Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Merawat Adenium untuk Mengisi Waktu Saat Dirumahkan dari Pekerjaan

10 Agustus 2020   14:01 Diperbarui: 10 Agustus 2020   20:46 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adenium bunga pink (Foto koleksi pribadi)

Masih stay at home? Mungkin sudah nggak lagi ya, sebab sekarang sudah kondisi new normal atau kenormalan baru. Tetap jalankan protokol kesehatan di mana pun anda berada. Jaga jarak dan selalu pakai masker.

Apa yang anda peroleh atau lebih tepatnya apa saja yang telah Anda lakukan selama stay at home? Melakukan bisnis online sampingan? Aku pernah melakukan tapi nggak berjalan lama, karena konsumen semakin berkurang. Atau traveling...? Itu malah nggak mungkinlah ya....

Sekarang aku lebih memilih menekuni kembali hobi yang telah lama sekali ku telantarkan, yaitu bertanam tanaman hias. Ironis sekali kedengarannya. Memang sih karena sebenarnya bertanam adalah hal yang mudah. 

Hanya saja aku merasa sok sibuk waktu itu dengan pekerjaanku hingga terasa berat untuk merawatnya, meskipun hanya sekadar disiram saja. Itu juga kalau sempat, mengingat jam kerjaku mengikuti rolling 3 shift. Kalau sudah begitu, terus tanahnya pada kering, biasanya ibu mertua yang turun tangan untuk menyiramnya, hehe ....

Ada beberapa jenis tanaman hias yang aku punyai, yang jenis daun, ada gelombang cinta, aglonema, anthurium, dan kuping gajah. Untuk yang jenis bunga, ada euphorbia, anggrek (catleya, dendrobium, anggrek bulan), dan kamboja jepang (adenium).

Membentuk batang Adenium. Dibengkokkan dan diikat dengan kawat (Foto koleksi pribadi)
Membentuk batang Adenium. Dibengkokkan dan diikat dengan kawat (Foto koleksi pribadi)
Dan yang terakhir inilah, kamboja jepang, menjadi prioritas utamaku. Bukan berarti yang lain ditelantarkan lagi. Semua tanaman hiasku tetap mendapat sentuhan tanganku karena aku masih tetap stay at home hingga saat ini. 

Aku dirumahkan dari pabrik tempatku bekerja, entah sampai kapan. Aku jadi banyak waktu untuk merawat tanaman hiasku. Satu dalam benakku, dan aku benar-benar berharap suatu saat tanaman hiasku dapat berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Saat itulah aku bisa menikmati hasilnya, dijual dan aku dapat penghasilan, maybe ....

Ada apa dengan kamboja jepangku? Ternyata setelah sekian tahun lamanya tanaman itu tumbuh bonggol pada pangkal batangnya atau pangkal akarnya. Hingga bentuknya menjadi unik. Hal inilah yang lebih menyita perhatianku. 

Aku pikir dengan perawatan yang lebih intensif, tanaman kamboja jepang itu dapat aku jadikan bonsai. Jadi ada nilai tambahnya lagi, bisa dijual lagi. Memang pada saat seperti ini yang ada dalam pikiranku hanyalah bagaimana mendapatkan penghasilan tambahan untuk keluarga, hehe ....

Kamboja jepang ini dikenal dengan nama ilmiah Adenium, karena salah satu tempat asalnya adalah daerah Aden (Ibu kota Yaman). Disebut juga dengan nama Desert Rose atau mawar padang pasir. Karena berasal dari daerah kering atau padang pasir. Tanaman ini memang akan tumbuh lebih baik pada kondisi media yang kering.

Akar atau pangkal batang Adenium dapat membesar, sehingga bentuknya seperti umbi. Ini berfungsi untuk menyimpan cadangan air di saat lingkungannya kekeringan.

Akar atau pangkal batang yang membesar ini bila dimunculkan di atas tanah akan membentuk kesan unik dan terlihat eksotis. Dengan teknik pemotongan pucuk batang atau biasa di sebut pruning dapat dibentuk menjadi tanaman kerdil untuk bonsai.

Bonggol akar Adenium (Foto koleksi pribadi)
Bonggol akar Adenium (Foto koleksi pribadi)
Meskipun sebenarnya jika dibiarkan tumbuh liar pun kamboja jepang ini tidak akan tumbuh besar dan tinggi seperti kerabat dekatnya, Plumeria, yang dapat mencapai tinggi 10 meter.

Adenium tumbuh paling tinggi 2 meter saja. Untuk jenis Plumeria ini biasa kita lihat tumbuh liar di pekarangan atau di tanah pemakaman, bunganya berwarna putih atau kuning, sedangkan Adenium lebih beragam warnanya.

Pertama-tama yang aku lakukan pada Adeniumku adalah mengganti semua media tanahnya. Aku ambilkan tanah dari pekarangan dan aku campur dengan kotoran ayam yang telah Aku tampung selama beberapa bulan untuk pupuknya. 

Kebetulan aku juga memelihara ayam kampung jauh-jauh hari sebelum pandemi. Aku buatkan kandang dan sudah bertambah banyak. 

Beberapa kali sudah kujual dalam bentuk telur maupun ayam yang sudah dipotong-potong, sedangkan kotorannya aku tampung dan aku jadikan pupuk kandang.

Setelah media tanah diganti, perakaran Adenium juga aku kurangi (dipotong) dengan maksud untuk menghambat pertumbuhan batangnya. Kemudian selain dengan teknik pruning atau potong pucuk batang, batang Adenium ini dapat dibengkokkan sesuai selera untuk membentuk bonsai yang lebih eksotis. Yaitu dengan cara melilitkan kawat pada batang yang masih muda kemudian dibengkokkan dengan hati-hati agar tidak patah batangnya.

Sementara ini aku belum menggunakan pupuk pabrikan karena menggunakan pupuk kandang, penyiraman teratur dan tidak berlebihan, serta cukup sinar matahari, Adenium dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. 

Tapi apabila setelah dilakukan teknik pruning daun maupun batang belum juga tumbuh tunas baru maupun bunga, dapat dirangsang dengan menggunakan pupuk pabrikan (pupuk daun maupun pupuk bunga).

Itu tadi sedikit aktivitasku selama menjalani stay at home. Tapi bonsainya belum jadi karena membutuhkan waktu relatif lama. Mungkin ada yang tertarik dan ikut mencobanya? Yuukk ....

Salam.

Solo.10.08.20

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun