Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Banyak Siswa Sakit?

3 Agustus 2022   10:12 Diperbarui: 10 Agustus 2022   14:36 1529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar pexels.com

Samarinda, Kalimantan Timur | Ada yang berbeda, sampai dengan di akhir bulan Juli 2022. Di beberapa kelas, banyak siswa yang mengalami sakit. Khusus, di Kelas tempat penulis mengajar, siswa yang tidak hadir karena sakit, secara klasikal mencapai 34 (2%), Izin 0 (0%), dan tanpa keterangan 2 (0,11%), dari jumlah keseluruhan siswa di dalam kelas

Jumlah siswa yang sakit perbulannya, naik secara signifikan. Beberapa keluhan yang dialami siswa, diantaranya sakit kepala, batuk pilek, badan panas dan demam, mual dan muntah. 

Beberapa siswa, meminta izin sakit sampai 1-6 hari, sampai dengan sembuh. Hal tersebut membuat, grafik jumlah sakit, menjadi naik mencapai 2% secara klasikal. 

Di awal tahun ajaran baru, 2022-2023, sudah menjalankan Pembelajaran tatap muka (PTM) secara 100%, dan siswa belajar normal seperti biasa lagi. Kembalinya, siswa belajar seperti biasa, di dasarkan Surat Edaran (SE), Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, nomor : 421.2/5143/100.01/2022, melaksanakan pembelajaran tatap muka 100% (secara luring/luar jaringan) di setiap satuan pendidikan dari PAUD/TK, SD dan SMP. 

Diikuti dengan aturan lainnya, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, dan melaporkan hal-hal yang berindikasi terjadinya penyebaran covid-19.

Dipenghujung bulan Juli, di kota Samarinda, semua kecamatan mengalami zona kuning, untuk peningkatan kasus covid-19. Sempat melandai, dan berada di zona hijau. 

Banyaknya siswa sakit, juga terkait dengan perubahan pola belajar siswa, yang sebelumnya secara daring (online), kemudian tatap muka terbatas, dengan rasio siswa 50%, yang dibagi 2 sesi. Dan tiap sesi, pembelajaran dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (JP), tanpa jeda istirahat. Selanjutnya, digantikan siswa, yang masuk sesi 2.

Sekarang, siswa belajar full time, sesuai jadwal pelajaran normal dikelas. Di sekolah penulis, dibagi menjadi 2 shift, yaitu pagi dan siang. Untuk shift pagi dimulai jam 07.15-12.05 wita, dan shift siang, dimulai jam 13.00-17.30 Wita.

Sehingga, faktor kelelahan, dan penyesuaian jam belajar di sekolah, yang penuh tanpa dibagi sesi. Membuat siswa yang kondisi fisiknya kurang fit, menjadi sakit.

Pembelajaran tatap muka (PTM), memang sangat dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan siswa akibat pandemi covid-19 dalam dua tahun terakhir. Namun, kesehatan siswa tetap menjadi prioritas. Sehingga siswa yang sakit, tidak dipaksakan turun kesekolah, dan mengikuti pelajaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun