Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Surat Menyentuh Saksi Sejarah Gencatan Senjata Natal 1914

24 Desember 2019   09:00 Diperbarui: 24 Desember 2019   09:09 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat Williamson -Foto dari telegraph.co.uk

Perang Dunia Pertama (PD I) berlangsung dari 1914 hingga 1918. Lebih dari 70 juta personel militer terlibat dalam perang dahsyat yang memakan korban sembilan juta pejuang dan tujuh juta warga sipil. 

PD I adalah adu banteng antara dua poros: Jerman dan Sekutu. Menariknya, pada Natal 1914 sempat terjadi Gencatan Senjata Natal secara spontan antara kedua kubu. Bagaimana awal mula dan drama kisah menyentuh jiwa dari medan perang ini? Apa hikmahnya bagi kita?

Sekitar 100.000 pasukan Inggris dan Jerman terlibat dalam gencatan senjata tak resmi di sepanjang Front Barat. Gencatan senjata pertama dimulai pada Malam Natal 1914, ketika pasukan Jerman menghias daerah di sekitar parit pertahanan mereka di wilayah Ypres, Belgia dan khususnya di Saint-Yvon.

Awal Mula dari Lagu "Malam Kudus"

Serdadu Jerman menyalakan lilin di parit dan pohon Natal, lalu melanjutkan perayaan dengan menyanyikan lagu-lagu Natal, terutama lagu "Malam Kudus" atau Stille Nacht. Tentara Inggris yang berada hanya beberapa ratus meter merespons dengan menyanyikan lagu-lagu Natal berbahasa Inggris, tentu saja termasuk Holy Night. 

Kedua belah pihak melanjutkan dengan meneriakkan "Selamat Natal" satu sama lain. Segera setelah itu, para serdadu bertemu di wilayah yang memisahkan parit-parit pertahanan mereka. Mereka adalah serdadu Jerman dan Inggris atau Perancis. 


Kado dan Sepak Bola Bersama

Pada Gencatan Senjata Natal 1914 itu, kedua kubu sepakat untuk tidak saling menyerang. Pada kesempatan indah di hari Natal itu, para tentara yang biasanya saling tembak berubah seratus delapan puluh derajat. Para tentara ini saling bertukar hadiah kecil. Ada makanan, tembakau dan minuman. Juga suvenir seperti kancing dan topi.

Tentara Inggris dan Jerman berdamai di Natal 1914- www.iwm.org.uk
Tentara Inggris dan Jerman berdamai di Natal 1914- www.iwm.org.uk
Bahkan, sebagian serdadu merayakan Natal bersama musuh mereka dengan bermain sepak bola. Surat yang ditulis oleh seorang dokter anggota Brigade Senapan, yang diterbitkan di The Times pada 1 Januari 1915, melaporkan "pertandingan sepak bola ... dimainkan di antara mereka dan kami di depan parit ".

Selain itu, mereka juga mengurus pemakaman bagi korban tewas yang belum sempat dimakamkan secara layak. Sungguh, Natal 1914 adalah hari terindah bagi para serdadu yang terlibat dalam Gencatan Senjata Natal yang penuh memori akan makna cinta kasih.

Video ini adalah iklan yang menampilkan secara apik dramatisasi Christmast Truce itu.


Surat untuk Ibu dari Medan Perang

Salah satu saksi sejarah Gencatan Senjata Natal 1914 menulis surat untuk Ibunya. Tentara itu bernama Henry Williamson, yang saat itu berusia sembilan belas tahun. Henry adalah tentara yang waktu itu bertugas di London Rifle Brigade.

Ia menulis pada Ibunya,"Ibu yang terkasih, aku menulis dari dalam parit pertahanan. Sekarang jam 11 pagi. Di sebelahku ada api arang, di hadapanku ada 'lubang galian' (basah). Tanahnya licin di parit ini, tetapi beku di tempat lain. Di mulut saya ada pipa yang diberikan oleh Putri Mary. Di dalam pipa ada tembakau. "Tentu saja," mungkin komentarmu o Ibu. 

Tapi tunggu. Dalam pipa itu adalah tembakau Jerman. "Haha," mungkin tawamu, "pasti tembakau dari tahanan atau tembakau yang ditemukan di parit yang sudah direbut". 

Oh sayangnya bukan! Tembakau ini hadiah dari seorang tentara Jerman. Ya seorang tentara Jerman yang hidup. Kemarin Inggris dan Jerman bertemu dan berjabat tangan di antara dua parit. Kami bertukar kado kecil dan berjabat tangan. Ya, sepanjang hari Natal. Luar biasa, bukan?"

Foto Williamson tahun 1915-henrywilliamson.co.uk
Foto Williamson tahun 1915-henrywilliamson.co.uk
Henry Williamson pada Januari 1915 ditarik dari parit musim dingin dengan luka di kaki akibat kondisi parit yang lembab dan disentri. Ia dievakuasi kembali ke Inggris. Kelak Henry akan menulis buku-buku dan novel tentang alam liar. Ia sukses mendapat penghargaan Hadiah Hawthornden untuk sastra pada tahun 1928 untuk bukunya Tarka the Otter.

Damai Dicinta Prajurit, DIbenci Komandan

Gencatan Senjata Natal 1914 dicinta prajurit yang berjibaku di garis depan. Akan tetapi, damai di Hari Natal ini dibenci para komandan. Para komandan cemas bahwa semangat juang para prajurit akan lemah jika persahabatan dengan tentara musuh makin erat.

Karena itu, setelah Natal 1914, para komandan di kedua kubu menyerukan larangan bersahabat dengan tentara musuh. Larangan ini mendapat rekasi beragam, namun bisa dikatakan cukup efektif dari segi kemiliteran.

Natal 1915, Gencatan Senjata Natal tak lagi sehangat tahun 1914. Memang ada gencatan senjata di Natal 1915, namun tak sebesar tahun 1914 yang melibatkan sekitar 100.000 prajurit. Perang Dunia I baru akan berakhir secara definitif pada  11 November 1918, empat tahun setelah Gencatan Senjata Natal yang terkenal itu.

Hikmah bagi Kita

Perang selalu adalah kekalahan, baik bagi pemenang maupun pecundang. Nurani manusia sejatinya menolak untuk berperang, kecuali demi membela diri secara wajar. 

Nurani itulah yang mendorong para prajurit Jerman dan Sekutu yang sedang berseteru untuk berdamai di Hari Natal 1914. Nurani yang sama kiranya dimiliki tiap manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi agen perdamaian.

Memori Gencatan Senjata Natal 1914 mengundang kita untuk kembali ke semangat cinta kasih di tengah konflik dan perselisihan di dalam keluarga, tempat kerja, dan masyarakat.

Selamat jelang Natal 2019 bagi yang merayakannya. 

Rujukan: 1, 2 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun