Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekolah (Lagi)

15 Juni 2017   16:42 Diperbarui: 23 Juni 2017   10:37 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judulnya dimaknai bukan sebagai niatan untuk sekolah (kata kerja) lagi (ada alasan tertentu), tetapi berkaitan dengan "sesuatu" yang berkaitan dengan sekolah (kata benda) ... muncul lagi. Heboh lagi. 

Tapi kok tumben tidak banyak kompasianer yang menguliknya ? :)

Berkaitan dengan 5 hari sekolah.

Hayo, apa perlu dibuatkan laga tersendiri bagi yang pro dan kontra mengenai itu ? :)

Disini penulis tidak akan memperinci lebih lanjut dan mendalam mengenai serba-serbi seputar aturan terkait hal itu, tetapi mencoba untuk "melihat apa yang bisa dilakukan" dengan adanya peraturan tersebut.

Kalau 5 hari sekolah berarti hari Sabtu libur dong ? 


Bisa iya, bisa tidak.

Bisa iya, bila pihak penyelenggara sekolah itu menginginkannya. Demikian pula sebaliknya. 

Dalam artian bahwa hari Sabtu itu bisa dimanfaatkan para siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar lainnya. Seperti kegiatan ekstra kurikuler, bisa. Ingin memperdalam ajaran agama dengan mengikuti pembelajaran agama di rumah-rumah ibadah, bisa. Kegiatan Pramuka, bisa. Dimana ada dari kegiatan itu pada saat sebelumnya, dilakukan pada sore hari/malam hari.

Anak ijin keluar rumah sore hari hingga malam, bilangnya akan mengikuti pelajaran ekstrakurikuler. Tetapi kemudian ternyata ........ (sekalipun kita tiada maksud curiga tanpa alasan, tetapi 'gimana kenyataannya). 

Err... bagi yang masih muda-muda, jangan 'nuding saya sebagai "pengkhianat" yah. :D Karena jamannya sudah berubah. Bandel dan nakalnya anak jaman dulu dan jaman sekarang, beda.  Kalau jaman dulu, ketahuan merokok saja sudah dicap bandel dan nakal. Jaman sekarang ..., narkoba. 

'Nah, mungkin saja hal seperti ini tidak relevan bagi mereka (para orang tua) yang mampu menjadi/menggaji "bodyguard" bagi anak-anaknya. Tetapi bagaimana dengan yang tidak mampu. Dimana dengan kondisi seperti saat sekarang, tidak jarang kita jumpai, kedua pihak dari orang tua sama-sama harus bekerja mencari nafkah agar kebutuhan hidup sehari-hari dapat tercukupi. 

...

Kembali ke topik awalnya ... 

Disebabkan karena hari sabtu itu masih bisa dibuat sebagai waktu untuk belajar, maka seyogyanya peraturan resmi mengenai itu yang betul-betul terkena dampak darinya adalah para guru dan (beberapa dari) para adiministrator di sekolah. Benar, 'nggak ? Tanya saja sama para satpam. Ikut libur atau tidak ? :) Tetapi pada hari itupun para guru, kemudian tidak juga dapat dikatakan sepenuhnya dapat berleha-leha libur. Disebabkan karena ada kewajiban bagi para guru untuk terus memperdalam ilmu yang dimilikinya. Ada tes dan sebagainya juga. 

Jadi yang benar-benar libur, siapa ? O B. :D

Terkait hal ini maka dengan sendirinya, topik 5 hari sekolah itu tidaklah dimaknai sebagai pembatasan waktu belajar bagi para siswa, melainkan pengaturan jam kerja bagi para guru dan staff. Kiranya hal ini dapat dibuat pemikiran bagi para kontrawan/wati, yang kabar-kabarnya ingin "pelesir" lagi ke Jakarta. 'Nah, tuh ... Jadi "doyan", khan. :)

...

Terpisah dari hal di atas ...

Tiada pembatas waktu belajar. Seumur hidup pun tak merasa tuntas karenanya (kecuali bagi mereka yang memang tidak doyan belajar :)). Bahkan saat tidur pun (dalam artian sebenarnya). Belajar dari mimpi maksudnya. Karena dari mimpi kita tahu, beberapa hal ... yang ternyata ada di dalam pikiran kita. Walau bedakan dengan "diimpeni", itu menyangkut bab yang berbeda. :) 

Setiap saat kita bisa belajar. Apa dan siapapun bisa menjadi "guru" mengenai kebenaran (dengan berbagai sudut pandang yang berbeda). Tahi manusia sekalipun (dalam artian yang sebenarnya). 

Kenapa ? Najis ? Itu asalnya dari mana ? Dari restoran kelas atas dengan tarif yang bikin beberapa orang melihatnya saja bisa mendadak strooke ? Atau dari warung tegal sebelah ? Super enak, enak, tidak enak ? Ujungnya ............ :D Tetapi dari situ kita belajar dan berguru, bahwa dari sesuatu yang bagus sekalipun bisa saja menghasilkan sesuatu yang tampak buruk dan najis. Dan dari situ pula kita kemudian dapat timbul tekad untuk memperdalam ilmu yang telah kita miliki, bagaimana caranya agar yang bagus itu tetap akan bagus ... sekalipun waktu dan kondisi terus berubah. Ya ? :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun