Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cairo Transit Dubai

17 Februari 2011   02:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:32 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_91230" align="alignnone" width="668" caption="Bersama Mukti Ali dan ketua asosiasi muslim Singapore di Dubai (foto : Bisyri)"][/caption] Catatan ini agak terlambat, namun gak masalah. Kata berbagi tidak ada kata terlambat, yang terpenting adalah tetap bisa berbagi yang tak terbatas ruang dan waktu. Kali ini izinkan saya 'nggremeneng' mulai dari perjalanan Cairo - Dubai. Tidak ada planning berarti dari perjalanan ini, semua saya jalani apa adanya, sembari dalam hati tetap berusaha berdzikir memanjatkan shalawat atas Nabi, bertepatan juga malam Selasa, yang bersamaan dengan malam Valentine, adalah satu hari sebelum maulid Nabi Muhammad Saw. Kami berangkat dari bandara internasional Cairo dijadwalkan jam 12:15, pesawat benar-benar diizinkan untuk takeoff sekitar jam 01:00 siang. Saya melihat sekeliling ketika hendak masuk ke pesawat dan tidak menemukan wajah Indonesia sama sekali. Hanya terlihat wajah-wajah asing yang sudah tidak asing; orang Mesir yang memonopoli. Bahkan banyak dari mereka yang membawa serta anak-anaknya, kali aja memang untuk liburan, Dubai memang indah, katanya. Cairo sudah tidak seramai sebelumnya untuk penerbangan. Bahkan, Emirat air yang biasanya dalam satu hari ada dua penerbangan, saat kondisi Cairo seperti sekarang ini hanya ada jam terbang satu kali dalam satu hari. Begitu juga Saudi Arabia air lines, jam terbang berikutnya tiap hari selalu ada yang dicancel. Ya, orang asing memang sudah banyak yang pulang seiring tidak sehatnya suasana di sana. Alhamdulillah, saya dapat tempt duduk 'near the window' sebagaimana pesanan tadi, walaupun ada hamper di belakang sendiri dekat dengan tempat duduknya miss Lavatory, tapi gak dekat-dekat amat, sehingga bisa lebih jelas melihat suasana kota di lihat dari angkasa. Penataan kota Cairo memang sangat rapi. Semua didesain sedemikian rupa, dibangun kota dulu baru mendatangkan orang. Ketika berangkat. Saya melihat sekeliling banyak sekali tempat duduk yang kosong, dari deretan tempat saya duduk yang kursinya keseluruhan ada 10 kursi, hanya terisi dua kursi saja, itu belum kursi-kursi lain yang juga kosong. Emang nekat nich Emirat. Dalam kondisi down pasar yang parah seperti ini di Mesir, mereka tetap bisa mempertahankan pasar dengan pelayanan yang maksimal. Ya, tidak sama dengan Egypt air yang kru-krunya banyak didalangi oleh orang Mesir sendiri, termasuk fly attendantnya, untuk Emirat hampir semuanya adalah orang asing, wajah asia. Kami tiba di Dubai sekitar jam 6 sore. Keluar dari pesawat dan melihat di jadwal penerbangan menuju Jakarta, saya agak kaget. Waduh! transitnya 11 jam, bukan waktu yang pendek. Semua penumpang banyak yang sudah get out dari bandara. Jadwal ke Jakartanya jam 04:45 pagi. Saya muter-muter mencari tempat yang pas untuk sekedar melemaskan otot. Gak tau di terminal berapa, saya gak baca. Saya memutuskan untuk shalat saja terlebih dahulu. Usai shalat ternyata udah sepi, hanya ada beberapa petugas saja yang berjaga. Tanpa bank tanya, saya langsung nyelonong ke tempt pemeriksaan passport. Di sana petugasnya nanny, "where is voucher for hotel, are you go alone ?". Walah!, saya bingeing lagi, sekalian deh saya nanya-nanya gimana agar saya yang penting gak nunggu 11 jam di bandara. Fikiran saya langsung mengambil keputusan cepat untuk bisa keluar dari bandara ini. Di pojok kanan ada loket "Arabian Adventure" untuk booking hotel kala transit. Saya langsung menuju ke sana. Ada dua orang cowok yang jaga. Saya sapa dan satunya memandangi saya, "you come from Egypt?!". "yeah", jawab saya. Seketika, sahabat satunya langsung menyapa saya dengan bahasa Mesir. Jadilah obrolan panjang dimulai dan lebih mengena karena saya suka bahasa Mesir. Teman arab satunya tetap menyapa dengan bahasa inggris. "Prace for economy just $ 172 for 24 hours", katanya menjelaskan, itu termasuk biaya antar jemput mobil dari dan ke bandara dan biaya imigrasi "okeh, no problem". Saya langsung bayar di tempt, pergi ke tempat penjualan voucher untuk dapat visa berkunjung dan melanjutkan ke scan mata. Usai mengurus segala urusan, saya langsung balik lagi ke pemeriksaan passport dan lolos bisa keluar dari bandara. Mendekati pintu keluar, ada beberapa polisi yang berjaga. Saya lihat tampangnya mereka bukan orang arab, wajah mereka adalah wajah India dan Iran. Saya nanya mana pintu keluarnya, dia malah balik nanya emangnya ente dari mana. "from Cairo". Dan lagi-lagi, pertanyaan-pertanyaan mulai diungkapkan oleh mereka, ya, sebagai bentuk rasa penasaran benarkan yang ditayangkan di tv-tv itu benar. "In this time, Cairo is not good. So, i'll go to Indonesia". Mereka tersenyum. Setelah menemui petugas di counter Arabian Adventure berikutnya dan ngobrol-ngobrol bentar tentang Egypt, seorang petugas anak muda mengajak saya ke mobilnya untuk mengantarkan ke hotel. Di dalam mobil kami ngobrol, dia orang Pakistan, sudah delapan tahun bekerja di Dubai, anak istrinya ada di Pakistan. Ah. Hotelnya lumayan jauh dari bandara. Namanya Highland City hotel. Saya dapat kamar di nomor 216 di lantai dua dengan double bed. Memasuki kamar fasilitas lengkap. Semua ada sampai wine juga udah disediakan di dalam kulkas. Dalam hati bergumam, "andaikan perjalanan ini ada seorang pendamping". hehe. Saya langsung tergerak untuk menkontak teman-teman yang ada di Dubai, terutama Mukti Ali yang selalu jadi sasaran para Kompasiner. Saya tidak memiliki nomornya dan langsung membuka internet untuk membuka Facebook untuk inbox. Sekitar 15 menit kemudian, ada telpon masuk dengan nomor arab, alhamdulillah langsung ada respon, "okeh saya meluncur sekarang ya", kata mang ali. Tidak berapa lama, kami bertemu di lobi hotel. Alhamdulillah, Allah mempertemukan saya dengan mang Ali yang selama ini hanya lewat dunia maya. Sebelumnya tidak ada planning sama sekali untuk bertemu. Semuanya memang sepertinya sudah direncanakan lewat takdir. Sasaran utama kami langsung menuju rumah makan Indonesia, "makan dulu yah", mang ali emang pinter instingnya. hehe. Kami mampir di Singapore restauran. Saya kurang faham nama kawasan itu, yang jelas, selama kami melewati jalan-jalan, saya berfikir, ini negara arab bukan sih, kok dari tadi gak ada orang arabnya. Yang terlihat adalah wajah-wajah yang didominasi oleh India. Mang ali sampai bilang, ini lebih tepat disebut Mumbai bukan Dubai. hahaha. Pendatang terbanyak di Dubai adalah berasal dari India dan tetangganya itu, kata mang ali gitu. Di restaurant kebetulan ada pemiliknya yang orang Singapore, beliau bernama bapak Ahmad Fuad yang juga memimpin sebagai asosiasi umat islam Singapore di Dubai, sambil menyantap sop buntut, kami ngobrol dengan beliau tentang kondisi Mesir terkini. Yah, inilah resikonya, setiap bertemu orang, siapapun dia, ketika dia berhasil menanyai saya "from egypt", langsung digempur dengan pertanyaan kondisi terkini, padahal saya bukan wartawan. hehe. Usai kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Burj Khalifa, gedung tertinggi sedunia. Tingginya katanya sekitar 800 meter. Bersebelahan dengan Dubai mall. Kami berhenti di Dubai Mall dan langsung menuju tangga di lantai 10. Kayaknya sampai sini dulu yah catatannya, ada urusan laen nich. hehe. Apalagi kalo bukan jalan-jalan shilaturahim. Bismillah. Selamat beraktivitas sahabat. [caption id="attachment_91263" align="alignnone" width="588" caption="di depan Burj Dubai...tinggi banget ampe males memfoto"]

12979102691346184074
12979102691346184074
[/caption] Untuk foto lengkapnya, silahkan klik di sini Salam Kompasiana Bisyri Ichwan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun