Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keterbatasan Menjadi Kelebihan

30 November 2022   15:34 Diperbarui: 30 November 2022   15:44 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika keterbatasan 

menjadi sebuah kelebihan

(Angkie Yudistia)

Seorang perempuan, penyandang gelar pascasarjana, finalis Abang None perwakilan Jakarta Barat, duta Indonesia untuk perhelatan Asia-Pacific Development Center of Disability di Bangkok, Thailand dan seorang pemilik kewirausahaan sosial, Thisable Enterprise.

Melalui Thisable Enterprise ia menggunakan kemampuan kewirausahaan untuk melakukan perubahan sosial yang meliputi pemberdayaan kaum penyandang difabilitas di Indonesia. Ia juga aktif membantu Yayasan Tunarungu, Sehjira bersama para perempuan penyandang disabilitas lain untuk berbagi pengalaman agar dapat menerima keterbatasan dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki.


Sakitnya Dibedakan

Sosok perempuan inspiratif tersebut adalah Angkie Yudistia. Sebagai penyandang tunarungu ia selalu dikucilkan oleh kawan-kawan sebayanya sebab ia menjalani pendidikan di sekolah umum. Mereka memperhatikan tentang dirinya yang acapkali bicara terbata-bata dan amat jarang merespon teguran atau bahkan sapaan orang-orang sekitar. Ketika di jenjang SD, SMP dan SMA, ia selalu jadi pusat perhatian, namun kala itu dirinya tidak dirisak oleh teman-teman sekolah karena berhasil jadi artis remaja atau bintang iklan.

Selang beberapa hari kemudian, tak sengaja jari penulis menekan remote saluran televisi dan terhenti di acara, Hitam Putih, Trans 7. Kala itu Dedy Corbuzier, pembawa acara sedang memperbincangkan suatu tema dengan narasumber pertama. Tema yang mereka perbincangkan tidak terlalu menarik perhatian, sehingga saya tidak terlalu fokus menyaksikan. Setelah beberapa kali jeda iklan, tiba giliran bagi Dedy Corbuzier mengundang narasumber kedua.

Mata dan telinga penulis langsung fokus, ketika Bung Dedy memanggil nama narasumber kedua yakni, Angkie Yudistia. Ternyata benar. Beberapa hari sebelumnya, penulis telah menyaksikannya di acara Radio Show, TV One. Malam itu ia kembali menjadi narasumber di acara Hitam Putih.

Dalam acara Hitam Putih tersebut penulis lebih banyak mendapatkan informasi tentang Angkie. Hal yang paling mengharukan, ketika ia menceritakan mengenai wawancara kerja yang pernah dialami. Ia kerapkali menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang tunarungu dalam setiap wawancara kerja.

Kejujurannya mengakibatkan ia selama berbulan-bulan telah ditolak hingga lebih dari 20 perusahaan dengan alasan yang beragam, namun pada intinya sama, mereka tidak menghargai kekurangan seseorang! Hal yang paling menyakitkan ia alami, ketika perusahaan yang dilamar menolaknya mentah-mentah, karena mengetahui bahwa dirinya tidak dapat menggunakan fasilitas telepon.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Bekerja Hak Semua Orang 

            Kisah tragis Angkie yang ditolak hingga lebih dari 20 perusahaan kerap dialami oleh para penyandang disabilitas. Satu-satunya cara manusia menyambung napas kehidupan adalah dengan bekerja dan memperoleh penghasilan dari pekerjaan tersebut. Kerja adalah hak semua orang.

Eksistensi manusia terlihat dari kerja pikir dan kerja tangan yang dilakukan. Manusia yang tak bekerja kerap tak dianggap dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Manusia yang tak bekerja identik dengan manusia luntang-lantung dan menjadi beban untuk anggota keluarga yang lain.

 "Setiap hari kita selalu diingatkan bahwa kerja, bagi semua orang, menentukan eksistensi dari manusia tersebut. Kerja adalah cara untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan dasar. Namun kerja juga merupakan kegiatan di mana individual mengakui identitas mereka, baik untuk diri mereka sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka. Hal ini sangatlah penting bagi diri mereka, kesejahteraan keluarga, dan stabilitas masyarakat." (Juan Somavia, ILO Director General, Juni 2001).

Lalu, bayangkan saudara-saudari penyandang disabilitas kerap terhambat memiliki pekerjaan? "Kekurangan" secara fisik sering dijadikan alasan untuk perekrut kerja untuk tak mempekerjakan mereka. The World Health Organization (WHO)/ Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 15% dari populasi dunia (7 miliar orang) hidup dengan beberapa bentuk keterbatasan fisik, di mana 2-4% di antaranya mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Di Indonesia pemerintah menunjukkan kepedulian terhadap penyandang disabilitas. Keberpihakan pemerintah dapat dilihat dalam upaya mereka menandatangani Konvensi PBB mengenai Hak-hak Penyandang disabilitas (UNCPRD) dan membuat Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dari penyandang disabilitas di Indonesia (2004-2013) dan meratifikasi Konvensi ILO No. 111 mengenai diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan).

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Lilin Kecil Pengubah Penyandang Difabilitas 

            Sosok berikut perangkul dan pemberi kesempatan para penyandang disabilitas untuk bekerja sesuai kompetensi. Lilin kecil yang menggerakkan perubahan tersebut bernama lengkap Dea Valencia Budiarto. Sosok perempuan kelahiran 14 Februari 1994 ini memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk bekerja dan mengembangkan diri secara utuh.

Dea sungguh menyadari keberagaman dalam masyarakat. Dengan penuh kesadaran dirinya menjelma menjadi pengusaha yang memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk mengaktualisasikan diri. Mayoritas dari karyawan di Batik Kultur by Dea Valencia adalah penyandang disabilitas.

Karyawan penyandang disabilitas yang bekerja di Batik Kultur berasal dari warga sekitar maupun jebolan LPATR (Lembaga Pendidikan Anak Tuna Rungu) kejuruan jahit dan lulusan RC Jebres, Solo (Kompas, 2015). Mempekerjakan penyandang disabilitas, khususnya tunarungu bagai dua sisi koin bagi perjalanan usahanya. Memperbincangkan kesuksesan usahanya akan membahas pula tentang para karyawan yang berada di balik kesuksesan usaha tersebut. Karyawan tunarungu di perusahaan Dea bekerja di bagian jahit dan potong. Cara berkomunikasi dengan mereka, ia memperbanyak komunikasi melalui media tulisan.

Pengaruh Positif untuk Perusahaan 

Dunia usaha adalah dunia yang identik dengan mengeruk laba sebesar-besarnya. Ragam cara ditempuh suatu perusahaan demi mencapai target laba. Salah satunya dengan penyeleksian dan mempekerjakan karyawan yang mumpuni di masing-masing divisi/ bagian perusahaan.

Perusahaan Dea, Batik Kultur merupakan contoh menarik. Perusahaannya lebih memilih penyandang disabilitas untuk menjadi karyawan. Mempekerjakan penyandang disabilitas ternyata dapat memberikan dampak positif bagi suatu perusahaan.

Berikut ragam dampak positif mempekerjakan penyandang disabilitas dalam perusahaan berdasarkan riset ILO:

  • Penyandang disabilitas merupakan karyawan yang baik dan dapat diandalkan. Pengusaha yang mempekerjakan penyandang disabilitas selalu melaporkan bahwa sebagai kelompok, para penyandang disabilitas menunjukkan kinerja yang sama atau lebih baik daripada rekan mereka yang bukan penyandang disabilitas dalam hal produktivitas, keselamatan dan kehadiran.
  • Penyandang disabilitas lebih mungkin setia dengan perusahaan. Karyawan yang bagai kutu loncat menimbulkan harga yang harus dibayar karena adanya pergantian pegawai, misalnya hilangnya produktivitas dan pengeluaran untuk perekrutan dan pelatihan karyawan pengganti adalah biaya-biaya yang sudah dipahami oleh sebagian besar pengusaha.
  • Mempekerjakan penyandang disabilitas meningkatkan moralitas pekerja. Banyak pengusaha yang mengatakan bahwa kerja tim dan moralitas pekerja meningkat ketika penyandang disabilitas menjadi bagian dari perusahaan.
  • Penyandang disabilitas adalah sumber daya keterampilan dan bakat yang belum dieksplor. Di banyak negara, penyandang disabilitas yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia usaha, baik keterampilan teknis maupun kemampuan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diajarkan ke orang lain.
  • Penyandang disabilitas mewakili segmen pasar yang belum tersentuh dan bernilai miliaran Dolar. Segmen pasar itu adalah para penyandang disabilitas, keluarga, dan teman-teman mereka.

Belajar dari Penyandang Disabilitas 

Pengalaman Dea secara pribadi dengan para karyawan penyandang disabilitas meninggalkan banyak kesan dan inspirasi. Mereka tak suka menunda pekerjaan, tekun dalam bidang pekerjaan, berusaha mandiri dalam hidup, dan sayang terhadap keluarga. Interaksi yang hangat (jalan-jalan atau "nongkrong" bersama) antara Dea dan para karyawan berhasil membesarkan Batik Kultur.

Setiap bulan perusahaannya mampu memproduksi sekira 800 potong pakaian batik. Dengan rentang harga mulai dari 250.000 hingga 1 juta Rupiah konsumen merespons dengan baik koleksi Batik Dea. Perpaduan penjualan daring, pameran dagang, baik dalam maupun luar negeri, baik pribadi maupun dukungan pemerintah, seperti dari Kementerian Perdagangan dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) membuat Batik Kultur by Dea Valencia menjangkau dan memanjakan pelanggannya yang tersebar di seluruh Indonesia maupun luar negeri. Untuk luar negeri, jangkauannya sudah sampai Benua Australia, Benua Amerika dan Benua Eropa (Kompas, 2015).

"Mengangkat" Kisah Angkie dan Dea di Kelas

Sang pencipta tak pernah keliru menciptakan manusia terlahir ke muka bumi. Keterbatasan mendengar membuat Angkie mencari alternatif agar suara-suaranya terdengar luas. Ia menuliskan kisah perjuangan hidupnya ke dalam buku berjudul, Perempuan Tunarungu Menembus Batas.

Dalam buku yang ditulisnya ia hendak memotivasi individu-individu yang memiliki kekurangan untuk mampu bangkit dan menjadikan kekurangan yang dimiliki ditransformasikan menjadi kelebihan. Kisah Angkie sebagai tunarungu penembus batas dan Dea perangkul para penyandang disabilitas penulis angkat dalam materi pembelajaran di sekolah.

Dalam pembelajaran di kelas penulis mengungkapkan sosok Angkie yang tidak mengenal kata menyerah untuk mampu berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), meskipun ia memiliki kekurangan. Selama pembelajaran murid-murid menyimak, karena tokoh yang ditampilkan merupakan sosok yang tangguh serta tegar mengarungi kehidupan yang terkadang tak ramah.

Kejamnya diskriminasi terhadap penyandang disabilitas berulang kali Angkie alami. Toh, ia tak sampai putus asa apalagi mengutuk kepada Tuhan. Selepas diundang dua acara televisi tersebut, Angkie semakin memiliki kesempatan lebih luas untuk menyadarkan masyarakat untuk menghormati kaum disabilitas.

Dari sosok Dea penulis membagikan kisah keberpihakannya kepada para penyandang disabilitas. Sikap berani itu membuat banyak pihak tercengang. Di saat beberapa perusahaan menolak penyandang disabilitas, justru Batik Kultur Dea terdepan dalam memberdayakan mereka sebagai mitra perusahaan.

Kisah Dea perlu penulis bagikan kepada para siswa agar mereka memiliki kecakapan sosial bermasyarakat serta keberpihakan kepada kaum lemah, tersingkir, dan tak berdaya. Sebagai pemilik masa depan Indonesia kelak para siswa terjun dalam kehidupan nyata. Bekal kisah Angkie dan Dea dari pembelajaran dapat menjadi pengingat bagi mereka agar dapat menjadikan saudara/i penyandang disabilitas sebagai mitra sukses dalam menggapai suatu tujuan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Inspirasi Perempuan Indonesia

Sosok Angkie menginspirasi kepada khalayak bahwa untuk mengugah kesadaran tidak cukup hanya dengan media lisan, melainkan perlu juga menyinergikan dengan media tulisan. Ungkapan dalam bahasa Latin, verba molan scripta manent mempertegas bahwa ucapan cepat menghilang, sedangkan tulisan akan terus terpatri.

Begitu pula yang dilakukan oleh Angkie, selain kerap diundang untuk berbicara mengenai kaum disabilitas, ia pun menulis buku agar dapat lebih banyak menjangkau masyarakat dalam upaya penyadaran terhadap hak dan kewajiban yang setara untuk penyandang disabilitas di Indonesia.

Sosok Dea yang mengambil jalan berbeda pun layak dicontoh. Ia mengambil tindakan nyata untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para penyandang disabilitas menjadi mitra sukses Batik Kultur. Pemberian kesempatan itu dijawab mereka dengan ketekunan dan semangat tekun belajar dalam mengembangkan usaha Batik Kultur.

Melalui setiap usaha yang dilakukan Angkie lewat media lisan maupun tulisan dan tindakan nyata dari Dea diharapkan semakin berkurang diskriminasi terhadap penyandang disabilitas di Indonesia, karena penyandang disabilitas tak pernah mengharapkan terlahir dengan kekurangan. Torehan beragam perjuangan Angkie dan Dea mengangkat harkat martabat penyandang disabilitas semakin bergaung luas. Perjuangan mereka berbuah limpah untuk mewujudkan Indonesia ramah bagi disabilitas, ketika Presiden Jokowi pada 21 November 2019 memilih Angkie sebagai Staf Khusus Presiden bidang sosial periode 2019 - 2024.

Referensi 

ILO. Mempromosikan Pekerjaan Layak Bagi Semua Orang: Membuka Kesempatan 

       Pelatihan dan Kerja bagi Penyandang Disabilitas. 2001.

Rejeki. Sri. Selembut Hati Dea. Harian Kompas, 27 September 2015.

https://nasional.kompas.com/read/2019/11/21/22261701/stafsus-jokowi-angkie-yudistia-sudah-waktunya-disabilitas-dianggap-setara, diakses 25 November 2022.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/08/12/174500320/cerita-dea-valencia-gandeng-difabel-untuk-membangun-batik-kultur-?page=all, diakses 25 November 2022.

https://www.idxchannel.com/inspirator/kisah-sukses-dea-valencia-bisnis-batik-hingga-raih-omzet-ratusan-juta, diakses 25 November 2022.

Sumber Foto

Dokumen pribadi, Tangkapan Layar Instagram Dea Valencia dan Angkie Yudistia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun