Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis di Pusara Kakek

18 Agustus 2022   18:40 Diperbarui: 18 Agustus 2022   18:44 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen Gadis di Pusara Kakek - Tribunnews/Samsul Bahri

"Kakekmu tentara langka. Sulit dicari yang seperti dia."

Kata-kata nenek itu kembali menggema dalam sanubariku tiap kali aku menjejakkan kaki ke taman makam pahlawan di pinggiran Jogja ini. Ya, jelang HUT RI, aku rutin berziarah ke pusara kakekku, seorang kapten TNI AD.

*

Ingatanku akan almarhum kakekku samar-samar saja. Maklum, beliau wafat saat aku masih kelas empat SD. Terpeleset di kamar mandi. Meski rumah sakit hanya sepelempar batu, nyawa kakekku tak tertolong. Pendarahan di otaknya terlalu parah.

Entah mengapa, kini setelah aku dewasa, aku justru semakin ingin merangkai kembali puzzle kehidupan kakekku dulu. Mungkin karena aku sudah kehilangan kakek terlalu dini. Kehilangan yang meninggalkan kehampaan di hatiku. Kerinduan akan sosok kakek yang tak pernah terpenuhi karena ia terlalu cepat wafat kala aku masih ingusan.

"Di Bangkinang, kakekmu dan aku tinggal di rumah dinas sempit. Budhe Ririn, Pakdhe Jono, Mamamu, dan Bulik Retno tinggal di satu kamar dengan kami. Kalau tidur, mirip ikan asin yang dijemur. Tumpuk-tumpuk dan kadang terasa aroma kaki yang khas," kenang nenekku.

Aku tersenyum simpul. Sulit bagiku membayangkan tidur berenam dalam satu kamar saja. 

"Kenapa kakek dan nenek cuma dapat rumah dinas kecil, padahal kakek pangkatnya sudah lumayan?" selidikku.

Nenekku menghela  nafas panjang. "Ya itulah kakekmu. Polos. Tidak mau diajak cari uang sampingan dari amplop-amplop pengusaha di sana," jawab nenekku.

"Lalu bagaimana kakek dan nenek bisa hidup? Gaji tidak cukup, kan?" tanyaku penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun