Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

"Ada Perang Ada Uang", Konsep Perang Adil, dan Dangdut Damai

21 November 2020   06:35 Diperbarui: 21 November 2020   09:20 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perang | Photo by Oleja Titoff from Pexels

Kita semua menginginkan damai. Sayangnya, tidak semua orang cinta damai. Beberapa pihak bahkan sengaja menciptakan perang. Siapa mereka? Mulai dari oknum pemimpin politik yang serakah dan psikopat hingga pemilik industri senjata kelas berat.

Logika ekonomi sederhana bisa menjelaskan mengapa perang, kerusuhan, dan konflik terus diciptakan, meski sebenarnya cara-cara damai bisa dicapai:

Ada perang, ada uang.

Mereka yang berkecimpung dalam industri senjata tingkat dunia tentu paham. Saat ada ketegangan antarnegara, pesanan senjata makin lancar jaya!

Dalam konteks internal suatu negara pun, tak jarang konflik diciptakan. Dibuat skenario seolah-olah ada pemberontakan. Pasukan bersenjata lengkap pun dikerahkan. Dana triliunan mengalir. Entah sungguh untuk menyejahterakan prajurit atau berakhir di saku penggila duit!

Ah, sudahlah. Kita selalu gagal menjadi manusia yang seharusnya mencintai sesama. Aneka perang telah, sedang, dan akan menjadi "solusi" konflik.

Perang pun adakalanya perlu!
Kekejaman perang yang tak terhindarkan telah membuat banyak orang berpikir keras tentang bagaimana membatasi dampak negatif perang.

Jika tak bisa mencegah perang, buatlah "aturan berperang"!

Perang itu seringkali juga "diperlukan" sebagai pilihan terakhir untuk mencegah meluasnya kejahatan seseorang atau sejumlah negara. Bangsa Indonesia pun telah kenyang pengalaman berperang demi menegakkan kedaulatan dan membela hak-hak mendasar kita.

Di satu sisi kita mengutuk perang yang nyata-nyata merugikan, namun di sisi lain kita juga "mengakui" adakalanya perang itu "berguna", bahkan wajib dilakukan.

Semut kecil diinjak pun (pasti) menggigit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun