah.. dan yang tersisa hanya beras RASKIN yang kitong makan.

Sudah lama sekali sejak dorang datang.
Membawa integrasi untuk menguasai pagi siang dan petang.
Sa pandang jauh ke sana, sa lihat laut biru dan gunung-gunung membentang
Sa pu hati kecil bertanya, 'mengapa tanah ini dikuasai pendatang?'

Sa lihat banyak dari tong pu pahlawan rakyat yang sudah pergi berjuang, namun dorang pun harus berpulang.
Tangis dan air mata pun membasahi kuburan.
Tetaplah kuat saudara, doa Mama akan menyertai kam semua hingga ke surga.

Berikanlah pena dan buku untuk semua adik-adikku,
karena pendidikan lebih penting dari pada hambur peluru.
Hingga, sedikit lagi kitong akan menghadap liang kubur.
Ya Tuhan, izinkan sa lihat Presiden dari ufuk timur.
Sampai suatu saat nanti, bendera bintang fajar yang berkibar dengan bebasnya diatas langit biru.

Jangan botak kan tong pu hutan hijau demi mengisi dompet tebalmu .
Karna yang nanti tersisa hanyalah tanah kering yang badebu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun