Mohon tunggu...
Rizky Hadi Rachmanto
Rizky Hadi Rachmanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

blank

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pentingnya Edukasi Manajemen Keuangan Rumah Tangga dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

4 November 2014   01:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:46 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, suatu krisis keuangan terjadi disebabkan hilangnya kepercayaan antar setiap elemen yang ada dalam suatu sistem keuangan. Elemen-elemen tersebut antara lain adalah: sektor bisnis atau korporasi, rumah tangga, dan lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan non bank. Kepercayaan merupakan hal penting dalam sistem keuangan. Kehilangan kepercayaan antar elemen ini nantinya akan menghantarkan pada terjadinya suatu bank run, kondisi dimana masyarakat menarik dana secara serentak dari bank yang mengakibatkan bank mengalami risiko likuiditas (kecukupan kas). Oleh karena itu, kepercayaan ini perlu dijaga untuk menjaga stabilitas sistem keuangan yang ada di Indonesia.

Menjaga suatu kepercayaan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kepercayaan harus dipertahankan oleh setiap elemen yang ada. Apabila terdapat satu elemen yang melanggar, maka kepercayaan pun akan sirna. Menjaga kepercayaan oleh lembaga keuangan dapat dilakukan dengan cara mengatur dan mengawasi lembaga keuangan agar tetap pada batasan dan koridornya. Hal ini diperlukan agar pihak yang ingin berurusan dengan lembaga keuangan tidak perlu cemas apabila akan menjalin hubungan dengan lembaga keuangan. Hal yang sama juga dilakukan pada sektor korporasi. Pengawasan terhadap aksi-aksi korporasi perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Dimana hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal. Hal yang paling sulit adalah menjaga kepercayaan dari sektor rumah tangga. Hal ini disebabkan terdapat puluhan juta rumah tangga yang ada di Indonesia. Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia pastinya sangat sulit, bahkan mendekati tidak mungkin, untuk melakukan pengawasan dan pengaturan kepada puluhan juta rumah tangga di Indonesia. Walaupun lembaga keuangan, terutama bank yang merupakan lembaga keuangan paling dekat dengan rumah tangga, telah berhati-hati dalam memberikan penyaluran dana kepada rumah tangga, tetapi bank masih menanggung risiko gagal bayar (default) yang tinggi dari sektor rumah tangga ini. Hal ini disebabkan tidak adanya peraturan yang ada untuk mengatur pengelolaan keuangan di rumah tangga, seperti halnya di sektor korporasi untuk mengeluarkan laporan keuangan auditan.

Sektor rumah tangga perlu dijadikan perhatian bagi Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan yang ada di Indonesia. Dapat dibayangkanapa yang akan terjadi apabila bank memberikan kredit kepada rumah tangga dan terjadi gagal bayar oleh rumah tangga dalam jumlah yang besar. Krisis keuangan akan terjadi akibat hal tersebut. Bank Indonesia melakukan pengaturan agar bank tidak dengan mudahnya memberikan kredit. Selain itu, Bank Indonesia juga memerlukan pengaturan yang lain sebagai penyeimbang pengaturan terhadap bank. Pengaturan penyeimbang tersebut adalah pengaturan dari sektor rumah tangga. Dalam mengatur rumah tangga, Bank Indonesia mempunyai daftar hitam (blacklist) yang berisi nama pihak yang sering kali mengalami gagal bayar. Hal ini dilakukan untuk mencegah gagal bayar selanjutnya.

Daftar hitam Bank Indonesia memang mampu untuk mencegah terjadinya gagal bayar selanjutnya. Akan tetapi, daftar hitam tersebut tidaklah menyelesaikan masalah akarnya, yaitu HUTANG. Untuk mengatasi masalah HUTANG ini adalah dengan cara tidak berhutang atau dengan meminimalkan hutang. Tidak berhutang dan meminimalkan hutang dapat dilakukan apabila terdapat manajemen keuangan yang baik. Manajemen keuangan dalam rumah tangga diperlukan untuk mengatur hutang yang digunakan untuk konsumsi. Sedangkan, hutang yang digunakan untuk produksi dapatlah diatur dengan manajemen keuangan bisnis. Manajemen keuangan rumah tangga merupakan cara preventif atau pencegahan terjadinya krisis keuangan. Manajemen keuangan rumah tangga ini merupakan cara untuk menjaga kestabilan sistem keuangan yang dilihat dari sisi mikro atau kecil. Yang dapat dilakukan regulator moneter, Bank Indonesia, pada sektor mikro atau rumah tangga, adalah dengan cara memberikan edukasi mengenai manajemen keuangan rumah tangga yang baik. Hal ini diperlukan karena tidak semua masyarakat mampu memahami bagaimana mengatur keuangan rumah tangga yang baik. Dengan manajemen keuangan rumah tangga yang baik maka hutang untuk keperluan konsumsi akan semakin berkurang bahkan hingga dapat menghilang keberadaannya. Hutang untuk konsumsi ini perlu diminimalkan keberadaanya karena mempunyai risiko bawaan yang lebih besar dari pada hutang untuk keperluan produksi. Dengan menghilangnya hutang berisiko bawaan tinggi maka kestabilan sistem keuangan akan lebih mudah terjaga.

Edukasi manajemen keuangan rumah tangga bermanfaat bagi masyarakat untuk belajar mengatur pendapatan dan pengeluarannya. Manfaat yang dapat dipetik dari adanya edukasi manajemen keuangan rumah tangga ini adalah masyarakat akan dapat melakukan pengaturan terhadap keuangannya dengan lebih baik. Secara tidak langsung, hal ini akan mengurangi hutang untuk keperluan konsumtif yang terjadi di masyarakat. Berkurangnya hutang untuk keperluan konsumtif ini akan membantu terciptanya kestabilan dalam sistem keuangan di Indonesia. Edukasi manajemen keuangan akan memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan keuangan yang baik. Masyarakat juga akan memahami manakahyang merupakan kebutuhan (needs) dan manakah yang merupakan keinginan (wants). Pemahaman akan kedua konsep ini akan mendorong masyarakat untuk lebih cermat dalam melakukan konsumsi. Dimana hal ini bermanfaat untuk mencegah masyarakat yang terlalu konsumtif. Pencegahan ini diperlukan agar masyarakat dalam melakukan suatu konsumsi dapat fokus terhadap apa yang diperlukannya, bukan apa yang diinginkannya. Dengan demikian, hutang untuk konsumsi dapat diminimalkan dalam keseluruhan hutang yang dilakukan rumah tangga.

Edukasi manajemen keuangan rumah tangga ini akan efektif apabila diberikan kepada masyarakat yang baru saja menjalin sebuah hubungan rumah tangga. Dengan memberikan edukasi manajemen keuangan sejak awal berumah tangga maka manfaat edukasi ini akan lebih dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan adanya edukasi sejak awal pula maka pencegahan terjadinya hutang untuk keperluan konsumtif juga dapat diawali dengan lebih baik. Edukasi ini juga sebaiknya diberikan kepada masyarakat yang telah menjalin kehidupan rumah tangga. Hal ini dimaksudkan agar masyarkat yang telah terlanjur mengambil hutang untuk keperluan konsumtif dapat mengurangi atau menghentikan hutang konsumtif yang telah ada. Selain itu, edukasi ini juga tidak salah apabila diberikan kepada masyarakat yang tidak berumah tangga. Dimana juga bertujuan untuk mengurangi hutang yang bersifat konsumtif.

Edukasi manajemen keuangan rumah tangga ini pastinya akan mendapatkan hambatan dan tantangan ke depannya. Masyarakat yang sudah terlanjur konsumtif dan didorong oleh sistem ekonomi kapitalis yang ada menyebabkan masyarakat akan sangat sulit untuk mengurangi konsumsi yang berlebihan, dimana didominasi oleh konsumsi wants. Untuk mengatasi hambatan ini diperlukan keseriusan dalam memberikan edukasi. Edukasi yang diberikan secara terus menerus dan intensif pastinya dapat merubah pola perilaku masyarakat yang konsumtif. Pengenalan terhadap instrumen keuangan bebas risiko (tabungan, deposito, SBI, SPN, dan SUN) juga akan membantu masyarakat dalam mengatur keuangan rumah tangganya.

Untuk dapat menuai manfaat edukasi manajemen keuangan rumah tangga diperlukan adanya komitmen yang kuat dari Bank Indonesia sebagai regulator moneter. Bank Indonesia dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk memberikan edukasi manajemen keuangan rumah tangga kepada masyarakat. Dalam memberikan edukasi, Bank Indonesia dan pihak lain yang terkait sebaiknya berpedoman pada “SULIT BUKAN BERARTI TIDAK BISA”. Dengan demikian Bank Indonesia dan pihak lain dapat terus berkomitmen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dari sisi mikro ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun