Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

EKI (Ekonomi Kreatif Indonesia)

8 Desember 2014   19:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu negara yang dapat dijadikan kiblat untuk pengembangan ekonomi kreatif adalah Inggris. Inggris merupakan salah satu negara yang dapat memaksimalkan potensi ekonomi kreatif. Tiap tahun British Council mengadakan kompetisi International Young Creative Entrepreuner (IYCE). Selain itu, pemerintah Inggris amat serius menangani potensi ekonomi kreatif melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kota kreatif pun bermula dari Inggris. Pengagas penggunaan istilah kota kreatif adalah Charles Landry. Ia merupakan salah satu pendiri think tank Comedia di Inggris. Istilah kota kreatif dimunculkan pertama kali dalam bukunya The Creative City: A Toolkit for Urban Innovators. Baginya, kota kreatif adalah “kota yang menciptakan lingkungan yang mendukung orang untuk memikirkan, merencanakan, dan bertindak dengan imajinasi dalam memanfaatkan kesempatan dan masalah kota, mengubah kesempatan menjadi pemecahan.”

Kota Pekalongan di Jawa Tengah merupakan salah satu contoh kota yang berbasiskan pada kekuatan sektor ekonomi kreatif. Kota yang memiliki keandalan dalam mengelola potensi kreatif terbukti banyak mendatangkan keuntungan. Sektor ekonomi kreatif di Pekalongan mampu mendatangkan keuntungan pada sektor industri, masyarakat dan pemerintah Kota Pekalongan. Kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara yang penasaran ingin mengetahui proses produksi batik akan mengunjungi sentra-sentra produksi batik. Selain itu, mereka dapat pula mempelajari ragam motif di museum batik. Dari contoh kasus kota Pekalongan, penulis hendak membuat buku yang berjudul, Pekalongan: Jejak dan Wisata Batik.

Beralih ke Jawa Barat. Salah satu kota yang berkembang dalam sektor ekonomi kreatif adalah kota Bandung. Kota yang terkenal dengan kota distro (distribution outlet). Kota ini merupakan salah satu yang mampu memaksimalkan potensi ekonomi kota kreatifnya, bahkan Walikota Bandung Ridwan Kamil mengundang segenap warganegara Indonesia yang memiliki ide-ide kreatif untuk membangun usaha di Bandung. Ia menjanjikan kemudahan dalam perizinan dan mentoring dalam mengemas produk kreatif dan memasarkannya ke khalayak umum.

Komunitas-komunitas kreatif merupakan penggerak roda ekonomi kota Bandung. Ekonomi kreatif distro kota Bandung bermula dari kelahiran clothing label dalam sebuah skatepark kecil di salah satu sudut Taman Lalu Lintas Bandung (Taman Ade Irma Suyani), di awal tahun 1990-an oleh Didit atau dikenal dengan nama Dxxxt, Helvi dan Richard Mutter (mantan drummer Pas Band), kemudian bersepakat mengelola sebuah ruang bersama di Jalan Sukasenang Bandung. Ruang ini kemudian dikenal sebagai cikal bakal yang munculnya bisnis clothing lokal (Reverse) untuk anak muda di Bandung (Majalah Flashover, 2 Juli 2010). Produk kaus berlabel independen tersebut dipasarkan secara khusus di komunitas kaum muda bersosialisasi. Tempat yang memajang dan menjual produk kaus kreatif tersebut dinamakan distro ( distribution outlet). Produk kaus tidak dijual massal di mal, namun hanya dapat dibeli di distro. Beragam produk distro di kota Bandung hendak penulis dokumentasikan dalam buku, Bistro (Bandung Distro): Kreativitas dalam Desain.

Selain dua usulan contoh buku tentang ekonomi kreatif kota Pekalongan dan Bandung tersebut, penulis memiliki kehendak untuk memetakan dan mendokumentasikan ekonomi kota-kota kreatif di Indonesia dari Sabang hingga Merauke dengan paket internet gratis Indosat. Lalu, akan memberikan buku tersebut ke Badan Ekonomi Kreatif RI. Jika tiap potensi ekonomi kreatif kota-kota di Indonesia terdokumentasikan dengan rapi merupakan sumber yang tak lekang oleh zaman karena verba volant scripta manent (yang diucapkan segera menguap, yang tertuliskan akan abadi).


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun