Mohon tunggu...
el lazuardi
el lazuardi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Esensi Memaafkan di Hari Lebaran dan Kaidah yang Harus Dipenuhi

6 Mei 2022   05:55 Diperbarui: 6 Mei 2022   18:00 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bermaaf-maafan saat Hari Raya Idul Fitri. Sumber: Shutterstock/Odua Images via Kompas.com

Ketika seseorang berbuat salah pada kita,menyakiti perasaan kita, apa yang timbul di hati ? Rasa marah dan benci tentunya. Timbul dendam di hati untuk membalas perbuatan orang tersebut.

Ketika kita dipukul seseorang misalnya, muncul niat untuk memukul balik. Ketika kita dicaci maki, kita ingin balas mencaci maki. Atau seandainya seseorang telah menipu kita, maka kita juga berniat melakukan balasan setimpal. Dan banyak contoh lain.

Memang begitulah sifat manusia pada umumnya. Gampang emosi dan sakit hati. Suatu keadaan dimana manusia itu dikendalikan oleh nafsunya sendiri. Nafsu yang biasa disebut dengan nafsu ammarah bi al su'. 

Nafsu amarrah cenderung mengajak kepada perbuatan buruk. Karena hanya mengikuti ajakan syahwat dan mudah terperdaya dengan bisikan setan. Tanpa berpikir lebih jauh baik buruknya sesuatu.

Karena itu kita perlu membentengi diri agar nafsu amarrah ini tidak bisa masuk dengan leluasa ke dalam diri kita. Dan menahan amarah menjadi cara yang ampuh dalam menangkal kedatangannya.

Menahan amarah dapat diwujudkan dengan tidak melakukan pembalasan serupa atas kejahatan yang dilakukan orang lain. 

Misal, ketika kita difitnah, maka kita tidak perlu memfitnah balik. Ketika seseorang menjelek-jelekkan kita, kita tak mencari alasan untuk melakukan hal serupa. Kita hanya perlu lebih bersabar dan menahan diri untuk tidak berbuat keburukan.

Sikap seperti ini bukanlah sebuah kekeliruan. Nabi Muhammad saw sendiri telah mencontohkannya. Berkali-kali beliau dihina, difitnah, bahkan juga pernah menerima kekerasan fisik. Tapi tak sekalipun beliau membalas perbuatan jahat orang yang menyakiti dirinya itu. 

Yang dilakukan beliau justru sebaliknya, beliau segera memaafkan dan membalas kejahatan dengan kebaikan. Tak lupa sekalian mendoakan semoga orang yang menyakitinya segera mendapat hidayah. Sebuah sikap yang menunjukkan betapa keluhuran budi dan kebesaran jiwa beliau.

Tapi memang tak mudah untuk menahan amarah. Kita sering lupa dan terlanjur melampiaskan amarah. Karena itu kita perlu selalu minta pertolongan ALLAH agar menjadi hamba-Nya yang kuat mengendalikan amarah.

Ilustrasi bermaafan di hari Lebaran.Foto:(Amin Madani/republika.co.id)
Ilustrasi bermaafan di hari Lebaran.Foto:(Amin Madani/republika.co.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun