"kreng!"
Suara keras deru jam weker membangunkanku, perlahan aku membuka kelopak mata, tak ada siapapun lagi di sini selain aku. Sudah menjadi kebiasaan kalau Mila bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan untuk kami, mengingat malam tadi kau mengatakan ingin bercerai dengannya sungguh sebuah kekeliruan, namun dalam sudut pandang penilaianku entah kenapa secantik apapun dan seperhatian apapun istriku tetap tidak bisa membuatku bahagia, sedangkan tujuan hidup seseorang tentu ingin bahagia hingga ajal menjemput.
Aku beranjak dari ranjang mengambil handuk yang tregantung di samping lemari pakaian, berjalan menyusuri beberapa ruangan menuju kamar mandi. Selepas mandi aku tidak langsung ke kamar melainkan menuju ruang makan untuk sarapan.Â
Di atas meja makan berukuran 2x1m yang terbuat dari kaca dengan taplak berwarna warni tertata rapi beberapa makanan yang sudah tersedia seperti telur dadar, capcay goreng, nasi putih yang masih panas, dan teko kaca yang berisi susu hangat.
Tampak Mila masih sibuk membereskan peralatan makan dan mengambil beberapa piring yang diletakkan di atas meja makan.
"Mil, aku minta maaf tentang malam tadi"
Tangan Mila terhenti dan menatapku sambil tersenyum
"Its OK, aku paham"
"Maksudnya paham apa" tanyaku dengan sedikit heran
"Iya aku paham dengan semua keluhan kamu dan aku pikir aku juga merasakan hal yang sama"
Kemudian Mila duduk berhadapan denganku disaksikan kepulan asap masakan yang beraroma sangat menggoda.