Samarinda, 11 Oktober 2025 —Di tengah semangat perubahan dan tantangan dunia pendidikan yang kian kompleks, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang Kecamatan Sungai Kunjang menggelar Konferensi Cabang (Konfercab) XXIII bertempat di Aula serbaguna SMP Negeri 50 Samarinda yang berada di jalan Lobang 3 Sungai Kunjang, Samarinda.
Kegiatan Konfercab XXIII PGRI pada hari ini, 11 Oktober 2025, turut dihadiri oleh Kepala Sekolah SD dan SMP se-Kecamatan Sungai Kunjang, perwakilan guru, pengurus PGRI tingkat kecamatan dan kota Samarinda, serta perwakilan dari kelurahan, kecamatan, aparat Bhabinkamtibnas dan Babinsa, dan tokoh pendidikan.
Konfercab XXIII dibuka secara langsung oleh Bapak Dr.H. Asli Nuryadin, S.Pd.,M.M., selaku Ketua PGRI Kota Samarinda sekaligus Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda.Â
Dalam kesempatan sambutan selaku Ketua PGRI Kota Samarinda, beliau menyampaikan bahwa kota Samarinda mengalami kekurangan guru sebanyak 1.200 orang. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah guru yang memasuki pensiun setiap tahun. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, pada tahun ini telah diangkat sebanyak 600 orang sebagai guru PPPK.
Demisioner Pengurus PGRI lama
Sebelum pelaksanaan Konfercab XXIII untuk menentukan calon ketua PGRI baru yang akan mengisi kepengurusan masa bakti 2025-2030, Ketua sebelumnya menyampaikan laporan pertanggungjawaban atas program dan kegiatan selama masa kepemimpinannya.
Ketua PGRI Cabang Kecamatan Sungai Kunjang, Drs. Burhan, M.M., menyampaikan bahwa sejumlah program kerja telah berhasil dilaksanakan selama masa kepengurusan, terutama dalam bidang olahraga yang menjadi fokus utama kegiatan organisasi.Â
Menurutnya, partisipasi aktif guru dalam berbagai ajang olahraga tingkat kota hingga provinsi menunjukkan semangat solidaritas dan kebersamaan yang terus tumbuh di kalangan anggota. Dan berbagai kegiatan lainnya yang telah dilaksanakan, seperti: pendampingan guru dalam kenaikan pangkat, berupa: pelatihan, workshop, dan bimbingan teknis (Bimtek).
Meski demikian, Burhan mengakui masih terdapat beberapa program yang belum terealisasi secara optimal, seperti pelatihan digital literasi dan penguatan advokasi profesi guru. "Kami akan menjadikan hal ini sebagai evaluasi dan perioritas dalam penyusunan program kerja ke depan," ujarnya di sela-sela Kongres XXIII PGRI yang di gelar di SMP Negeri 50 Samarinda.