Mohon tunggu...
Nani Kusmiyati
Nani Kusmiyati Mohon Tunggu... Guru - English teacher, Trainer, Writer and Woman Navy

I love teaching, writing and reading

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari yang Penuh Berkah

21 September 2022   22:54 Diperbarui: 21 September 2022   22:59 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-kindel-media-8550826

HARI YANG  PENUH BERKAH

Hari ini terasa lebih cepat. Bang Aci, putraku turun lebih dahulu dan memanaskan mobil. Aku lihat dari kamera kamarku, pintu gerbang sudah dia buka dan mesin mobil sudah di hidupkan. Bergegas aku turun setelah mengecek lampu-lampu yang mesti dimatikan dan kabel-kabel charger yang harus dicabut. Back pack dan tas plastik berisi roti krim meses dan air mineral yang telah aku siapkan dimalam hari sudah berada dalam genggaman tanganku. Persiapan dijalan jika perut kami mulai bernyanyi untuk segera diisi. Sarapan yang paling mudah di mobil memang roti. Terkadang aku membawa goreng sosis sebagai cemilan.

Berangkat ke kantor serasa pulang kampung harus menyiapkan dukungan logistik karena kondisi jalan tidak dapat diprediksi. Jika macet bisa memerlukan dua jam sampai kantor.

Sambil mengunci pintu Lantai dua aku berdoa semoga perjalanan kami di mudahkan dan sampai kantor dengan selamat. Berharap kendaraan di pagi hari lebih sedikit. Jika mesti macet tapi kendaraan masih berjalan. Setiap hari aku berharap-harap cemas selama perjalanan menuju kantor. Putraku yang mengendarai mobil berusaha untuk lebih cepat dari mobil-mobil lainnya karena takut ibunya terlambat sampai kantor dan dia tidak mendapatkan parkir yang nyaman.

Setelah aku masuk mobil dan putraku mengunci gerbang, berangkatlah kami dengan tidak lupa membaca doa apa saja selama perjalanan. Sholawat nabi, fatihah, ayat kursi dan surah Yasin yang pagi itu sempat aku baca di dalam perjalanan.

Jalanan serasa tidak bergelombang, mulus begitu saja. Tidak seperti biasanya, mobil tersendat-sendat karena karena banyaknya kendaraan sehingga putraku harus mengerem mendadak.

Aku bilang pagi itu macet tapi bergerak. Aku berusaha fokus membaca doa sambil sesekali mataku memperhatikan depan untuk mengingatkan putraku agar jaga jarak dengan mobil di depannya.

Dalam doaku semoga Tuhan melindungi putraku, diriku, mobilku dan pengendara lain. Jangan pernah mobilku menyenggol kendaraan lain dan demikian sebaliknya.  

Aku masih trauma ketika dua hari lalu perjalanan pulang kami memerlukan waktu lima jam sampai rumah. Jonggol, salah satu kecamatan di Bogor yang tidak pernah sepi dengan kendaraan besar, kecil  dan motor. Truck-truck besar dan tinggi memenuhi tengah jalan, terseok-seok karena kelebihan muatan. Pemandangan itu membuat putraku tidak sabar untuk menyalipnya. Dengan matanya yang jeli dia melihat spion kanan kiri juga memperhatikan kendaraan lawan arah yang akan berpapasan dengan mobil kami.

Alhamdulillah dengan kekuatan doa kami sampai kantor pukul 06.25. Aku bergegas untuk recognitions face (absen) dan kembali ke mobil menghampiri putraku kemudian pergi ke kantin untuk sarapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun