Hari ini jadwal kuliahku cukup padat, tapi ada satu mata kuliah yang selalu bikin aku kepo tiap minggunya: Filsafat Dakwah. Dari pagi aku udah siap-siap, bawa buku catatan tebal, karena biasanya dosen suka kasih penjelasan yang lumayan "berat", tapi sebenarnya kalau dipahami pelan-pelan justru seru banget.
Begitu masuk kelas, suasananya seperti biasa ada yang sibuk nyiapin laptop, ada yang masih asik ngobrol, bahkan ada yang buru-buru ngerjain tugas matkul lain. Pas dosen datang, semua langsung hening. Hari ini katanya kita bakal bahas tentang sejarah dan perkembangan filsafat dakwah.
Awalnya aku sempat mikir, "Emang filsafat dakwah ada sejarahnya juga ya? Bukannya filsafat itu identik sama Yunani kuno dan filsafat Barat?" Tapi ternyata, filsafat dakwah punya cerita panjang yang menarik.
Sejarah Filsafat Dakwah
Dosen mulai cerita bahwa filsafat dakwah itu lahir dari kebutuhan umat Islam untuk memahami dakwah secara lebih mendalam dan rasional. Kalau dakwah biasanya identik dengan ceramah, tabligh, atau syiar, maka filsafat dakwah mencoba menjawab "mengapa" dan "bagaimana" dakwah itu dilakukan.
Sejarahnya bisa ditarik dari zaman Rasulullah SAW. Sejak beliau menerima wahyu, dakwah bukan sekadar ajakan, tapi ada metode, strategi, dan pertimbangan filosofis di dalamnya. Misalnya, ketika berdakwah di Mekah, Rasulullah menggunakan pendekatan sembunyi-sembunyi di awal, lalu beralih ke dakwah terbuka. Itu menunjukkan adanya pemikiran mendalam tentang kondisi sosial dan psikologis masyarakat saat itu.
Kemudian, di era para sahabat dan ulama klasik, kajian dakwah mulai dikaitkan dengan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu kalam, tasawuf, bahkan filsafat Islam. Dari situlah benih-benih pemikiran filosofis tentang dakwah muncul.
Perkembangan Filsafat Dakwah
Dari masa klasik ke modern, filsafat dakwah semakin berkembang. Kalau dulu lebih fokus pada dasar-dasar teologis dan normatif, sekarang filsafat dakwah berkembang ke arah pendekatan ilmiah dan kontekstual.
Era klasik: Dakwah dipahami sebagai bagian dari kewajiban agama, titik beratnya pada tabligh dan penyampaian ajaran Islam.
Era pertengahan: Muncul pemikiran ulama yang mengaitkan dakwah dengan filsafat, misalnya Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ibnu Khaldun yang membahas masyarakat, etika, dan perubahan sosial.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!