Semakin saya membacanya, kerinduan kepada Mesir semakin menjadi-jadi. Saya juga akhirnya meyakini, bisa jadi inilah jawaban yang dulu pernah menjadikan saya bertanya "Kenapa banyak kisah dalam al-qur'an saat berbicara sejarah, banyak terjadi di Mesir?". Saya mengungkap nol koma nol nol nol...sekian dari rahasia besar itu dalam catatan-catatan sederhana yang pernah saya tuliskan.
Dari catatan sederhana, lahirlah 3 buku. Itupun masih ada sekitar 150 artikel lain yang belum saya edit kembali dan belum dijadikan sebagai buku.Â
Mungkin nanti, saya akan mengeditnya kembali dan juga menjadikannya sebagai buku lanjutan dari 3 serial buku yang ada sekarang. Pada tulisan ini, saya hanya ingin sedikit mengungkap apa rahasia dari judul "926 Cairo" itu?. Perlu diketahui, angka 926 bagi saya saat di Mesir merupakan angka yang selalu menolong untuk sampai kepada kampus Al-Azhar.
926 adalah nama bus yang ada di Toubromly, yang menjadi kawasan flat apartemen tempat saya tinggal. Untuk pergi ke kampus Al-Azhar, saya selalu menggunakan bus 926 yang bermesin Mer-C. Dengan bus inilah, saya bisa berangkat kuliyah, bisa tau suasana sekitar kota Cairo. Berawal dari dalam bus ini, malamnya saat berada di flat Toubromly, saya menuliskan catatan perjalanan hampir setiap hari.
Pertama kali saya mencatatkan tentang perjalanan pertama saat berangkat ke Mesir. Hanya bermodal 40 dolar saat saya datang di Cairo dan dijemput oleh seorang teman di bandara.Â
Belum genap satu hari di Cairo, sorenya uang itu sudah habis. Saya memutar otak, bagaimana mampu bertahan di ganasnya ibu kota negara Mesir ini. Sebagaimana banyak anggapan bahwa, kejamnya ibu tiri tidaklah lebih kejam dari kejamnya ibu kota.
Dari sini, saya akhirnya tidak pilih-pilih pekerjaan untuk bertahan, mulai dari membantu laundry, jualan tempe, membantu membuat produksi tauge, hingga bekerja di pengiriman barang dari Mesir ke Indonesia, semua saya lakukan dan kisahnya saya tuliskan yang catatannya sudah menjadi buku "926 Cairo". Walaupun ada beberapa artikel yang belum saya cantumkan di sana untuk melengkapi kisah-kisah itu.
"Disetiap ada kesulitan, pasti ada kemudahan". Kalau kita melihat ayat al-qur'an yang menjalaskan tentang perkataan barusan, di sana diketahui bahwa satu kesulitan paling tidak akan lahir dua kemudahan.Â
Faktanya, dari kesulitan hidup yang saya alami ketika di Mesir, ada banyak sekali kemudahan yang saya rasakan. Seluruh kemudahan itu terwujud dari banyaknya kisah yang saya dapat dari catatan perjalanan yang tertulis dan bisa mengelilingi negara Mesir.
Jika biasanya, teman-teman di Mesir yang kuliyah di universitas Al-Azhar akan keliling berwisata di Mesir pada saat musim panas ketika liburan sekolah. Saya hampir tiap hari keliling Cairo.Â
Saya sering menemani Omar, sahabat saya orang Mesir untuk mengambil karton-karton barang yang akan dikirim ke Indonesia, saya juga sering berkeliling di kota-kota sekitar Cairo, ke restoran-restoran, mall, hingga supermarket yang ada di Mesir untuk mensuplay kebutuhan masyarakat di Mesir yang diimport oleh bos saya dari Thailand. Beberapa catatan perjalanan itu juga ada dalam artikel di buku "926 Cairo".