Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Para Suster yang Berbaur dengan Pekerja Seks Komersial

4 Oktober 2019   17:25 Diperbarui: 4 Oktober 2019   18:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lisa Kristine - nunshealinghearts.org

Selama Piala Dunia Sepak Bola di Brasil tahun 2014, kelompok ini mengadakan kampanye yang disebut "Berolahraga untuk Kehidupan, Laporkan Perdagangan Manusia," yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan masalah  pelacuran anak di bawah umur selama gelaran Piala Dunia. Talitha Kum memberikan informasi mengenai cara melaporkan dugaan kasus perdagangan manusia bermodus prostitusi pada pihak berwajib. 

Selain itu, Talitha Kum menyediakan pelatihan keterampilan kerja dan bantuan modal usaha bagi para korban. 

Kisah Para Suster dan Korban Perdagangan Manusia

Suster Valeria Gandini dari Italia berkisah, "Saya mulai mendampingi wanita-wanita muda dari Afrika di Italia sejak tahun 1989. Saya dan para suser lain mengunjungi mereka di jalanan. Kami memberi mereka makanan, minuman, bantuan praktis serta bimbingan rohani. Perjumpaan kami  adalah perjumpaan yang menyembuhkan. Mereka juga anak-anak Tuhan. Tuhan mendengarkan doa mereka."

Suster Kathleen Bryant dari Amerika Serikat bertutur, "Saya mengenal seorang gadis muda bernama Tammy (nama samaran). Ia dijual oleh keluarganya sebagai pekerja seks komersial saat ia masih belia. Selama bertahun-tahun, karena masih lugu, ia tak tahu apa yang sedang dialaminya. Saya hadir mendampinginya secara finansial, emosional, dan spiritual."

Suster Carmela Gibaja dari Amerika Tengah bercerita,"Rumah perlindungan ini menampung para korban perdagangan manusia, tapi lebih-lebih untuk menyelamatkan calon korban. Kami membantu mereka untuk menemukan jalan hidup yang benar dan untuk tahu bagaimana menjaga diri mereka sendiri."

Sementara itu, kisah para korban terasa amat memilukan hati. Blessing (nama samaran) bertutur, "Cita-cita saya adalah ingin jadi dokter. Saat seorang kerabat saya mengatakan bahwa ia memerlukan seorang gadis untuk menemaninya pergi ke Eropa, saya berpikir bahwa hidup saya akan berubah dengan pergi ke sana. Seperti banyak gadis lain, saya tinggal berbulan-bulan di kamp penyelundupan manusia di Libya. Saya kelaparan, rindu kampung. Saya dilecehkan di tempat itu. Saat saya menaiki perahu pertama, perahu itu karam dan saya melihat teman-teman saya tewas tenggelam. Di Sicilia (Italia), saya ditampung di tenda gawat darurat dan kemudian berjumpa Suster Rosalia. Para suster mengajari saya memasak. Kini saya sudah punya pekerjaan di Italia."

Korban lain mengisahkan, ia diharuskan oleh muncikarinya untuk setidaknya mendapat 12 klien atau pria hidung belang tiap hari. Jika target itu gagal ia penuhi, muncikarinya akan mengurungnya dalam kerangkeng dan tidak memberinya makanan. 

Siapa Harus Menolong Korban Perdagangan Manusia?

Sejatinya korban perdagangan manusia untuk dipekerjakan sebagai PSK hadir di sekitar kita, terutama di kota-kota besar Indonesia. Sebenarnya pemerintah dan kepolisian lah yang bertanggung jawab memberantas kejahatan ini dan mendampingi para korban. 

Akan tetapi, sering pemerintah setempat dan kepolisian kurang aktif melaksanakan tanggung jawab mereka. Karena itu, masyarakat warga harus ikut bergerak menolong para korban. Kita bisa mendukung jaringan-jaringan lembaga swadaya masyarakat yang peduli pada isu ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun