Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Refleksi Menulis Fiksi selama Seminggu di Kompasiana

24 April 2024   06:27 Diperbarui: 24 April 2024   06:34 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedang menulis cerita fiksi (templateroad.com)

Menulis Fiksi, merupakan proses menciptakan cerita dari imajinasi pengarang. Dalam menulis fiksi selama di Kompasiana,  saya lakukan beberapa kali. Dan saya akui, tidak mudah. 

Seminggu ini, saya merutinkan menulis fiksi, Baik berupa cerita pendek (cerpen) dan cerita bersambung (cerbung). Pemilihan diksi, merupakan hal yang tersulit dalam menulis sebuah cerita fiksi.

Selain penulisan cerita fiksi mempunyai tingkat kesulitan tersendiri. Dari sisi katagori di Kompasiana, juga kurang di minati. Diluar Puisi ya. "Mengapa demikian?." Baiklah, saya akan mengulasnya. Menulis fiksi selama seminggu berdasarkan pengalaman sendiri.

Satu lagi, para cerpen di Kompasiana tidak mengetahui bahwa saya sedang belajar menulis cerpen atau cerbung. Ada saja, satu atau dua Kompasianer yang japri melalui chat wa, membetulkan kesalahan saya dalam penulisan kata, kalimat, kata penghubung, dan penempatan tanda baca yang benar.

Begitu ribetnya menulis cerpen, tidak bisa dibandingkan dengan menulis Artikel, opini dan berbagai katagori di luar fiksiana yang ada di kompasiana.

Dengan menulis cerita pendek dan cerita bersambung membuat saya mendapatkan pembelajaran meningkatkan pemahaman menulis fiksi dengan baik.

Menulis di Kompasiana, apalagi dalam bentuk fiksi, seperti cerpen dan cerbung, penulis sekaligus menjadi  editing dan proofreading. Apa itu editing dan proofreading?. Editing merupakan cara memperbaiki kesalahan plot dan karakter. Sedangkan proofreading adalah memperbaiki kesalahan tata bahasa dan ejaan sesuai EYD.


Karena masih belajar, saat seorang pendiri komunitas penulis cerpen, memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk di nilai cerpennya melalui komentar, saya tidak ikut list nama.

Bagi saya prinsipnya, menulis sebuah cerpen, sama dengan pengalaman lainnya, perlu proses sampai bisa dan memahami langkah penting membuat cerita fiksi.

Setidaknya ada beberapa langkah penting yang harus dipahami oleh seorang penulis cerpen, yaitu : pemilihan ide, pengembangan karakter, struktur cerita, setting, plot dan subplot, dialog, revisi, feedback, editing dan proofreading. Dan langkah terakhir adalah publikasi.

Sebagai penulis cerpen yang masih bayi. Komentar dan masukan sesama kompasianer, apalagi yang sudah terbiasa menulis cerpen dan sudah menjadi cerpenis, sangat saya perlukan untuk perbaikan membuat cerpen yang berkualitas, bermutu dan bernilai sastra.

***

Saya pernah mengikuti sebuah kursus menulis, membaca buku tentang menulis, terutama yang berkenaan menulis fiksi. Apa yang terjadi?. Banyak ide, yang ingin saya tuangkan dalam sebuah tulisan. Tapi, tidak pernah jadi sebuah cerpen, karena menjadi overthinking. 

Apa itu overthinking?. Overthinking adalah kecenderungan untuk memikirkan sesuatu secara berlebihan dan berulang-ulang. Sehingga membuat terjebak dalam pikiran yang sulit dihentikan, dan bisa berdampak mengganggu mental dan emosional seseorang.

Kadang, saya menulis dengan baik, mencoba memenuhi kaidah penulisan sesuai EYD. Ternyata, disisi lain dalam pemilihan kalimat metafora ataupun majasnya yang salah. karena di dalam menulis cerpen, banyak unsur yang harus diperhatikan untuk mendapatkan sebuah cerpen berkualitas dan bernilai sastra.

Refleksi utama, saat saya menulis cerita fiksi adalah memahami kata demi kata, kalimat demi kalimat yang saya rangkai menjadi sebuah paragraf yang memunculkan sebuah ide pikiran.

Menulis cerpen tidak bisa asal menulis, apalagi clikbait. Antara judul dan isi tidak nyambung. Ibarat kaleng biskuit, yang harusnya diisi dengan biskuit juga, tapi malah diisi dengan rengginang. 

Menulis artikel di Kompasiana dengan menggunakan judul yang menjebak, bisa meledak dengan pembaca yang bisa sampai ratusan ribu. Namun, di katagori fiksiana, mendapatkan pembaca ratusan di kompasiana sangat sulit. Walaupun tulisan fiksi tersebut, dinaikkan oleh Admin-K, menjadi Artikel Utama (AU).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun