Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pak Tua

1 Juli 2019   18:55 Diperbarui: 1 Juli 2019   19:00 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sorot matanya tajam ketika Aku bertatap mata dengannya. Terlihat jelas garis-garis keriput menghiasi wajahnya. Tetapi raut mukanya berseri-seri, seakan-akan tidak ada beban lagi di sisa hidupnya. Aku tertegun sejenak dan kulihat Pak Tua tersenyum lebar. Seakan-akan berkata dan menasihatiku ....

"Mengapa bersusah payah pergi pagi pulang sore hanya untuk mengejar materi ...?"

"Besok juga akhirnya engkau akan tua seperti aku. Apa yang akan engkau perbuat ...?"

"Masihkah engkau akan mengenal dirimu sendiri? Dan masihkah engkau akan mengenal siapa Tuhanmu ...?"

"Carilah materi, tapi jangan engkau lupakan hak dan kewaijbanmu kepada Tuhan. Jangan engkau lupakan juga hak dan kewajibanmu kepada sesama. Karena semua akan dipertanggungjawabkan nantinya ..."

"Berapa banyak nikmat Tuhanmu yang telah engkau dustakan? Ikhlas dan bersyukurlah atas apa yang telah engkau dapatkan selama ini."

Aku tersadar, bagai disiram air embun hati ini. Luruh semua ego kesombonganku. Aku pun tersenyum membalas tawa lebar Pak Tua. Aku tidak tahu latar belakang kehidupannya, tetapi ada sesuatu yang sangat ingin Aku ketahui. 

Bagaimana caramu bersyukur selama ini ...? Rasa ikhlas yang terpancar dari wajahmu dan cara menikmati hidup di masa tuamu adalah pilihanmu sewaktu masa muda dulu. Apa saja yang telah engkau lakukan Pak Tua?

Dan waktu terus berlalu ....

Usia Pak Tua semakin renta tubuhnya pun mulai merapuh. Beberapa hari ini tidak kulihat lagi Pak Tua duduk-duduk di sana. Aku merasa kehilangan dan hampa saat melewati jalan itu lagi di pagi hari. Bagiku masih banyak yang harus engkau sampaikan padaku tentang kehidupan ini. Tapi sudahlah ... mungkin ini cukup bagiku untuk mengerti rasa ikhlas dan bersyukur.

Pak Tua ... tetap akan kusapa engkau disetiap perjalanan pagiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun