Bagi siswa yang hidup jauh dari pusat kota, akses terhadap buku bisa menjadi satu-satunya cara mengenal dunia luar, membangun mimpi, dan memperluas wawasan.
Perpustakaan memberi ruang bagi anak-anak untuk:
- Membaca tanpa tekanan, dengan rasa ingin tahu yang alami.
- Menemukan minat dan bakat, lewat buku cerita, sains, atau sejarah.
- Belajar mandiri, di luar kelas yang terbatas.
- Membangun imajinasi dan empati, lewat kisah-kisah dari berbagai latar budaya.
**
Perpustakaan keliling di sekolah penulis telah terjadwal setiap hari rabu pagi, dimulai setelah istirahat pertama hingga istirahat kedua. Setelah itu, perpustakaan keliling akan pulang dan kembali lagi pada hari rabu berikutnya.
Di tengah serbuan media sosial dan teknologi digital seperti gim daring, menumbuhkan kecintaan siswa terhadap buku menjadi tantangan sendiri, karena godaan hiburan instan sering kali mereka enggan belajar dan malas membaca.
Di tengah godaan layar yang tak pernah padam, pustakawan dan guru tak tinggal diam. Mereka mulai merancang strategi yang tidak memusuhi teknologi, tetapi justru merangkulnya sebagai alat bantu literasi.Â
Solusi yang mengakar, dan cara mengatasi tantangan literasi di era digital adalah:
- Integrasi literasi dengan media digital: Membuat konten kreatif berbasis buku seperti video, meme, atau ulasan singkat.
- Ruang baca yang nyaman dan fleksibel: Guru dan pustakawan menciptakan sudut baca di kelas atau taman sekolah, agar siswa bisa membaca tanpa tekanan.
- Program "Buku Pilihan Mingguan": Siswa memilih satu buku yang mereka sukai, lalu berbagi cerita di depan kelas atau lewat rekaman suara.
- Kolaborasi dengan orang tua: Mengajak orang tua untuk ikut membaca bersama anak di rumah, walau hanya 10 menit sehari.Â
Membuat siswa mencintai buku di era digital bukan perkara mudah, tapi bukan pula mustahil. Dengan pendekatan yang kreatif, empatik, dan adaptif, pustakawan dan guru bisa menjadi penjaga nyala literasi—menyulap buku menjadi sahabat, bukan beban.Â
Dan membangun ekosistem literasi yang hidup, meskipun di tengah gempuran media sosial dan gim daring. Karena di balik setiap halaman, ada dunia yang menunggu untuk dijelajahi, dan tugas kita adalah membuka pintunya. (*)
Samarinda, 13 September 2025
Riduannor