Mohon tunggu...
Birgaldo Sinaga
Birgaldo Sinaga Mohon Tunggu... -

Anak bangsa yang ingin setiap anak bangsa maju berkembang tanpa ada intimidasi, perbedaan perlakuan dan ketidak adilan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Icha dan Giman Pembayar Nazar Amin Rais

19 September 2016   00:17 Diperbarui: 19 September 2016   01:02 1933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Icha berangkat tanggal 7 Oktober 2014 dari Bandara Sam Ratulangi, Manado. Sebelum berangkat ke Jakarta, Icha mencari tempat kost melalui laman berniaga.com. " Biaya kos di Jakarta terlalu mahal, aku memilih kos di Katulampa, Bogor", ujarnya sambil senyum lucu.

Sewa kamar Rp 350 ribu per bulan. Dari Bandara Cengkareng Icha naik taksi ke Katulampu dengan ongkos Rp 250.000. Belum empat hari di Bogor, Icha mendengar ada seorang relawan, Giman, sedang menuju Jakarta setelah berjalan kaki dari Malang, Jakarta Timur. Saat itu Giman mendekati Bekasi.

“Saya ingin sekali bertemu dengan Giman. Saya terharu seorang rakyat kecil mampu berjalan jauh dari Malang-Jakarta demi membayar nazar Amin Rais,” ujar Icha.

“Puji Tuhan. Akhirnya saya sampai di sini,” kata Icha ketika menginjakkan kaki di halaman markas Bara JP.

Setelah bermalam di markas, keesokannya harinya Icha kembali ke Bogor untuk mengambil barang-barangnya. “Bang Sihol Manullang (Ketum Bara JP-red.) mengijinkan saya tinggal di markas,” ujar Icha.

Memang di markas banyak relawan asal luar kota menginap. Pak Iyan, pemilik rumah kos di Bogor, membolehkannya pindah tanpa harus membayar. Uang yang sudah disetor Icha juga dikembalikan. Pak Iyan dan istrinya, Bu Yos, mengantar Icha sampai ke Cawang Baru.

“Saya mengucapkan terima kasih. Betapa baiknya orang-orang kepada saya. Tuhan begitu baik memberi jalan hingga saya bisa tinggal diJakarta dan bertemu dengan teman teman relawan. Akhirnya mimpi saya bisa terwujud,” ujar Icha dengan nada tersendat-sendat haru.

Icha mengingatkanku akan Becky Poulos, relawan Batam yang kehilangan restoran saat blusukan di Minggu pagi bulan Juni 2014 lalu. Becky kehilangan segalanya disaat Becky memperjuangkan seorang calon pemimpin menjadi presiden baru. Presiden yang penuh harapan. Harapan rakyat Indonesia untuk perubahan baru untuk “Indonesia Hebat”.

Mereka wanita perkasa yang percaya bahwa masa depan anak-anaknya ada di pundak pemimpin baru. Pemimpin yang memihak kepada rakyat. Pemimpin yang membela rakyat.

Pemimpin yang menangis ketika rakyat menjerit tangis akibat ketiadaan uang sekolah bagi anak-anak. Pemimpin yang menangis ketika rakyat merintih sedih ketika susu tak terbeli. Para wanita perkasa Icha dan Becky tahu bahwa perjuangan Jokowi harus dibantu. Perjuangan Jokowi harus ditolong.

Relawan wanita hebat ini membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin saat tangan tangan lembut, saat suara-suara lembut milik mereka menjangkau pemilih di pasar-pasar. Mereka yakin Jokowi akan menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun