Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Telah Memvalidasi ThorCon

30 Mei 2019   23:45 Diperbarui: 23 Juli 2019   23:36 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laporan Tengah Kajian PLTT oleh P3Tek 

"Jangan selalu berkutat dengan pertanyaan apakah PLTN boleh di bangun, Jika harga listrik PLTN sesuai dengan BPP tidak menutup PLTN dapat di bangun di Indonesia" (Okezone, November 2017)  -Bahwa jika Indonesia pada akhirnya akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, pembangkit tersebut harus dengan skema IPP tanpa APBN dengan harga jual listrik harus di bawah $ 0,07 per kWh atau di bawah rata-rata BPP nasional.

Laporan Tengah Menyimpulkan:

"Berdasarkan sumber acuan diatas -- terkait aspek regulasi, keselamatan, dan keekonomian -- PLTT dapat dianggap sebagai salah satu solusi alternatif energi untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia"

Meskipun ini adalah kalimat pendek tetapi kesimpulan ini adalah pernyataan yang menggembirakan dari Kementerian ESDM --Kajian telah memvalidasi bahwa proposal ThorCon sesuai kriteria yang di harapkan oleh Pemerintah terhadap PLTN.

Baca : Inilah kriteria PLTN yang Diinginkan Pemerintah

RUPT PLN 2019 - 2028

PLN sudah sangat memahami teknologi ThorCon karena telah mengkajinya sejak 2015  melalui  kerjasama dengan ThorCon yang MOU nya di tanda tangani pada Oktober 2015. Sehingga dalam RUPTL 2019 - 2028, PLN pada pembahasan energi nuklir di RUPTL 2019 - 2028  (Hal III-8) memasukan  penjelasan tentang PLTT yang cukup panjang 

Di kalangan masayarakat Indonesia, pembangkit listrik dengan bahan bakar thorium di populerkan dengan istilah Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT). Di Indonesia dan berbagai negara belahan dunia, kandungan Thorium lebih banyak 3-4 kali di banding uranium. Hal ini menyebabkan sebagian orang beranggapan bahwa thorium lebih mempunyai prospek masa depan… Reaktor PLTT bekerja pada tekanan normal (1 atm), sehingga tidak membutuhkan struktur pelindung kuat seperti halnya PLTN yang tekanannya sekitar 144 atm. PLTT bekerja pada tempratur 700 C dibanding PLTN yang bekerja pada tempratur 300 C sehingga konversi panasnya menjadi listrik jauh lebih besar... IAEA dalam bukunya Advances in Small Modular Reactor technology, edisi 2016 menyatakan bahwa ada beberapa pengembang PLTT  yang direncanakan beroperasi komersial sebelum 2025

Masuknya pembahasan teknologi PLTT ini hanya dapat di artikan bahwa PLN mendukung Imlementasi PLTT dikarenakan, biaya pembangkitan yang murah, tingkat keselamatan yang lebih tinggi, availability factor diatas 90%, dapat beroperasi dari 250 - 500MW, mobilitas tinggi dapat di pindah setiap saat dan sangat flexible, dapat beroperasi sebagai baseload, load follow atau peaker sebagaimana disampaikan pihak PLN kepada penulis pada beberapa pertemuan.

Pemilihan Lokasi 

Lokasi yang dianalisis akan dimasukkan ke dalam laporan akhir: Ada tiga lokasi yang dipertimbangkan, yakni Propinsi Kalimantan Barat, Pulau Bangka di Sumatera dan Propinsi Riau di daratan Sumatera. Setiap lokasi dipertimbangkan melalui konsideran beberapa aspek yaitu:

 1) penerimaan publik 2) dukungan politik setempat 3) proyeksi permintaan 4) infrastruktur kelistrikan. Sehingga keputusan penentuan lokasi adalah bagaimana mencari keseimbangan yang tepat antara keempat aspek tersebut yang masing-masing memiliki bobot berbeda.

Validasi Akhir

pada akhirnya Pemerintah perlu memverifikasi apakah desain Thorcon dapat dibangun sekarang tanpa teknologi baru seperti yang diklaim oleh Thorcon.

Untuk menjawabnya, Pemerintah mengirimkan Asisten Deputi Sekretariat Kabinet, Bapak Teguh Supriyadi dan stafnya untuk mengunjungi DSME (Daewoo Shipyard and Marine Engineering) dan DOOSAN di Korea Selatan pada tgl 15 Mei 2019 bersama dengan Bapak Sutrisno, Direktur Operasi PT PAL, galangan kapal BUMN yang memiliki kerja sama cukup panjang dengan DSME, salah satunya adalah kerjasama pembangunan Kapal selam kelas Nagapasa yang 3 unit telah di serahkan kepada TNI-AL.

Galangan Kapal DSME di Okpo dengan luas 500 hektar.
Galangan Kapal DSME di Okpo dengan luas 500 hektar.

Delegasi di dampingi oleh David Devanney, CEO Thorcon International dan Bob S. Effendi, Kepala perwakilan Thorcon di Indonesia. Menurut Devanney, DSME di rencanakan untuk menjadi perusahaan EPC bagi Thorcon dan DOOSAN sebagai pabrikan komponen utama seperti Reaktor dan Turbin.  DSME telah memberikan estimasi pembuatan design Thorcon yang jadikan dasar perhitungan bagi Tim Kajian untuk menganalisa keekonomian Thorcon.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun