Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terlahir Jadi Pahlawan

20 Mei 2016   20:01 Diperbarui: 20 Mei 2016   20:17 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Hidup yang Lebih Berarti: Sosok Inspiratif untuk

Dayakan Indonesia

Penulis: 20 Blogger Kompasiana

Penerbit: Elex Media Komputindo

Tahun terbit: Cetakan pertama, April 2016

Jumlah halaman: x + 190 hlm


ISBN: 978-602-02-7978-7

Harga: Rp. 50.000,-

Cover: Soft cover

”Setiap kali ada bayi manusia lahir, Tuhan belum bosan kepada manusia,” uja r Rabindranath Tagore (Peraih Nobel Sastra). Manusia sebagai makhluk multidimensional kadang kerap susah dimengerti. Sudah banyak buku yang mengupas tentang siapakah manusia, asal-usul manusia, konflik antar manusia, dan masalah-masalah kekinian manusia. Para penulis berbagai buku tersebut berusaha memahami, menafsirkan, dan menawarkan solusi untuk kehidupan manusia. Lalu, apakah masih ada ruang untuk menulis kembali tentang manusia dan problematika yang melingkupi hidup manusia.

Karya buku terbaru hasil kolaborasi BTPN dan Kompasiana yang diterbitkan oleh Penerbit Elex Media Komputindo dengan judul Hidup yang Lebih Berarti: Sosok Inspiratif untuk Dayakan Indonesiamerupakan salah satu cara dalam memaknai tiap tindakan pemberdayaan manusia dan menyebarluaskan virus kebaikan tersebut ke seluruh pelosok negeri. Tokoh-tokoh yang dikupas dalam buku adalah manusia yang telah selesai dengan dirinya. Bagi mereka kepentingan orang lain pun sudah menjadi bagian tanggung jawabnya. Mereka yang dibahas dalam buku merupakan tokoh-tokoh lokal yang berusaha melakukan pemberdayaan di berbagai bidang (pertanian, kesehatan, kerajinan tangan, sosial kebudayaan, ekonomi, dan kuliner). Dalam buku diluncurkan di bulan April 2016 ini terdiri dari 6 artikel pilihan dari blog competition Kisah Inspiratif di Daerah di tahun 2015 ditambah dengan 14 artikel dari 14 kompasianer terpilih yang mewawancarai sosok inspiratif di berbagai daerah di Indonesia.

Jalinan Kisah Inspiratif

Kisah dalam buku dibuka oleh kisah Pak Hanggono yang jatuh bangun membangun usaha kuliner lokal, Getuk Marem. Getuk merupakan makanan khas masyarakat Jawa. Kuliner yang sudah amat umum dikonsumsi ini oleh Pak Hanggono berusaha dinaikkan kelasnya menjadi makanan oleh-oleh dan dikemas dengan nama merek didominasi warna merah dengan gambar stupa Candi Borobudur di tengahnya.

Sebagai seorang pensiunan PNS awalnya Pak Hanggono hanya berkeinginan mencari penghasilan di masa pensiun. Kegigihan dan keuletannya dari berkeliling, menitipkan hingga bereksperimen membuat getuk yang nikmat sudah dilakoni, namun masa-masa awal merintis usaha tak seindah membayangkan kesuksesan yang kini telah diraihnya. Getuk Marem diproduksi dari ketela yang hanya tumbuh di Magelang (hlm.8). BTPN menjadi mitra Pak Hanggono dari awal mendapat modal 2 juta Rupiah dari BTPN hingga kini mengikuti Program Daya dari BTPN yang bertumpu pada gerakan pendampingan, pelatihan, serta kontribusi positif kepada dan dari pengusaha-pengusaha yang ingin atau sedang mengembangkan bisnis kreatif. Ia pun berpesan kepada kaum muda yang mau berwirausaha agar Berani Melangkah (hlm.12). dari berani melangkah niscaya akan muncul keberanian menghitung dan menaklukkan risiko yang menghadang.

Kisah sosok inspiratif dalam buku berlanjut dengan Milda Fitria, seorang

kader kesehatan. Awalnya ia hanya ingin usaha membantu suami dengan usaha kredit pakaian, seprai, dan sejenisnya. Dari situ ia kesempatan bergabung di Program Daya BTPN pada 2013. Salah satu program Daya sebagai Kader Kesehatan. Sebagai kader kesehatan, Milda melakukan penyuluhan kesehatan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun), Mengenal Demam Berdarah dan Pencegahannya, Tubuh Sehat dan Bugar, Hidup Sehat Bebas Kegemukan. Berkat kegigihan dan kerja keras Milda, kini masyarakat lebih rutin periksa, meskipun tidak sakit.

Berkat dedikasi dan ketekunannya ia memperoleh penghargaan Kader Kesehatan Teraktif. ” (hlm.22). Sebagai kader kesehatan yang selalu berurusan dengan kesehatan masyarakat, ia mengungkapkan suatu pesan bahwa dalam hidup hal yang penting adalah bagaimana kita bisa selalu berbagi memberikan manfaat kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.

Kisah Tak Biasa

Kisah unik Pak Suwono cukup mengejutkan saya sebagai pembaca, karena ia mengubah kotoran manusia jadi pupuk organik. Sebelumnya saya hanya mengetahui kotoran manusia sebagai biogas, sedangkan pupuk organik dari kotoran hewan. Kisah Pak Suwono sebagai pensiunan PNS dari Dinas PU, Kabupaten Ponorogo bermula kala ia pensiun. Untuk mengisi masa pensiun ia berwirausaha dengan berbekal truk tua yang dimodifikasi untuk membuka jasa sedot WC. Rejekiku soko silitmu adalah olokan orang-orang kepada Pak Suwono (hlm.27) kala ia jalankan usaha halal tersebut.

Sebagai pensiunan PNS dari dinas PU, ia suka berjibaku dengan pekerjaan tangan. Eksperimennya  untuk tidak membuang limbah tinja ke sungai diwujudnyatakan dengan membuat bak-bak penampungan mirip penyaringan air kotor. Tinja hasil sedot WC dibuang ke penampungan hingga 4 kali. Setelah melewati bak keempat, air sudah jernih, bening dan baunya hilang. Air tersebut didiamkan selama 3 hari dan diberi tetesan tebu. Luar biasa. Padi yang diairi air limbah tersebut jadi lebih subur dan hijau.

Lewat Kepala Dinas Ketahanan Pangan Ponorogo Pak Suwono dikenalkan kepada pejabat BTPN sehingga permodalan dan biaya eksperimen ke depannya tak lagi masalah. Ia pun bersemangat untuk menjadi narasumber dan tempat studi pemerintah daerah dan kelompok tani untuk bertani dengan pupuk organik berbahan dasar kotoran manusia. Ia percaya Indonesia bisa swasembada pangan  bila pola cocok tanamnya benar (hlm.36), karena tanah akan membalas cara bertani yang benar dengan hasil bumi yang melimpah.

Penutupan suatu lokalisasi di suatu daerah kadang bagai makan buah simalakama. Jika tidak ditutup, akan mempengaruhi kehidupan anak-anak di sekitar lokalisasi tersebut. Andai ditutup akan mematikan usaha masyarakat di sekitar lokalisasi. Sosok Anik Sriwatih pernah merasakan manisnya membuka usaha di sekitar lokalisasi, namun hati kecilnya tak mau terus-terusan melakukan kegiatan usaha tersebut. Ia salah satu warga yang mendukung penutupan lokalisasi Dupak Bangunsari, Surabaya. Sumbangsihnya terus nyata dengan gigih memberdayakan mantan pekerja lokalisasi Dupak Bangunsari, Surabaya.

Anik dan 8 tetangganya ikut pelatihan ketrampilan menjahit. Seusai pelatihan tersebut berdirilah Rumah Kreatif Kembang Melati yang memproduksi keset, handycraft, dompet, bros, tas, dan keset karakter. Keset motif  buatan  Rumah Kreatif Kembang Melati terpilih sebagai produk terbaik di ajang UKM Kreatif Award Surabaya tahun 2012 (hlm.40). Di Dupak ada beberapa ”pahlawan pemberdayaan mantan PSK dan mantan mucikari” mereka berhasil mengubah kawasan bekas lokalisasi menjadi kawasan dengan komunitas mandiri. Selama kita berusaha, Tuhan akan membukakan jalan, pungkas Anik

 (hlm.42).

Merawat Tradisi Indonesia

Kisah pemberdayaan dalam buku pun mengangkat kisah kreativitas warisan budaya Indonesia dalam wujud kain batik. Di tangan Dian Novalia. Penjualan batik menjadi tak selusuh warnanya. Ia memiliki ”darah batik” dari leluhurnya. Di tangan generasi penerus sepertinya, kain batik dibuat semenarik mungkin tanpa meninggalkan nilai budaya yang dikandungnya. Lewat FB ”Pekauman Jaya Batik” batik hasil karya Dian dipasarkan ke sejumlah daerah di Indonesia.

Dari tetangganya ia dikenalkan pada Daya Tumbuh Komunitas BTPN. Kebetulan Dian juga nasabah BTPN Syariah. Dari program tersebut ia dapat mengikuti pelatihan desain batik dan diversifikasi bahan pewarna batik. Program Daya Tumbuh BTPN menyelenggarakan berbagai ajang seperti Selendang Mayang (hlm. 50) semakin melambungkan batik Cirebon ke kancah internasional.

Berdikari dan Berdayakan Sesama

Keresahan dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar membuat Bodro Irawan membuka kursus komputer gratis. Kursus komputer tersebut ia buka, karena ia ingin semua warga sekitar lingkungannya melek penggunaan komputer. Pemberdayaan tersebut ia lakukan, karena dulu ia merasakan pernah ditipu kala mau belajar komputer. Kedermawanan yang dilakukan pun sepenuhnya oleh istri. Modal untuk membuka kursus komputer gratis diperoleh dari keuntungan berwirausaha jasa fotokopi. Usaha tersebut diawali keputusannya yang tepat untuk memilih kota Kajen, karena di sana menjadi pusat keramaian baru (hlm.59).

Untuk mengembangkan usaha, Wawan memilih bermitra dengan BTPN. Program Daya yang diikutinya bertujuan untuk membangun dan mengembangkan usaha bagi mass market di Indonesia. Sosok Bodro betul-betul menyejukkan. Ia mengungkapkan bahwa selama masih hidup, masih mampu. Ia akan terus menjalankan kursus komputer gratis (hlm.65).

Kedukaan kadang tak mampu menghilangkan harapan manusia. Kehilangan suami terkasih tak mematikan harapan hidup Bu Siti Rochanah. Kedukaan tersebut diolahnya hingga semakin membulatkan tekad berwirausaha dan mandiri. Berwirausaha kuliner adalah pilihannya. Setelah mencoba berbagai usaha kue kering dan roti, ia berinovasi dengan membuat penganan crispy berbahan baku wader dan udang diberi merek dagang ”Iwak Nyuzz”.

 ”Iwak Nyuzz” semakin melaju sebagai produk penganan crispy populer Semarang menyusul jejak lumpia, bandeng presto, dan wingko babat. Keberhasilan Bu Siti tak lepas dari peranan program Daya dari BTPN. Dengan mengikuti program tersebut, ia  mengikuti pelatihan wirausaha dan komunitas purnabakti. Ia menjadi nasabah UNIK (Ulet, Negosiatif, Inisiatif, dan Kreatif ). 5 produk unggulan dari usaha Bu Siti adalah Ikan Wader Rawa Rasa Original, Udang Goreng Bumbu Balado, Bumbu Nasi Goreng Udang Tradisional, Sambal Terasi Udang Iwak Nyuzz, dan Ikan Wader Crispy Iwak Nyuzz (hlm.70).

Sampah jadi masalah klasik yang dihadapi manusia. Tiap kota memiliki permasalahan dengan sampah dan lokasi tempat pembuangan akhir. Di tangan Slamet Akhmad Muhidin (Ayo) sampah menjadi berharga. Ia menjadikan sampah bisa jadi berkah. Sejak 2012 ia mengelola Bank SBS (Sampah Bintang Sembilan). Slogan Pak Ayo untuk mengajak warga peduli sampah: pilihlah sampah sejak di rumah, jadikan sampah menjadi berkah, jangan tunggu jadi musibah.

Berkat prestasi Pak Ayo mengelola Bank SBS tahun 2012 dapat dana hibah dari STAIN Purwokerto, tahun 2014 mendapat bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup via Badan Lingkungan Hidup (BLH), mulai tahun 2013 Bank SBS menjadi tempat studi banding dan narasumber sosialisasi bank sampah di berbagai wilayah Kab. Banyumas (hlm.79).

Musibah bencana alam kadang menyesakkan dada. Korban yang berjatuhan akibat bencana membuat airmata manusia lama mengering. Trauma terhadap bencana alam perlu bertahun-tahun untuk pulih. Musibah gempa Yogyakarta pada 2006 jadi awal Supriyanto merintis usaha batik kayu sendiri. Dengan dukungan kakaknya, ia berhasil memulai usaha dan mendirikan Batik Kayu Linggarjati (hlm.85).

Kegagalan di masa lalu dan ditipu tak membuatnya ragu kembali melompat maju. Pada akhir 2011 ia memutuskan ikuti program Daya dari BTPN.  Program Daya tersebut membuatnya mendapat pelatihan manajeman, kewirausahaan, keuangan, promosi, pemasaran, hingga pengemasan. Melalui batik kayu, Supriyanto menawarkan kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang di sekitarnya (hlm. 89).

Di mana 2-3 ibu-ibu mereka menjadi berdaya. Kisah Bu Wiwik dan Bu Indra di Kota Malang dan Kabupaten Malang yang mendapat pelatihan dari BTPN menghasilkan efek luar biasa. Mereka tergabung dalam Komunitas Srikandi. Mereka memproduksi tas, dompet, daster malangan beraplikasi bordir, kaos anak-anak, mukena, serta pernak-pernik wanita (hlm.95). Bu Indra dan Bu Wiwik merasakan lebih berdaya berkat pelatihan dari BTPN. Mereka berani mengembangkan ketrampilan dan merintis usaha baru. Program Daya Tumbuh Komunitas BTPN telah mampu mengentaskan ibu-ibu kalangan prasejahtera (hlm.101).

Petani Merdeka

Pensiun dan tak produktif tak dialami oleh Pak Munadji, pensiunan guru agama di Salatiga. Di masa pensiunnya ia justru gigih mempersiapkan sumber daya manusia bidang pertanian dan perikanan. Kearifan lokal pun ia sebar luaskan dengan membagikan pranata mangsa (ilmu meteorologi Jawa Kuna untuk menentukan musim tanam). Sebagai nasabah purnabakti BTPN, Pak Munadji dilatih manajemen usaha, dan peluang usaha yang menjadikannya lebih produktif dan bermanfaat bagi lingkungan (hlm.115).

Tidak tamat SD, namun mampu mengoordinasi 3.505 petani dengan omzet Rp. 31,5 M adalah prestasi dari Dominggus Nones, sosok luar biasa yang dikupas juga dalam buku.Kolaborasi Om Minggus dan mitra petaninya berhasil mengangkat nilai biji pala dari Kab. Halmahera Utara sudah berhasil menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan siap lepas landas memenuhi permintaan konsumen organik di luar negeri (hlm. 120)

Kisah kesuksesan pasutri Taryat dan Eli dengan Alia Chocolate mendedahkan akan pentingnya doa dan ikhtiar. Penolakan tidak sepatutnya meruntuhkan harapan seorang manusia. Pasutri ini mengakui bahwa program Daya BTPN telah memberi mereka pengetahuan dan pengalaman berguna sebagai wirausahawan. Selain itu, ada kisah Pak Sunardi yang makin produktif di usia pensiun. Keberhasilannya mengundang warga di sekitarnya untuk ikut pula berwirausaha (hlm. 142).

Hidup susah tak sepatutnya selalu membuat manusia berkeluh kesah. Kisah Pak Ujang Amir dan Bu Ulyati dalam buku menyajikan lika-liku kehidupan manusia laksana putaran roda. Roda hidup pasutri ini kini berada di atas. Mereka merasakan nikmatnya tempaan dari program Daya BTPN sehingga usaha Kerupuk Sanjai Balado Kripik Oviga sudah mengentaskan hidup mereka jadi lebih baik.

Penutup

Kisah-kisah dalam buku sungguh menumbuhkan harapan. Penyebar luasan kisah mereka dalam bentuk buku niscaya akan semakin melipatgandakan efek akan pentingnya harapan, semangat juang, dan keikhlasan dalam memberdayakan sesama. Mengangkat potret kisah sosok dalam buku dengan kebersahajaannya membersitkan harapan bahwa siapa pun bisa jadi pahlawan kehidupan.

Foto-foto yang menghias dalam buku pun menguatkan pesan yang hendak disampaikan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh 20 sosok yang ditampilkan dalam buku.

Sedikit catatan dari saya akan lebih nikmat membaca buku ini, jika dibuatkan pembagian berdasarkan lingkup usaha para tokoh, misal: sosok dalam bidang pertanian dan peternakan (Munadji, Syarief Hidayatullah, Sunardi, Suwono, dan Dominggus Nones), sosok dalam bidang kuliner (Siti Rochanah, Taryat dan Eli, Hanggono, Ujang Amir dan Ulyati), sosial budaya kemasyarakatan dan kesehatan(Anik Sriwatiah, Bodro Irawan, Faizal Abdillah, Milda Fitriawati, dan Slamet Akhmad Mukhyidin), kerajinan tangan (Dian Novalia, Supriyanto, Wiwik dan Indra, Solihin, Komunitas Mawar, dan Deni Mulyadi).

Kehadiran buku ini perlu dirayakan, karena seusai membaca 20 kisah sosok inspiratif ini, tuan puan pembaca dapat semakin memahami bahwa hidup itu indah. Mari jadikan hidup masing-masing lebih berarti dan jangan ragu bergandeng tangan dayakan Indonesia dengan potensi diri yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada kita semua. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun