Mohon tunggu...
Mr Blessign
Mr Blessign Mohon Tunggu... Digital Marketing Enthusiastic

Saya bersemangat tentang dunia Digital Marketing yang terus berkembang! Membantu bisnis terhubung dengan audiens mereka secara online melalui strategi yang kreatif dan efektif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Akar Tradisi Sejarah Aqiqah

16 April 2025   15:47 Diperbarui: 16 April 2025   17:01 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelahiran seorang anak adalah momen penuh sukacita. Di banyak budaya, momen ini dirayakan dengan tradisi unik. Salah satunya adalah aqiqah, sebuah praktik yang kaya akan sejarah dan makna, terutama bagi umat Muslim. Aqiqah bukan sekadar perayaan, tetapi juga ungkapan syukur yang mendalam.

Artikel ini mengajak kita menyelami sejarah aqiqah, menggali tujuan mulianya, dan melihat bagaimana tradisi ini diwujudkan dalam beragam budaya di berbagai belahan dunia.

Menelusuri Jejak Sejarah Aqiqah

  • Aqiqah dalam Islam: Bagi umat Islam, aqiqah memiliki akar yang kuat dalam ajaran agama. Praktik ini merupakan bentuk syukur atas anugerah kelahiran, yang tercermin dalam Al-Qur'an dan Hadis. Ingatan akan kurban Nabi Ibrahim AS juga mewarnai tradisi ini. Aqiqah telah menjadi bagian dari kehidupan umat Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
  • Aqiqah Sebelum Islam: Jauh sebelum Islam datang, tradisi serupa sudah ada dalam masyarakat Arab pra-Islam. Suku-suku Jahiliyah merayakan kelahiran dengan cara mereka sendiri, yaitu menyembelih hewan sebagai persembahan kepada dewa-dewi yang mereka sembah. Ini menunjukkan bahwa tradisi merayakan kelahiran dengan penyembelihan hewan memiliki sejarah yang panjang di wilayah tersebut.

Makna Mendalam di Balik Aqiqah

Aqiqah bukan sekadar ritual, melainkan mengandung makna yang dalam:

  • Ungkapan Syukur: Inti dari aqiqah adalah menyampaikan rasa terima kasih kepada Allah SWT atas kelahiran bayi yang sehat. Penyembelihan hewan menjadi simbol rasa syukur atas karunia tersebut.
  • Pemberian Nama: Momen aqiqah seringkali menjadi waktu yang tepat untuk memberikan nama kepada sang buah hati. Nama yang dipilih biasanya memiliki makna yang baik dan diharapkan membawa keberkahan.
  • Solidaritas Sosial: Daging hasil aqiqah dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan mereka yang membutuhkan. Tindakan ini mempererat hubungan sosial dan menumbuhkan kepedulian terhadap sesama.

Aqiqah dalam Ragam Budaya

Aqiqah diwujudkan dalam berbagai bentuk, mencerminkan kekayaan budaya di dunia:

  • Tradisi Arab: Di negara-negara Arab, aqiqah menjadi perayaan yang meriah. Keluarga yang berbahagia akan mengadakan pesta dan menjamu para tamu dengan hidangan istimewa berbahan dasar daging aqiqah.
  • Warna Indonesia: Di Indonesia, aqiqah umumnya dilakukan dalam skala yang lebih sederhana. Keluarga terdekat dan tetangga diundang untuk berbagi kebahagiaan. Daging aqiqah diolah menjadi masakan khas Nusantara, seperti sate, gulai, atau opor yang lezat.
  • Jejak Global: Tradisi serupa juga ditemui di budaya lain di dunia. Misalnya, di Turki, penyembelihan kambing atau domba menjadi bagian penting dari aqiqah. Dagingnya diolah menjadi hidangan tradisional Turki dan dibagikan kepada orang-orang terdekat.

Aqiqah: Simpul Sejarah dan Syukur

Aqiqah adalah tradisi yang unik, menggabungkan unsur-unsur tradisi Arab pra-Islam dengan nilai-nilai yang dianut dalam agama Islam. Ini adalah cara umat Muslim mengungkapkan syukur atas kelahiran, memberikan nama yang indah, dan mempererat tali persaudaraan. Meskipun praktiknya berbeda-beda di setiap budaya, esensi dari aqiqah tetaplah sama: merayakan kehidupan dan berbagi kebahagiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun