Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rupiah Tertekan, Trump Bernyanyi: Saatnya Indonesia Bersiap di Tengah Ancaman Baru Perdagangan Global

7 April 2025   12:19 Diperbarui: 8 April 2025   02:02 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang warga kaget melihat pelemahan Rupiah terhadap dolar melalui televisi diolah menggunakan AI (Dokpri)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali menjadi sorotan utama setelah mengalami pelemahan yang cukup tajam dalam beberapa hari terakhir. Kurs yang sempat stabil di kisaran Rp15.500.

Berdasarkan data terbaru, Kurs USD/IDR kini mulai menembus level Rp16.897,50 hingga 17.223,50, dikutip dari pantauan secara real-time Blomberg, yang menampilkan pergerakan nilai tukar USD ke IDR.

Situasi ini menimbulkan berbagai pertanyaan: apakah ini pertanda guncangan ekonomi yang lebih besar, ataukah hanya dampak sementara dari dinamika global? Apakah pemerintah dan Bank Indonesia cukup sigap menangani situasi ini? Dan yang paling penting: apa dampaknya bagi masyarakat luas?

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi rupiah adalah penguatan dolar AS secara global. The Fed (Bank Sentral AS) yang masih mempertahankan sukubunga tinggi untuk menekan inflasi membuat investor global cenderung menarik dana dari negara berkembang dan mengalihkannya ke aset-aset yang lebih aman seperti dolar dan obligasi AS.

Kondisi ini menciptakan tekanan besar terhadap mata uang negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. Selain itu, ketidakpastian geopolitik - seperti konflik di Timur Tengah dan ketegangan di Laut China Selatan - juga menambah tekanan terhadap pasar keuangan global.

Investor cenderung bersikap "risk-off", menghindari resiko dan mencari perlindungan di mata uang yang dianggap lebih stabil. Menariknya, tekanan terhadap rupiah tidak hanya berasal dari dinamika pasar uang dan kebijakan moneter global.

Belum lama ini, pada 2 April 2025, Presiden Donald Trump, kembali membuat pernyataan biaya tarif masuk barang impor yang berbeda-beda di setiap negara asing. 

Kebijakan ini mencakup tarif dasar sebesar 10 persen untuk hampir semua barang inpor dan tarif tambahan yang lebih tinggi untuk negara-negara tertentu yang dianggap memiliki praktik perdagangan tidak adil atau surplus perdagangan besar dengan AS.

***

Rincian Tarif Impor Berdasarkan Negara Versi Donal Trump

Pemberlakuan tarif dasar 10 persen, diterapkan pada hampir semua barang impor dari berbagai negara yang masuk ke AS, termasuk yang berasal dari Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun