"Eh, itu mobil perpustakaan datang!" Kata raka senang.
"Serius? Asik banget! Aku mau cari buku cerita detektif," ujar Nina.
"Aku pengin pinjam buku tentang luar angkasa. Ada nggak ya?" tanya Dimas.
"Semoga ada novel yang kemarin aku cari. Jangan sampai kehabisan," harap Sari.
"Pak, boleh baca buku tentang hewan?" tanya seorang anak laki-laki bernama Rafi, yang berdiri paling depan.
"Boleh, silahkan pilih. Ada tentang gajah, burung, bahkan paus biru," jawab Pak Mulyadi sambil membuka rak-rak kecil di mobilnya.
**
Begitulah suasana pagi hari Rabu, seusai jam istirahat di SD tempat penulis bertugas sekarang. Kedatangan mobil perpustakaan keliling menjadi momen yang sangat dinanti oleh siswa. Mereka berbondong-bondong berkumpul di depan mobil tersebut, antusias menyambut buku-buku yang dibawa sang pustakawan.
Menjadi seorang pustakawan keliling tentu sangat menyenangkan. Berurusan dengan buku berarti membagikan ilmu pengetahuan ke sekolah-sekolah. Bertemu dengan anak-anak di berbagai sekolah tidak menimbulkan rasa jenuh maupun bosan.
Saat Pak Mulyadi, meminta izin dengan penulis untuk mangkal di sekolah sesuai jadwal yang disusun kantor perpustakaan Kota Samarinda, ia bercerita:
"Dulu, saya pikir jadi pustakawan itu ya duduk di balik meja, menjaga buku, mencatat peminjaman. Tapi sejak jadi pustakawan keliling, pandangan saya berubah total." ujar Pak mulyadi sambil tersenyum hangat.Â
"Berarti Bapak sering berpindah tempat, ya? ke sekolah-sekolah?" tanyaku.
"Betul. Setiap minggu saya mengunjungi sekolah berbeda. Kadang SD di pinggiran kota, seperti sekolah Bapak. Saya membawa buku-buku dalam mobil perpustakaan. Anak-anak langsung berlarian begitu mobil saya datang." lanjutnya dengan nada penuh semangat.
"Wah, pasti menyenangkan melihat begitu antusias," sahutku, sambil membayangkan suasananya. Bapak pernah merasa lelah atau jenuh?" tanyaku lebih dalam.
Pak mulyadi menggeleng pelan: "tidak pernah bosan. Justru setiap kunjungan memberi energi baru. Saya bukan hanya membagikan buku, tapi juga mendengarkan cerita mereka, menjawab pertanyaan, kadang mendongeng. Buku jadi jembatan antara saya dan mereka."
"Kalau boleh tahu, apa momen paling berkesan selama jadi pustakawan keliling?" tanyaku lagi.
Pak Mulyadi, matanya terlihat berkaca-kaca:
"Suatu hari, seorang anak SD memberi saya surat kecil. Isinya: Terima kasih sudah datang. Saya jadi ingin jadi penulis.' Saya simpan surat itu sampai sekarang. Itu pengingat bahwa pekerjaan ini bukan sekadar membawa buku, tapi menyatakan mimpi."
"Luar biasa. Buku memang bisa mengubah hidup," ucapku sambil tersenyum.Â
"Betul, Pak. Buku bisa menggugah cita-cita seorang anak, ingin menjadi penulis. Dan tugas saya bukan sekadar membawa buku, tapi menjaga nyala semangat itu tetap hidup," tutup Pak Mulyadi dengan suara lembut.
**
Merawat budaya literasi secara konsisten bukan sekadar tugas, melainkan komitmen jangka panjang bagi para pegiat literasi untuk menjaga nyala pengetahuan, membentuk ruang-ruang dialog yang inklusif di tengah masyarakat.
Bagi para pegiat literasi, seperti pustakawan yang berkeliling menggunakan mobil ke sekolah-sekolah di daerah pinggiran, terutama yang berada di kampung-kampung jauh dari pusat perkotaan, menjaga semangat membaca adalah bentuk pengabdian yang tak ternilai.Â
Konsistensi adalah napas dari gerakan literasi itu sendiri—ia menjaga agar semangat membaca, menulis, dan berdialog tidak hanya menjadi tren sesaat, tetapi tumbuh sebagai kebiasaan yang mengakar dalam kehidupan masyarakat. Di tengah arus informasi yang cepat dan kadang membingungkan, budaya literasi menjadi jangkar yang menuntun kita untuk berpikir jernih, memilah makna, dan membangun empati.Â
Maka, setiap langkah kecil—membaca bersama anak-anak, membuka ruang diskusi, menghadirkan buku ke pelosok—adalah bagian dari upaya besar untuk menyalakan cahaya literasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Bagi siswa yang hidup jauh dari pusat kota, akses terhadap buku bisa menjadi satu-satunya cara mengenal dunia luar, membangun mimpi, dan memperluas wawasan.
Perpustakaan memberi ruang bagi anak-anak untuk:
- Membaca tanpa tekanan, dengan rasa ingin tahu yang alami.
- Menemukan minat dan bakat, lewat buku cerita, sains, atau sejarah.
- Belajar mandiri, di luar kelas yang terbatas.
- Membangun imajinasi dan empati, lewat kisah-kisah dari berbagai latar budaya.
**
Perpustakaan keliling di sekolah penulis telah terjadwal setiap hari rabu pagi, dimulai setelah istirahat pertama hingga istirahat kedua. Setelah itu, perpustakaan keliling akan pulang dan kembali lagi pada hari rabu berikutnya.
Di tengah serbuan media sosial dan teknologi digital seperti gim daring, menumbuhkan kecintaan siswa terhadap buku menjadi tantangan sendiri, karena godaan hiburan instan sering kali mereka enggan belajar dan malas membaca.
Di tengah godaan layar yang tak pernah padam, pustakawan dan guru tak tinggal diam. Mereka mulai merancang strategi yang tidak memusuhi teknologi, tetapi justru merangkulnya sebagai alat bantu literasi.Â
Solusi yang mengakar, dan cara mengatasi tantangan literasi di era digital adalah:
- Integrasi literasi dengan media digital: Membuat konten kreatif berbasis buku seperti video, meme, atau ulasan singkat.
- Ruang baca yang nyaman dan fleksibel: Guru dan pustakawan menciptakan sudut baca di kelas atau taman sekolah, agar siswa bisa membaca tanpa tekanan.
- Program "Buku Pilihan Mingguan": Siswa memilih satu buku yang mereka sukai, lalu berbagi cerita di depan kelas atau lewat rekaman suara.
- Kolaborasi dengan orang tua: Mengajak orang tua untuk ikut membaca bersama anak di rumah, walau hanya 10 menit sehari.Â
Membuat siswa mencintai buku di era digital bukan perkara mudah, tapi bukan pula mustahil. Dengan pendekatan yang kreatif, empatik, dan adaptif, pustakawan dan guru bisa menjadi penjaga nyala literasi—menyulap buku menjadi sahabat, bukan beban.Â
Dan membangun ekosistem literasi yang hidup, meskipun di tengah gempuran media sosial dan gim daring. Karena di balik setiap halaman, ada dunia yang menunggu untuk dijelajahi, dan tugas kita adalah membuka pintunya. (*)
Samarinda, 13 September 2025
Riduannor
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI