Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Telah Jatuh Cinta Denganmu (Kompasiana)

24 Oktober 2022   05:29 Diperbarui: 26 Oktober 2022   11:34 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14th Kompasiana | twibbonize bersama Ari Kusuma Wardani (Dokpri via twibbonize Kompasiana)

Tak kenal maka tak sayang, itulah yang terjadi. Kalau kenal sih sudah lama, sejak tanggal 29 Januari 2011. Tapi mulai jatuh cinta denganmu (Kompasiana). Di tulisan ini, Aku ingin berbagi Kisah manis ngeblog di Kompasiana, buat Sahabat Kompasianer yang Budiman di 14th Kompasiana dan KompasianerPride.

Kisah manisnya, sih rasanya nano-nano. Ada senang dan lucu, sedih dan kecewa juga mewarnai perjalanan keaktifanku di Kompasiana selama 6 bulan.

Dan dari keaktifan ini pula yang membawa perjalanan menulisku, bertemu dengan sesama Kners sebutan Kompasianer yang ada di Kota Samarinda, Balikpapan, dan Penajam Pasir Utara (PPU).

Dan yang luar biasa adalah bisa bertemu langsung dengan Sang Maestro Kompasiana, yang selalu menyapa setiap pagi lewat komentar di artikel yaitu Ayahanda Tjiptadinata dan Bunda roselina. 

***


Sebuah keajaiban!. Banyak Kompasianer yang sudah aktif menulis satu dasawarsa, tapi tidak pernah bertemu dengan Sang Maestronya Kompasiana. 

Dari beliau berdua, dan teman-teman sesama Kompasianer saya bisa menggali berbagai pengalaman, cerita, selama mereka aktif di Kompasiana puluhan tahun di rumah besar para penulis.

Poto saat Kopdar bersama Maestro Kompasiana di Kota Samarinda (Dokpri)
Poto saat Kopdar bersama Maestro Kompasiana di Kota Samarinda (Dokpri)

Istilah "Kopdar" yaitu Kopi darat, terjadi pada tanggal 21 Agustus 2022 di rumah makan Talago 1, di Jalan Antasari Kota Samarinda. Niat kuat untuk bertemu, walaupun jarak yang jauh tidak menghalangi Ayahanda Tjiptadinata bersama Bunda Roselina dari Australia, sampai di Kota Tepian.

Bang Ali, Kompasianer PPU membacakan sebuah Puisi diacara Kopdar Kota Samarinda (Dokpri)
Bang Ali, Kompasianer PPU membacakan sebuah Puisi diacara Kopdar Kota Samarinda (Dokpri)

Begitu pula mas Sigit bersama isteri dari Kota Minyak, Balikpapan. Dan Bang Ali, yang nun jauh Di IKN Penajam Pasir Utara (PPU), menambah meriah acara pertemuan dengan membacakan puisi, dari Buku Antologi Puisi  dari buah tangan di Kompasiana.

***

Ibarat Kuliah, pertemuan dengan Maestro ayahanda Tjiiptadinata dan juga rekan Kners lainnya. Serta mas Sigit yang tulisannya selalu AU atau HL, bagai mendapatkan kuliah umum 2 SKS. 

Keduanya bercerita pahit manisnya menulis di Kompasiana. Pahitnya di buang dan dijadikan pelajaran untuk menulis yang lebih baik lagi. Dan manisnya, menjadi motivasi saya bisa memperoleh centang biru.

Dari mas Sigit bercerita, untuk memperoleh centang biru memerlukan waktu selama 6 tahun. Lama juga ya?. Ketika saya mendapatkan centang biru, dalam waktu 6 bulan begitu surprise. 

***

Pengalaman manis saya di kompasiana, dari bulan pertama aktif sampai dengan bulan keenam, juga penuh warna. Lama mati suri tidak menulis, bahkan menengok pun tidak pada akun Kompasiana yang kumiliki. 

Akun Kompasianaku, tak seperti dulu lagi?

Dan saat membuka kembali, kok ada ikon anak kecil dengan jambul diatas, dengan sebutan "debutan". Kok dulu gak ada kaya sekarang ya?. Aku jadi penasaran, coba membuka-buka akun kompasiana lainnya, ada yang ikonnya anak kecil, matanya melotot dan jambulnya tidak berdiri lagi disebut "Junior".

Ada lagi akunnya teteh Fatmi sunarya, yang sering mampir ditulisanku memberikan penilaian. Dan berbuah point, wihh..aku senang sekali. Dan kulihat ikonnya anak kecil dengan jambul yang tertiup angin, dan teropong jarak jauh. Levelnya "Penjelajah " waktu itu sekarang teteh Fatmi sunarya, sudah naik kelas jadi Fanatik.

Serasa banyak teman di kompasiana. Akun kompasianaku tidak seperti dulu lagi, sekarang ada ikon, poin, penilaian sesama kompasianer dibawah artikel, dan juga komentar sesama kompasianer yang sangat menyenangkan, memberi motivasi, dan penuh semangat.  

Melihat akunnya teteh Fatmi, terasa kagum, kereen pokoknya. Tapi setelah aku berkeliling dari akun ke akun, ternyata ada lagi yang lebih tinggi di atas fanatik, senior, dan pemuncak yaitu "Maestro."

***

Mulailah bibit cinta bersemi. Aku mulai sering menulis di Kompasiana. Kok ada centang warna hijau dan biru?. Apa bedanya?. Rasa penasaran muncul lagi. Satu persatu kulihat Kompasianer yang bercentang biru. Apa kelebihannya?. 

Yang membuatku kagum, tulisan dengan akun centang biru langsung diberi label "Pilihan". Berbeda dengan yang centang hijau, harus menunggu satu atau dua jam. Pernah tulisanku baru mendapat label "Pilihan" setelah besok pagi.

Ada dua akun yang kuplototi pagi, siang, sore dan malam. Untuk menjaga perasaan dan privasi yang punya akun tak saya sebutkan namanya. 

Tiba-tiba akun yang kupantau tersebut, centang birunya berubah menjadi hijau. Aku terkaget-kaget, kok bisa?. Ada apa ya?. Bahkan ada akun yang dari centang biru berubah menjadi hijau, dan tidak lama di blokir.

***

Setelah pulang dari Kegiatan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 selama seharian penuh. Aku langsung menuliskan Kisah manis selama ngeblog di Kompasiana. Kompasiana yang menjadi rumah besar bagi penulis, sekarang berumur 14 tahun.

Inilah kisah manisku selama menulis dan ngeblog di Kompasiana yang berwarna selama 6 bulan.

Senang dan Lucu

Saat mulai aktif menulis di bulan pertama, Aku menghadirkan tulisan melalui liputan langsung, dan datang ketempat yang ingin di tulis layaknya seorang reportase. Ambil poto, jepret sana-jepret sini. 

Tapi terpikir juga, apa harus langsung turun kelapangan?. Tempat yang tulisannya langsung kukunjungi adalah perpustakaan. Dan kedua, adalah sebuah museum kota, dan juga pusat perbelanjaan lainnya yang ada di Samarinda.

Ketika di muat di Kompasiana, dan mendapatkan label "Pilihan", rasa lelah setelah liputan dibayarkan dengan rasa senang memperoleh label tersebut.

Dan rasa senang yang berbunga-bunga, ketika pertama Artikel yang kutulis mendapatkan label "Artikel Utama" alias AU. Dengan tulisan AU yang pertama tanggal 12 Mei 2022, berjudul "Paylater, Gaya kekinian yang membuat lapar mata untuk terus belanja".

***

Kelucuan juga terjadi, karena baru aktif dan kurang memahami aturan Admin K. Saat melihat gambar artikelku dirubah, aku bertanya"Kok gambarnya diganti?, Siapa yang mengganti?. Kok iseng banget sih?."

Kukembalikan lagi gambarnya, karena gambar yang kupilih sudah paling bagus menurutku. Diganti lagi sama admin K, kuganti lagi. Puncaknya aku mendapatkan notifikasi, kalau gambar yang di ganti Admin jangan dirubah. Karena admin K berhak mengganti gambar artikel.

Jadi setelah itu kubiarkan sesuai aturan admin. Dan tidak begitu lama menjadi "AU". Jadi bila ingat itu lucu sendiri. Dasar bandel, tidak tahu aturan kata Bu Ayra amirah, sahabat Kners dari Kota Samarinda.

Sedih dan Kecewa

Karena kurangnya pemahaman, dan tidak membaca "FAQ KOMPASIANA", satu kali gambar artikel ditulis dihapus admin K,  karena tidak mencantum dari mana asal muasal gambar artikel tersebut.

Pernah juga menulis sebuah artikel, dan langsung di hapus admin K, karena melanggar aturan dan ketentuan yang berlaku di Kompasiana. Ada unsur plagiarisme, copy paste, mengutip tulisan orang lain tidak mencantumkan nama penulis, atau pembuat buku yang dikutip.

Dari gambar dan artikel di hapus, sempat membuat sedih dan kecewa. Kok sampai segitunya sih?. Dasar namanya baru belajar. Yang namanya aturan ya aturan. Kata seorang teman kompasianer, udah numpang nulis di rumah orang kok rewel banget. 

Saat saya buat artikel untuk curcol (curhat colongan), istilah gaul anak sekarang. Ternyata banyak juga yang mengalami. Bahkan lebih dari satu, semua komentar memberikan motivasi dan semangat. 

14 th Kompasiana dan Harapan

Di akhir tulisan ini saya ingin mengucapkan "Selamat Ultah ke-14, rumah besar para penulis." Semoga di usianya yang lebih satu dasawarsa, Kompasiana tetap mendapatkan nomor satu di hati para Kompasianer. 

Terutama saya sendiri, dalam 6 bulan sudah dibuat jatuh cinta denganmu (Kompasiana). Kok baru 6 bulan, kan dari 2011 sudah gabung di Kompasiana. Gabungnya dari 29 Januari 2011. Usia akunku sudah 11 tahun 9 bulan. Udah lewat satu Dasawarsa.

Sebelum 6 bulan aktif menulis. Akun ini mati suri, seperti putri salju yang tertidur panjang. Sampai waktunya, datang seorang Pangeran yang membuatnya terbangun dari tidur panjang.

Warna-warni di Kompasiana, dirimu telah membuatku jatuh cinta denganmu (Kompasiana). Banyak teman dan Sahabat, walaupun belum pernah bertemu, hanya lewat tulisan. Tapi serasa bertemu langsung di dunia nyata.

Terimakasih Kompasiana, telah menjadi rumah besar bagi para penulis pemula. Dan bisa menggali pengetahuan, motivasi dan semangat dari para penulis senior di Kompasiana. 

Bisa belajar menulis artikel, cerpen, dan puisi yang baik. Dengan cara membaca, mempelajari tulisan teman dan Sahabat penulis di Kompasiana yang tulisannya menjadi pilihan dan artikel utama (AU).

Keterbatasan dan jauhnya tempat tinggal dari Jakarta, sehingga keinginan saya bisa berkumpul dan bertemu dengan sesama penulis Kompasiana dan bertemu Admin K yang luar biasa saat ada event besar yang di adakan, hanya dipendam di hati dulu. Sedih pakai banget, pokoknya (*)

Salam kompasianer
Ditulis spesial buat Kompasiana
#14 th Kompasiana, dan KompasianerPride.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun