Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Perhatikan 7 Hal Penting Ini Sebelum Kirim Tulisan ke Media Massa dan Blog

27 Desember 2019   06:27 Diperbarui: 3 Januari 2020   23:01 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri-kolase kompas dan kompasiana.com

Nah, sebelum menulis atau mengunggah apa pun di media publik, tanyakan pada diri sendiri apakah tulisan ini bermanfaat bagi pembaca atau hanya curhat (kejengkelan) tanpa makna?

3. Apakah bahasa tulisan itu bisa dipahami sebagian besar pembaca?

Media massa mengadaikan bahwa pembacanya adalah masyarakat luas. Ada dokter, tukang parkir di rumah sakit, pensiunan, dan remaja milenial. Bahasa yang kita gunakan (pemilihan kata, istilah, dan cara penyampaian gagasan) hendaknya bisa dipahami sebagian besar pembaca.

Sebuah artikel yang penuh dengan istilah bahasa Inggris atau daerah tanpa adanya terjemahan atau keterangan dalam bahasa Indonesia akan membuat pembaca terpana tanpa mengerti inti tulisan kita. Sebuah tulisan yang dihiasi istilah-istilah khusus dunia akademis akan membuat khalayak meringis.

Karena itu, cobalah menempatkan diri sebagai pembaca umum. Pastikan tulisan kita bisa dipahami oleh orang-orang yang pendidikannya biasa-biasa saja. 

4. Apakah tulisan terlalu panjang dan membosankan?


Menulis di media massa mengandaikan batasan jumlah karakter dan atau kata agar layak dimuat. Tulisan di blog memang lebih lentur soal ini.

Akan tetapi, tidak berarti lalu kita bebas menulis berpanjang ria sampai pembaca bosan dan akhirnya berhenti membaca setelah halaman pertama atau kedua.

Pengalaman saya, artikel non fiksi yang baik itu panjangnya sekitar 600-1500 kata. Selain itu, satu paragraf sebaiknya penjangnya maksimal 3 kalimat saja.

Jika paragraf lebih dari dua atau tiga kalimat, beranilah menjadikannya dua paragraf. Tentu dengan memperhatikan kesatuan dan kelanjutan gagasan antarparagraf. 

Hindari menulis kalimat dengan induk dan anak-anak kalimat yang panjang. Kalimat yang mudah dicerna adalah yang memuat satu pokok pikiran saja. Kalimat yang baik hanya memilik maksimal dua anak kalimat. Contoh kalimat "anak bucin":

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun