Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Salisiah Adaik, Menyingkap Kontradiksi Adat Perkawinan Dalam Budaya Minangkabau

2 Desember 2023   08:35 Diperbarui: 2 Desember 2023   08:37 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Salisiah Adaik. Foto : infosumbar.net

Berkat permintaan Muslim yang meminta agar nilai uang japuiknya diturunkan serta kesediaan keluarga kedua belah pihak yang sepakat memulai lagi rundingan, akhirnya tercapai jualah kata sepakat. Dan pernikahan antara Muslim dan Ros pun akhirnya bisa dilangsungkan.

Secara umum film Salisiah Adaik ini cukup menarik untuk diikuti. Apalagi tema yang diangkat cukup krusial, yakni tentang perbenturan adat. Jalinan ceritanya yang tak jauh dari kisah-kisah keseharian membuat film ini mudah untuk dicerna.

Selain itu, pemilihan serting cerita dengan menampilkan situasi ranah Minang zaman dahulu yang belum banyak tersentuh pengaruh dunia modern, serta penggunaan bahasa Minang dengan dialek khas Pariaman dan Payakumbuh sebagai bahasa pengantar memberi pengalaman tersendiri saat  menikmati film ini.

Satu hal yang menjadi catatan adalah bahwa penggalian materi terlihat kurang mendalam. Khususnya dalam penciptaan konflik. Terkesan biasa-biasa saja. Tak terlihat adanya intrik-intrik yang bisa mengaduk-aduk emosi penonton.

Padahal sejatinya ada  momen yang bisa digarap untuk menciptakan konflik yang lebih serius sebagai pengejawantahan dari  perdebatan " salisiah adaik " sesuai tema film ini.

Ya, dalam prosesi pinang meminang antara keluarga Muslim dengan keluarga Ros diatas sebenarnya bisa dibuat suasana yang lebih dramatis dimana kedua belah pihak dibuat untuk saling tarik ulur dan sedikit bersitegang dulu sebelum kemudian membuat kesepakatan.


Setidaknya, dengan sedikit sentuhan konflik yang lebih dramatis, akan memberi kesan tersendiri dan menjadi pengingat bagi orang-orang akan film ini.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya , kita patut memberi apresiasi untuk film bergenre drama ini. Kita juga perlu berterima kasih pada Ferdinand Almi sebagai sutradara film yang telah berusaha menampilkan salah satu sisi menarik dari budaya Minang yang mungkin saja tak banyak diketahui banyak orang. Sebuah tradisi yang walaupun menimbulkan kontradiksi, namun masih dipertahankan oleh orang-orang  Minang hingga saat ini.

(EL)

Yogyakarta, 02122023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun