Mohon tunggu...
el lazuardi
el lazuardi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Esensi Memaafkan di Hari Lebaran dan Kaidah yang Harus Dipenuhi

6 Mei 2022   05:55 Diperbarui: 6 Mei 2022   18:00 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bermaaf-maafan saat Hari Raya Idul Fitri. Sumber: Shutterstock/Odua Images via Kompas.com

Hari ini hari kelima Lebaran. Masih belum terlambat untuk bersilaturahmi dan mengucapkan Selamat Lebaran.

" Selamat Lebaran ya,mohon maaf lahir batin," demikian salam Lebaran yang biasa kita sampaikan tiap tahun sambil bersalaman.

Kalimat mohon maaf lahir batin selalu hadir menjadi kalimat favorit yang diucapkan semua orang dalam merayakan lebaran. Untaian kalimat yang mengandung anjuran untuk saling meminta maaf dan memberi maaf antar sesama sebagai penyempurna ibadah puasa kita selama Ramadan.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 bahwa tujuan ibadah puasa itu adalah membentuk pribadi yang bertakwa pada ALLAH. Dan salah satu ciri dari orang bertakwa adalah mudah memaafkan kesalahan orang lain. Keterangan tentang hal ini dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 133 dan 134.

Pada ayat 133 ALLAH memerintahkan kita untuk bersegera pada ampunan Tuhan. Dan ALLAH menyediakan surga bagi orang -orang yang bertakwa.

Mengenai ciri-ciri dari orang yang bertakwa itu diterangkan pada ayat berikutnya. Pada ayat 134 itu dijelaskan bahwa mereka adalah orang yang menginfakkan hartanya dan orang yang dengan mudah memberi maaf.

Menurut Prof.Quraish Shihab,seorang pakar tafsir Alquran,kata maaf berasal dari kata al afwu dalam bahasa Arab yang berarti menghapus. Menghapus semua jejak luka yang sempat tergores di hati.

 Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa esensi dari memaafkan itu adalah dengan menghapus semua jejak luka yang sempat timbul dihati akibat kesalahan orang lain Atau dengan kata lain, memaafkan itu adalah menihilkan atau menganggap tidak ada kesalahan orang lain terhadap kita.

Ada tiga kaidah yang perlu dipenuhi sebagai bentuk dari memaafkan seperti yang dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 134.

1. Menahan amarah.

Ketika seseorang berbuat salah pada kita,menyakiti perasaan kita, apa yang timbul di hati ? Rasa marah dan benci tentunya. Timbul dendam di hati untuk membalas perbuatan orang tersebut.

Ketika kita dipukul seseorang misalnya, muncul niat untuk memukul balik. Ketika kita dicaci maki, kita ingin balas mencaci maki. Atau seandainya seseorang telah menipu kita, maka kita juga berniat melakukan balasan setimpal. Dan banyak contoh lain.

Memang begitulah sifat manusia pada umumnya. Gampang emosi dan sakit hati. Suatu keadaan dimana manusia itu dikendalikan oleh nafsunya sendiri. Nafsu yang biasa disebut dengan nafsu ammarah bi al su'. 

Nafsu amarrah cenderung mengajak kepada perbuatan buruk. Karena hanya mengikuti ajakan syahwat dan mudah terperdaya dengan bisikan setan. Tanpa berpikir lebih jauh baik buruknya sesuatu.

Karena itu kita perlu membentengi diri agar nafsu amarrah ini tidak bisa masuk dengan leluasa ke dalam diri kita. Dan menahan amarah menjadi cara yang ampuh dalam menangkal kedatangannya.

Menahan amarah dapat diwujudkan dengan tidak melakukan pembalasan serupa atas kejahatan yang dilakukan orang lain. 

Misal, ketika kita difitnah, maka kita tidak perlu memfitnah balik. Ketika seseorang menjelek-jelekkan kita, kita tak mencari alasan untuk melakukan hal serupa. Kita hanya perlu lebih bersabar dan menahan diri untuk tidak berbuat keburukan.

Sikap seperti ini bukanlah sebuah kekeliruan. Nabi Muhammad saw sendiri telah mencontohkannya. Berkali-kali beliau dihina, difitnah, bahkan juga pernah menerima kekerasan fisik. Tapi tak sekalipun beliau membalas perbuatan jahat orang yang menyakiti dirinya itu. 

Yang dilakukan beliau justru sebaliknya, beliau segera memaafkan dan membalas kejahatan dengan kebaikan. Tak lupa sekalian mendoakan semoga orang yang menyakitinya segera mendapat hidayah. Sebuah sikap yang menunjukkan betapa keluhuran budi dan kebesaran jiwa beliau.

Tapi memang tak mudah untuk menahan amarah. Kita sering lupa dan terlanjur melampiaskan amarah. Karena itu kita perlu selalu minta pertolongan ALLAH agar menjadi hamba-Nya yang kuat mengendalikan amarah.

Ilustrasi bermaafan di hari Lebaran.Foto:(Amin Madani/republika.co.id)
Ilustrasi bermaafan di hari Lebaran.Foto:(Amin Madani/republika.co.id)

2. Memaafkan dan memperbaiki hubungan.

Setelah menahan amarah maka selanjutnya kita harus memaafkan. Seperti disebutkan diatas bahwa memaafkan adalah mengampuni dan menghapus jejak dari kesalahan orang lain.

Memaafkan berarti tidak mengingat-ingat lagi atau tidak mengungkit-ungkit kesalahan seseorang. Anggap saja semua yang telah terjadi itu tidak pernah ada.

Tapi bagaimana jika kenangan ketika disakiti itu tetap muncul dan rasa sakit hati masih tersisa ? Hal ini merupakan tantangan terberat dari memaafkan.

Kita bisa menyikapinya dengan segera mengalihkan perhatian, membuang jauh-jauh pikiran seperti itu dan meneguhkan niat untuk benar-benar bisa memaafkan seseorang. Bila niat dihati sudah kuat maka pikiran akan mudah mengikutinya. 

Seiring dengan memaafkan, maka kita juga harus segera memperbaiki hubungan. Hubungan yang selama ini sempat renggang atau putus sama sekali diusahakan untuk disambung kembali.

Kita buka lembaran baru hubungan kita. Hubungan yang lebih sehat, lebih menghargai orang, dan bisa menjaga perasaan orang lain.

3. Berbuat baik.

Setelah bisa menahan amarah dan mengampuni seseorang, maka tahap memaafkan berikutnya adalah bersedia untuk berbuat baik kepada siapapun. Termasuk kepada seseorang yang pernah menyakiti.

Berbuat baik itu sebenarnya gampang. Ketika seseorang pernah berbuat baik pada kita. Maka kita akan dengan senang hati untuk berbuat baik pula padanya.

Tapi bila seseorang itu pernah menyakiti hati kita, apakah kita akan serta merta dengan mudah pula berbuat baik padanya ? Ops,tunggu dulu tidak semudah itu, demikian kita selalu berpikir.

Sikap seperti ini tidak sesuai dengan apa yang digariskan ALLAH. Penjelasannya ada pada surat An-Nur ayat 22. Dijelaskan bahwa seseorang yang dianugerahi kelebihan dan kelapangan untuk jangan sampai bersumpah untuk tidak mau memberi bantuan pada kerabat, orang miskin, dan orang yang berjuang di jalan ALLAH.

Dalam arti lain, ALLAH memerintahkan kita untuk berbuat baik pada siapapun, jangan pilih-pilih. Baik pada mereka yang pernah berbuat baik pada kita ataupun yang berbuat tidak baik.

 Niatkan dengan ikhlas bahwa kita berbuat baik untuk membantu meringankan beban orang lain. Tak ada tendensi lainnya. Buang pikiran-pikiran buruk yang mengganggu. InsyaALLAH niat baik ini akan mudah kita laksanakan.

Memaafkan adalah perbuatan mulia yang perlu kita amalkan. Dalam berbagai redaksi ayat dalam Alquran dan juga sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi, kita diperintahkan untuk dengan senang hati untuk memaafkan. 

Sebagai manusia kita tak luput dari kesalahan. Entah disadari maupun tidak. Karena itu saling meminta maaf dan memberi maaf adalah sebuah keharusan.

Memaafkan bukanlah sebuah kekalahan. Tapi menjadi penanda sebuah kemenangan dari jiwa-jiwa yang besar. Dan hari lebaran sebagai hari kemenangan adalah waktu yang tepat untuk merayakan kemenangan ini. 

Di masa Lebaran ini mari kita saling memaafkan dengan sebenar-benar memaafkan. Tidak hanya formalitas di bibir saja. Tapi memaafkan dengan hati dan segenap jiwa.

(EL)

Yogyakarta,06052022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun