Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Trilogi | Lorong Waktu Masa Kecil

26 Juli 2022   23:43 Diperbarui: 27 Juli 2022   07:55 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain  | Sumber poto: Hendry Kurniawan

Kalau tidak, nonton video, di rumah julak Mail, yang setiap malam memutar film bioskop. Biasanya, flm Roma Irama, Arafik, bisa juga flm benyamin, sampai dono kasino Indro. 

Masuk, kedalam rumah julak Mail, yang disulap layaknya bioskop, harus membeli karcis nonton Rp.500,-. Aku, dengan beberapa teman, supaya bisa masuk nonton video, mencari potongan-potongan karcis. Yang dibuang oleh penarik karcis, di sebuah kotak di samping pintu. 

Potongan karcis itu kupungut, dan dibawa pulang. Dan dirumah, kucari potongannya yang pas, kemudian di sambung, menggunakan lem nasi. Setelah itu diberi titik-titik kecil ditengah karcis, dengan menggunakan jarum. 

***

"Sudah cepat pakai baju seragam sekolah, setelah itu sarapan, nanti terlambat lagi kesekolah. Sekolahan jauh dari rumah," Kata mamaku, sambil beliau menyiapkan hidangan di meja bundar.

Sepotor telor dadar ayam, yang telah di bagi empat, membentuk potongan segitiga. Setiap potongnya, buat adikku tiga orang, dan sepotong kecilnya buatku. Dan sedikit sayur buah pepaya. 

Tidak ada kata rewel keluar dari mulutku, ketika di depan sepiring nasi, dan sepotong telor dadar. Aku, memang anak sulung, diantara lima bersaudara. Empat laki-laki, dan satu prempuan, yang meninggal ketika masih berumur lima bulan, terkena penyakit Kanker darah.

Anak sulung, memang terbiasa mengalah. Terbiasa prihatin. Berangkat kesekolahpun, tanpa diantar, jalan kaki, melalui jalan setapak yang masih dikiri-kanan, ditumbuhi rumput ilalang, dan pohon sengon.

Aku, sekolah dua kali dalam sehari. Pagi, sekolah di SD Negeri dan siangnya, turun lagi kesekolah Madrasah Ibtidaiyah. Aku senang, kalau sudah waktu sekolah yang turun siang, di madrasah. Karena bisa makan kokuleh, diwarung Guru Sia'i. 

Kokuleh, adalah makanan yang terbuat dari tepung, yang dikasih kuah santan, dari gula aren. Sangat enak, dinikmati di siang hari. Dan hanya ada di warung Guru Sia'i dijual. 

Guru Sia'i, adalah Kepala Sekolah di SD sebelah yang bertetangga dengan Madrasah tempatku sekolah siang. SD Negeri biasa turunnya pagi, sementara siang, Sekolah swasta, seperti Madrasah tempatku belajar siang. 

Biasa, Aku dengan teman-teman setelah sarapan Kokuleh di warung Guru Sia'i, kami memanjat pohon sengon, atau pohon manggis dibelakang sekolah sebelum jam masuk sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun